Presiden Direktur Bank UOB Indonesia Buka-Bukaan Dampak Penggunaan Rupiah dan Yuan

Indonesia dan China resmi menjalankan kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) di awal September 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2021, 18:15 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2021, 18:15 WIB
Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan China resmi menjalankan kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) di awal September 2021. Dengan kerja sama ini maka transaksi perdagangan tidak lagi menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) tapi menggunakan rupiah dan yuan.

Presiden Direktur PT Bank UOB Indonesia Hendra Gunawan menjelaskan, perjanjian ini membuat Indonesia tak lagi bergantung pada dolar AS. Hal ini tentu saja memberikan banyak manfaat.

"Ini menurunkan ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS, sebab China merupakan mitra dagang Indonesia terbesar dimana kita banyak melakukan hubungan ekspor dan impor dan semua itu kita lakukan dengan mata uang Dolar AS," kata Hendara dalam konferensi pers UOB Economic Outlook 2022, Jakarta, Rabu (15/9/2021).

Padahal lanjut Hendra, yang melakukan hubungan perdagangan Indonesia-China. Namun untuk transaksi pembayaran menggunakan mata uang di luar dua negara yang menjalin kerja sama perdagangan.

"Padahal kita pakai Rupiah dan China pakai Yuan. Makanya bagusnya pakai mata rupiah untuk perdagangan di Indonesia dan pakai Yuan untuk perdaganga di China," kata dia. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Memudahkan Pengusaha

20151130-Mata-Uang-Yuan-AY
Seorang teller memperlihatkan mata uang Yuan di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF), Senin (30/11), resmi memasukan yuan, atau renminbi, ke dalam special drawing rights (SDR) sebagai mata uang elite dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Wholesale Banking UOB Indonesia, Harapman Kasan menilai implementasi perjanjian kerja sama ini bisa memberikan pilihan bagi para pengusaha saat bertransaksi. Di sisi lain kebutuhan Indonesia terhadap dolar AS pun akan semakin berkurang seiring dengan pemanfaatan kebijakan ini.

"Tentunya ini jadi pilihan buat pemain dan pengusaha sehingga saat berdagang tidak bergantung pada dolar AS," kata Harapman.

Di sisi lain ini akan memudahkan pengusaha dalam menentukan harga pokok sebuah produk. Sehingga tidak lagi direpotkan dengan pemilihan bank yang untuk melakukan transaksi. Sebagai bank yang ditunjuk untuk menjembatani transaksi tersebut, Bank UOB Indonesia akan lebih menggencarkan mencari para pengusaha eksportir dan importir baru di masing-masing negara.

"Kadang pengusaha juga susah menentukan harga pokok. Jadi kita sebagai bank yang ditunjuk melakukan transaksi ini akan lebih aktif mencari pengusaha importir dan eksportir," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya