Antisipasi Krisis Iklim, Transisi Energi Fosil ke EBT Jadi Keniscayaan

Penggunaan energi baru terbarukan bagi industri dan bisnis memiliki peran strategis dalam peningkatan daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Okt 2021, 14:10 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2021, 14:10 WIB
Peluang Investasi EBT di Indonesia Semakin Terbuka Lebar
Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 12 Tahun 2017 membuat peluang investari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) semakin terbuka lebar.

Liputan6.com, Jakarta - Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) bagi pelaku industri dari berbagai sektor bisnis dinilai dapat mengakselerasi tercapainya green economy atau ekonomi hijau di Indonesia.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membangun kawasan industri hijau yang nantinya didukung oleh sumber energi terbarukan seperti PLTS Atap, sehingga produk yang dihasilkan termasuk dalam kategori produk hijau (green product).

Selain mampu mengurangi penggunaan energi fosil di kalangan industri, pemanfaatan EBT juga mampu menyerap dan menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini sejalan dengan prinsip ekonomi hijau yakni mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengeksploitasi sumber daya alam sehingga akan berdampak baik bagi lingkungan di masa depan.

Strategic Advisor Xurya Daya Indonesia sekaligus Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan, transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan merupakan keniscayaan saat ini, di tengah dunia yang sedang berpacu menghindari krisis iklim.

Dampak dari pemanfaatan energi terbarukan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs).

"Selain dapat mengurangi emisi karbon, penggunaan energi bersih juga membuka kesempatan lapangan kerja baru dan mengatasi pengangguran sehingga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi hijau," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (12/10/2021).

Badan Energi Terbarukan Internasional atau IRENA mencatat, sektor energi terbarukan tahun lalu menciptakan 11,5 juta pekerjaan secara global dimana 3,8 juta pekerjaan berasal dari energi surya. IRENA juga menyebutkan, sebesar 63 persen pekerjaan baru tersebut berada di Asia dan menjadi pemimpin pasar energi terbarukan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Keberlanjutan Lingkungan

ESDM
PLTB ini bisa mengaliri listrik 360 ribu pelanggan 450 KV. Proyek ini bagian dari proyek percepatan pembangunan pembangkit 35.000 MW, sekaligus bagian dari upaya Pemerintah mencapai target bauran energi nasional 23 persen dari EBT pada 2025.

Managing Director Xurya Daya Indonesia Eka Himawan menyatakan, setiap proyek instalasi PLTS Atap yang dikerjakan, tidak hanya melibatkan tenaga kelistrikan, tetapi ada banyak tenaga kerja yang terlibat didalamnya.

"Jadi selain bertanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan, setiap pelaku industri yang melakukan instalasi PLTS Atap secara tidak langsung juga menyerap tenaga kerja baru, sehingga akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang inklusif," tutur dia.

Tetapi, terciptanya lapangan kerja yang inklusif ini juga perlu didukung oleh kebijakan komprehensif dari berbagai pihak dengan menyediakan pendidikan dan pelatihan para pekerja di sektor energi hijau.

Selain itu dukungan pemerintah dalam merumuskan kebijakan strategis berorientasi jangka panjang juga diperlukan untuk meningkatkan iklim investasi di sektor EBT.

“Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan agar target green economy dapat tercapai dengan lebih terencana dan sistematis” tutup Fabby.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya