Inflasi di Eropa dan AS Meroket, Sri Mulyani Beberkan Penyebabnya

Saat ini berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat tengah mengalami kenaikan inflasi yang berakibat pada kenaikan harga

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2021, 20:44 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2021, 20:31 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Keterangan Pers Menteri Keuangan, Roma, secara virtual, Minggu (31/10/2021).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Keterangan Pers Menteri Keuangan, Roma, secara virtual, Minggu (31/10/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat tengah mengalami kenaikan inflasi yang berakibat pada kenaikan harga. Tak hanya negara-negara maju, sejumlah negara berkembang seperti Mexico dan Korea Selatan juga mengalami kenaikan harga.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kenaikan harga tersebut berasal dari produsen sehingga berpengaruh pada harga produk yang sampai ke masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikan inflasi.

"Kenaikan ini berasal dari harga produser, harga ini kemudian bisa menyebabkan kenaikan harga ditingkat konsumen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (17/11).

Kenaikan harga dari produser hampir terjadi di setiap negara. Sri Mulyani mencatat kenaikan tertinggi terjadi di Eropa yang mencapai 16,3 persen, di China terjadi kenaikan 13,5 persen, Amerika Serikat 8,6 persen, Korea Selatan 7,5 persen. Sementara itu di Indonesia terjadi kenaikan 7,3 persen.

Bendahara negara ini mengingatkan kenaikan harga produsen perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan inflasi di tingkat konsumen.

"Kenaikan harga ini harus diwaspadai agar tidak mendorong inflasi di tingkat konsumen," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Inflasi di AS

Bersama KPK, 3 Menteri Diskusi Bareng Lawan Korupsi
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara dalam acara ‘KPK Mendengar’ di Gedung KPK, Jakarta, Senin (9/12/2019). KPK menggelar peringatan Hakordia 2019 dengan tema “Bersama Melawan Korupsi Mewujudkan Indonesia Maju”. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain itu, tingginya inflasi di Amerika Serikat saat ini bisa memicu terjadinya tapering off secara lebih lanjut. Apalagi secara historis kenaikan inflasi ini bisa menimbulkan guncangan pada arus modal asing ke negara berkembang dan nilai tukar mata uang.

Hal inilah yang terjadi pada Argentina dan Turki yang mengalami kenaikan inflasi dan depresiasi. Sehingga berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

Untuk itu, kata Sri Mulyani Indonesia harus mewaspadai kemungkinan terjadinya dinamika global dari potensi tappering off. Agar bisa lebih bersiap untuk menghadapi dinamika yang mungkin akan terjadi.

"Indonesia kita harap bisa memberikan kesiapan yang baik dari potensi dinamika tersebut," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya