Rupiah Terdepresiasi 1,97 Persen, Lebih Baik Dibanding Malaysia dan Filipina

Nilai tukar rupiah terdepresiasi didorong oleh aliran masuk modal keluar dari negara berkembang di tengah terjaganya pasokan valas.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Des 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2021, 15:00 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 15 Desember 2021 melemah secara terbatas, yaitu 0,07 persen secara point to point dan 0,7 persen secara rerata dibandingkan dengan level November 2021.

Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Desember 2021, Kamis (16/12/2021).

“Perkembangan nilai tukar rupiah didorong oleh aliran masuk modal keluar dari negara berkembang di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia,” jelas Perry.

Menurutnya, perkembangan rupiah sampai dengan 15 Desember 2021 mencatat depresiasi sebesar 1,97 persen (ytd) dibandingkan level akhir 2020. Lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti India yang mengalami depresiasi 3,93 persen, Filipina 4,51 persen, Malaysia 4,94 persen.

“Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Inflasi Tetap Rendah

FOTO: Kenaikan Sejumlah Bahan Pokok Picu Laju Inflasi
Pedagang sayuran menunggu pembeli di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, Perry menyampaikan, inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 tercatat rendah yaitu inflasi 0,37 persen month to month sehingga inflasi IHK sampai November 2021 mencapai 1,30 persen (ytd).

“Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 1,75 persen (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi Oktober 2021 sebesar 1,66 persen (yoy),” ujarnya.

Sehingga, inflasi inti tetap rendah yaitu 1,44 persen year on year ditengah permintaan domestik yang mulai meningkat dan didukung pasokan yang terkendali, nilai tukar yang stabil, dan ekspektasi inflasi yang terjaga.

Sementara, inflasi kelompok volatile food melambat didukung pasokan barang yang memadai. Inflasi administered prices meningkat dipengaruhi kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan mobilitas membaik.

Inflasi diperkirakan berada di batas bawah kisaran sasarannya 3,0±1 persen pada 2021 dan pada tahun 2022 diperkirakan akan tetap terjaga di kisaran 3,0±1 persen.

“Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI dan TPID) untuk menjaga inflasi IHK dalam kisaran sasaran yang telah ditetapkan,” pungkas Perry.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya