Liputan6.com, Jakarta - COVID-19 varian Omicron telah terdeteksi di Indonesia. Adanya kasus COVID-19 Omicron ini diumumkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) sekaligus ekonom Bhima Yudhistira mengatakan, dampak Omicorn terhadap ekonomi di Indonesia tergantung dari luasnya penularan kasus.
"Jika pemerintah belajar menangani Omicron sehingga tidak menimbulkan gelombang penularan seperti varian Delta maka efek ke ekonomi akan minimal," kata Bhima, dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Jumat (17/12/2021).
Advertisement
Bhima memaparkan, saat ini juga tingkat penduduk yang di vaksin mencapai 54,2 persen, angka kematian juga rendah sehingga wacana pembatasan ketat kembali tampaknya belum akan diberlakukan.
"Respon kekhawatiran lebih tercermin di pasar modal, tapi dalam batas wajar," ungkap Bhima.
Menurutnya, risiko baru akan meningkat ketika pemerintah merespon dengan pengetatan pembatasan, konsumsi rumah tangga, dan investasi bisa terganggu.
"Pemulihan ekonomi akan dikoreksi ke bawah jika 1 bulan kedepan terjadi lonjakan kasus," imbuhnya.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target Pertumbuhan
Bhima selanjutnya menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen masih bisa tercapai karena low base effect, dan bantuan dari sisi ekspor.
"Jadi hal itu sangat wajar, karena tahun lalu tidak terjadi boom commodity dan pembatasan sosial relatif lebih ketat," sebutnya.
"Yang harus jadi perhatian adalah soal belanja pemerintah, ada indikasi sebagian ditahan seperti tercermin dari realisasi PEN yang rendah. Belanja pemerintah growth nya tidak sekuat tahun lalu," kata Bhima.
Advertisement