Rupiah Kian Perkasa usai Neraca Dagang RI Surplus 21 Bulan Beruntun

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Selasa sore menguat. Penguatan ini didukung surplusnya neraca perdagangan Januari 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2022, 17:30 WIB
naiknya rupiah
ilustrasi naiknya uang

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Selasa sore menguat. Penguatan ini didukung surplusnya neraca perdagangan Januari 2022.

Rupiah ditutup menguat 26 poin atau 0,19 persen ke posisi 14.300 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.326 per dolar AS.

"Penguatan rupiah ditopang neraca dagang bulan Januari yang masih mengalami surplus meski jumlahnya menurun," kata analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dilansir dari Antara, Selasa (15/2/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 930 juta dolar AS pada Januari 2022 dengan nilai ekspor 19,16 miliar dolar AS dan impor USD 18,23 miliar, menurun dibandingkan surplus pada Desember 2021 yang mencapai USD 1,02 miliar.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 21 bulan beruntun.

Adapun komoditas nonmigas penyumbang surplus terbesar pada Januari adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

 

 

Utang Luar Negeri

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Masih dari domestik, rupiah menguat seiring dengan turunnya Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2021. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2021 tercatat sebesar USD 415,1 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada triwulan sebelumnya sebesar USD 424 miliar.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta. Secara tahunan, posisi ULN triwulan IV 2021 terkontraksi 0,4 persen (yoy), setelah tumbuh 3,8 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Dari eksternal, pejabat The Federal Reserve terus berdebat tentang seberapa agresif untuk memulai kenaikan suku bunga yang akan datang pada pertemuan Maret mendatang.

Presiden Fed St Louis James Bullard, yang menyerukan kenaikan besar 50 basis poin pada minggu sebelumnya, mengulangi seruan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya