Liputan6.com, Jakarta Mengatur keuangan ketika sudah berumah tangga tentu berbeda dibanding pada saat masih lajang. Ketika sudah menikah, uang yang dihasilkan sebaiknya dibagi rata.
“Saya mencoba untuk tidak terlalu berkhotbah, tetapi dalam pengalaman saya bekerja dengan pasangan, di sebagian besar pernikahan yang baik ada perasaan, ‘Kami sepenuhnya bersama dan kami berbagi segalanya’,” jelas salah satu pengelola pokok sekaligus kepala investasi petugas di Denver Wealth Management di Greenwood Village, Colorado Zachary Bouck.
Bouck melanjutkan, “Rumah tangga yang baik semacam komunisme. Jika satu orang menghasilkan USD 50.000 setahun dan yang lain menghasilkan USD 200.000 setahun, semuanya dijadikan satu dan dibagi rata.”
Advertisement
Memang, untuk memutuskan pengelolaan keuangan bersama pasangan adalah hal yang pribadi. Namun, inilah alasan kenapa aset saat menikah perlu digabungkan menurut penasihat keuangan seperti melansir CNBC, Rabu (9/3/2022).
Pernikahan Cenderung Berjalan Lebih Baik Jika Tidak Ada Aset yang Disembunyikan
“Saya tidak akan pernah memaksa klien untuk menggabungkan seluruh asetnya karena ini adalah keputusan yang sangat pribadi,” kata Bouck.
Akan tetapi, lanjutnya, “Ada seorang klien yang meminta saran dan saya katakan, ‘Perkawinan cenderung berjalan lebih baik ketika tidak ada aset yang disembunyikan dan Anda memiliki pandangan penuh tentang uang satu sama lain’.”
Komunikasikan Semua Hal Tentang Keuangan
Sebuah konflik sering muncul karena kebiasaan membelanjakan uang secara terpisah dan itu belum tentu membuat orang lain nyaman.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk mengambil bagian dalam perencanaan keuangan dan mengetahui apa yang terjadi dengan uang tersebut.
Amanda Clayman yang merupakan seorang terapis keuangan di Los Angeles, menyetujui hal tersebut. Entah harus memutuskan untuk menggabungkan keuangan, memisahkan, atau membagikan sebagian uang, berkomunikasi tentang uang adalah kuncinya, katanya.
Hal yang perlu diingat, setiap pasangan harus transparan tentang uang yang dimiliki. Selain itu, perlu adanya fleksibilitas untuk berubah jika itu diperlukan, kata Clayman.
Satukan Pola Pikir
Ketika tidak berperan aktif membicarakan keuangan bersama pasangan, masalah mungkin akan terjadi. Skenario terburuknya adalah terjadinya perceraian. Oleh sebab itu, masing-masing pasangan harus bertanggung jawab sejak awal.
“Sepertinya ketika seseorang memiliki pola pikir, ‘Tentu saja kami membagikan uang kami, tentu saja kami membayar tagihan kami, tentu saja kami mengumpulkan aset kami’, menurut saya pola pikir seperti itu sangat, sangat, sangat membantu,” tutur Bouck.
Sebaliknya, “Ketika Anda memiliki pola pikir yang berlawanan, ‘Ini adalah uang dan warisan saya, itu adalah tagihan Anda’, pola pikir tersebut sangat tidak membantu,” tambahnya.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Advertisement