Harga Minyak Turun 6 Persen Usai Naik Beruntun dalam 7 Pekan

Sepanjang pekan ini harga minyak Brent berjangka turun untuk pertama kalinya dalam lima minggu, sementara WTI turun untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Jun 2022, 08:14 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak anjlok sekitar 6 persen ke level terendah dalam 4 pekan pada perdagangan Jumat. Penurunan harga minyak ini terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga beberapa bank sentral di dunia bisa menimbulkan perlambatan ekonomi global.

Sentimen lain yang juga menekan harga minyak dunia adalah kenaikan dolar AS pada pekan ini ke level tertinggi sejak 2002 terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Kenaikan dolar AS ini membuat harga minyak lebih mahal bagi mereka yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS.

Mengutip CNBC, Sabtu (18/6/2022), harga minyak Brent berjangka turun USD 6,69 atau 5,6 persen dan menetap di USD 113,12 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 8,03 atau 6,8 persen dan menetap di USD 109,56 per barel.

Angka penutupan pada Jumat ini merupakan terendah untuk Brent sejak 20 Mei dan terendah untuk WTI sejak 12 Mei. Itu juga merupakan persentase penurunan harian terbesar untuk Brent sejak awal Mei dan terbesar untuk WTI sejak akhir Maret.

Sepanjang pekan ini harga minyak Brent berjangka turun untuk pertama kalinya dalam lima minggu, sementara WTI turun untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

Tidak akan ada perdagangan minyak AS pada hari Senin karena hari libur Juneteenth.

"Harga minyak mentah jatuh karena dolar AS menguat, Rusia mengisyaratkan ekspor minyak harus meningkat, dan karena kekhawatiran resesi global tumbuh," kata analis pasar senior di OANDA, Edward Moya.

Para gubernur bank sentral di beberapa negara dengan cepat melonggarkan kebijakan moneter selama pandemi untuk menghindari resesi, kini mereka mengetatkan kembali kebijakan untuk memerangi inflasi.

Bank Sentra AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada minggu ini menaikkan suku bunga AS paling banyak dalam lebih dari seperempat abad sebesar 0,75 persen.

"Dengan bank sentral membuat langkah yang cukup substansial untuk membatasi pertumbuhan melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter muncul di sini di masalah yang kompleks di sektor perminyakan," kata analis Again Capital LLC New York, John Kilduff.

Ia mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dampak dari berbagai kebijakan bank sentral akan memangkas permintaan akan energi sehingga menurunkan harga minyak.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga minyak di AS

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

The Fed diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga dan hal ini akan berdampak ke harga minyak. Pada perdagangan kamis kemarin harga WTI berjangka di New York Mercantile Exchange turun ke level terendah sejak Mei 2016 karena investor mengurangi aset berisiko.

Harga bensin dan solar AS juga turun lebih dari 4 persen di tengah kekhawatiran harga pompa yang tinggi akan mengurangi permintaan.

AAA Auto Club Group mengatakan harga Solar di SPBU mencapai rekor tertinggi yaitu USD 5,798 per galon pada hari Jumat. Sementara harga bensin mencapai rekor tertinggi di USD 5,016 per galon di awal minggu.

Perusahaan energi AS di minggu ini menambahkan hanya empat rig minyak karena Presiden Joe Biden mengecam produsen karena mendapat untung dari harga setinggi langit alih-alih berbuat lebih banyak untuk meningkatkan produksi.

 

Rusia

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Rusia mengharapkan ekspor minyak meningkat pada 2022 meskipun ada sanksi dari Barat dan embargo dari Eropa. Hal tersebut diungkap oleh Wakil menteri energi Rusia pada hari Jumat.

Gejolak pasar energi terus meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Aliran gas Rusia ke Eropa tidak mampu memenuhi permintaan pada hari Jumat. Permintaan terus meningkat karena adanya gelombang panas di selatan yang mendorong permintaan listrik untuk menjalankan AC.

Badan eksekutif Uni Eropa merekomendasikan agar Ukraina dan Moldova menjadi kandidat untuk keanggotaan di blok perdagangan terbesar di dunia.

Sebuah kapal tanker minyak yang disewa oleh Eni SpA Italia akan segera meninggalkan Venezuela dengan kargo pertama dalam dua tahun ke Eropa.

Infografis Ladang Gas
10 Ladang Gas Terbesar Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya