Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai, Indonesia cenderung masih aman dari ancaman krisis ekonomi yang mengancam.
Namun, ia tak mau menutup diri, kenaikan harga minyak dan gas dunia tetap berpengaruh banyak terhadap kegiatan ekonomi domestik.
Baca Juga
Utamanya yang dipicu akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang terus berlarut.
Advertisement
"Menurut saya Indonesia tidak krisis. Bahwa kita harus berhati-hati iya, karena itu respon kita terhadap ekonomi global akibat perang Ukraina dan Rusia," ujar Bahlil di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (20/7/2022).
Bahlil tidak mau menutup mata, masalah utama yang dihadapi negara akibat perang Rusia-Ukraina saat ini memang kenaikan harga minyak dunia.
"Problem kita memang adalah persoalan minyak. Kita itu punya kapasitas produksi cuman 705.000 barel per day, konsumsi kita 1,5 juta. Sekarang, harga minyak dunia di atas USD 100 per barel. Asumsi di APBN kita kurang lebih USD 68-70 per barel," paparnya.
Otomatis, itu mengganggu harga BBM yang dikeluarkan PT Pertamina (Persero). Bahlil bahkan tidak bisa memperkirakan, seberapa kuat pemerintah bisa menanggung subsidi untuk sejumlah jenis BBM seperti Pertalite yang harga keekonomiannya terus melonjak.
"Kalau kita tidak hati-hati, maka kita akan tekor dalam melakukan subsidi terhadap selisih harga BBM. Bahkan dalam beberapa kajian yang kami lakukan, kalau harga minyak dunia tidak turun dari USD 100, maka subsidi kita siap-siap bisa lebih dari Rp 400 triliun. Ini berdampak pada kondisi yang tidak menguntungkan kita," ungkapnya.
Komoditas energi lain semisal gas juga mau tak mau turut terkena imbasnya. Pemerintah telah menggelontorkan anggaran tak kalah sedikit untuk mensubsidi barang semisal LPG 3 kg.
"Gas kita impor per tahun sekitar 6 juta ton, dan subsidi kita per tahun lebih dari Rp 70 triliun. Ini harus kita pikirkan bersama-sama," tegas Bahlil.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
IMF Pastikan Ekonomi Indonesia Tak Masuk Jurang Krisis
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama dengan Managing Director Dana Moneter Internasional atau Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengunjungi pusat perbelanjaan Sarinah pada Minggu (17/7/2022).
Dalam kunjungan ini Erick Thohir menjelaskan bahwa Kristalina Georgieva atas nama IMF memandang bahwa ekonomi Indonesia masih akan tetap positif di tengah tekanan geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina.
"Ada tiga hal yang disampaikan, pertama dia meyakinkan Indonesia tidak berada dalam jurang krisis seperti yang digembar-gemborkan," ujar Erick.
Kendati begitu, ucap Erick, hal tersebut tidak menurunkan kewaspadaan Indonesia meski secara internal ekonomi Indonesia dalam posisi kuat. "Secara eksternal, yang namanya geopolitik, global ekonomi bisa saja berdampak," ucap Erick.
Georgieva, lanjut Erick, menilai Indonesia sudah menuju pada arah yang baik dengan memiliki fondasi ekonomi yang kuat dengan kemajuan pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan kepada UMKM. Selain itu, Georgieva, Erick sampaikan juga kagum dengan upaya Indonesia dalam memperkuat ekosistem ekonomi seperti yang ada di Sarinah.
Erick mengatakan penguatan ekosistem tidak bisa ego sektoral, tetapi harus saling mendukung dan harus ada hasil yang konkret. Erick menyebut Sarinah tidak hanya etalase produk lokal semata, melainkan upaya pemerintah meningkatkan kualitas produk lokal yang bisa bersaing di kancah global dan berkesinambungan.
"Jangan lagi ada persepsi seakan-akan produk itu standarnya tidak baik, kita bisa buktikan di sini, bahkan kemarin Bapak Presiden bilang kenapa kalau UMKM harus dijual murah padahal ini handmade bangsa kita. Jualnya mahal dong, inilah yang harus kita dorong. Tentu, saya senang IMF datang ke sini memuji-muji Indonesia, tidak lagi seperti dahulu," tutupnya.
Advertisement
Indonesia Disebut Bakal Bangkrut Seperti Sri Lanka, Menko Luhut: Yang Bilang Sakit Jiwa
Indonesia masih bisa bertahan di tengah tantangan pandemi Covid-19 dan perang Rusia dengan Ukraina. Terbukti, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,1 persen di kuartal I 2022. Bahkan, ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
"Kalau kita lihat Indonesia ekonomi terbaiknya di dunia di tengah di gejolak perang Ukraina ini," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dikutip dari Antara, Jumat (15/7/2022).
Indikasi ekonomi yang kuat itu, menurut Luhut, bisa dilihat dari kinerja ekspor yang positif selama 26 bulan terakhir. Begitu pula tingkat inflasi yang terjaga dengan baik. "Kita salah satu negara yang inflasinya terbaik di dunia. Ini perlu kita syukuri," katanya.
Luhut juga menampik anggapan sejumlah pihak yang menyamakan kondisi Indonesia dengan Sri Lanka yang mengalami kebangkrutan. Luhut meminta agar mereka yang mengkritik demikian agar bisa melihat data-data yang ada.
"Jadi kalo ada yang ngomong kita mau samakan dengan Sri Lanka, bilang dari saya, sakit jiwa itu. Lihat data-data yang baik. Suruh datang ke saya, dia. Orang bilang, Nih Pak Luhut nantang. Bukan nantang ya. Supaya dia jangan membohongi rakyatnya, jangan kepentingan politiknya di bikin-bikinin," tegasnya.
Menurut Menko Luhut, dalam keadaan sulit seperti saat ini, semua pihak harus kompak.
"Jangan membohongi rakyatnya. Itu saya nggak suka melihat itu. Jadi untuk dia populer, dia bikin berita-berita bombastis yang membohongi rakyat. Itu saya pikir ndak adil dan tidak benar," pungkas Luhut.
Indonesia Punya Senjata Ampuh Lolos dari Jerat Krisis Ekonomi, Apa Itu?
Dana Moneter Internasional (IMF) memberi keyakinan kepada Pemerintah RI bahwa Indonesia secara mandiri masih bisa bertahan dari ancaman situasi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina. Sehingga Indonesia cenderung aman dari ancaman krisis ekonomi.
Hal itu dikatakan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di hadapan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, saat mengunjungi Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (17/7/2022) lalu.
Menanggapi, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, mengatakan Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis ekonomi, karena peran APBN yang adaptif.
Dia memahami, kondisi pandemi COVID-19 dan memanasnya situasi geopolitik perang Rusia-Ukraina menyebabkan gangguan ekonomi dunia.
Diantaranya, menghambat aliran perdagangan global, meningkatkan harga minyak, mengancam rantai pasokan makanan, meningkatkan risiko stagflasi, memperbesar inflasi, dan menghambat pemulihan ekonomi dunia.
Namun, di tengah kondisi resesi dunia, perekonomian Indonesia terus pulih dan mampu bertahan dengan kondisi fundamental yang kuat dengan kebijakan ekonomi yang responsif, akuntabel, dan kredibel.
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan memberikan apresiasi yang tinggi kepada badan dan lembaga dunia yang telah memprediksikan kondisi ekonomi Indonesia yang aman dari resesi seperti IMF, World Bank, OECD, dan Fitch Ratings.
“Proyeksi kondisi ekonomi Indonesia yang lebih resilien dibandingkan negara lain di dunia, tidak terlepas dari peran APBN yang aktif dan adaptif,” kata Yustinus kepada Liputan6.com, Rabu (20/7/2022).
Advertisement