Cerita Ketua OJK Mahendra Siregar Saat Lobi Vaksin COVID-19

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menuturkan, kunci dari cemerlangnya kinerja pasar modal Indonesia tak lepas dari kolaborasi berbagai pemangku kepentingan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Agu 2022, 14:01 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2022, 13:52 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Sudah 45 tahun pasar modal Indonesia kembali diaktifkan. Sepanjang kurun waktu itu, banyak hal yang dicatatkan. Salah satu yang cukup mengesankan dan masih hangat, yakni kinerja pasar modal selama pandemi covid-19 yang berlasung sejak 2020.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menuturkan, kunci dari cemerlangnya kinerja pasar modal Indonesia tak lepas dari kolaborasi berbagai pemangku kepentingan.

"Sinergi dan kolaborasi yang baik antara OJK dengan seluruh pemangku kepentingan, khususnya para pelaku pasar modal menjadi modal yang kuat bagi kita untuk menciptakan pasar modal yang tangguh,” kata Mahendra dalam Pembukaan Perdagangan dalam rangka HUT ke-45 Pasar Modal Indonesia, Rabu (10/8/2022).

Mahendra mengatakan, tanguhnya pasar modal Tanah Air di tengah gempuran pandemi juga tak lepas dari upaya pemerintah. Sehingga ekonomi dapat segera pulih dan mendorong kinerja perusahaan tercatat khususnya.

"Saya rasa apa yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR menerbitkan Perpu Nomor 1 Tahun 2020 yang menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 akan dicatat sebagai bagian dari suatu terobosan yang luar biasa dan berwawasan jauh di tengah-tengah sejarah perekonomian Indonesia,” ujar Mahendra.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ekonomi Indonesia Mulai Bangkit

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mahendra sendiri saat itu masih mengemban tugas di sebagai Wakil Menteri Luar Negeri. Dia mengaku telah menghubungi seluruh produsen vaksin di mancanegara saat negara belum memiliki kepastian mengenai daya belunya.

Namun, pihaknya berhasil memperoleh jaminan Indonesia akan diprioritaskan dengan segala apa yang kita miliki sebagai kapitalisasi politik luar negeri yang dimiliki Indonesia.

"Dalam pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Kesehatan kita dan koordinasi oleh Menko yang menangani hal ini, maka kita bisa melalui suatu proses yang begitu sulit dengan kepemimpinan dari Bapak Presiden kita,” imbuh dia.

Kerja keras itu berbuah manis. Di mana ekonomi Indonesia mulai bangkit pada akhir 2021 hingga mencatatkan ekspor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Kinerja itu berlanjut pada awal tahun ini, salah satunya ditengarai situasi geopolitik luar negeri yang memberi peluang ekspor komoditas lebih besar bagi Indonesia.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Ekonomi Indonesia Dibayangi Risiko Baru, Kuatkah Bertahan?

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menjelaskan, ekonomi Indonesia belum keluar dari bayang-bayang pelemahan. Bahkan, ada risiko baru yang menghantui di luar risiko yang sudah ada selama ini. 

Indonesia masih belum keluar dari bayang-bayang pandemi Covid-19. Namun di luar itu, masih ada bayang-bayang baru yang menghantui yaitu ketidakpastian dampak tantangan geopolitik.

"Perang telah menciptakan harga komoditas yang tinggi, kenaikan harga yang cepat dan volatilitasnya tinggi," Suahasil dalam Talkshow bertajuk: Laju Pemulihan RI Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global, Jakarta, Selasa, (9/8/2022).

Harga-harga komoditas bergerak sangat dinamis. Harga CPO yang pernah USD 1.800 kini turun menjadi USD 900. Begitu juga dengan harga nikel dan komoditas lainnya.

Perubahan harga yang cepat ini dalam waktu singkat telah menciptakan inflasi. Sehingga dalam jangka menengah siapa pun kesulitan dalam melakukan perencanaan .

"Jangka pendeknya menciptakan inflasi tapi jangka menengah ini membuat kesulitan melakukan perencanaan," kata Suahasil.

Geliat ekonomi Indonesia di semester I-2022 telah menunjukkan perbaikan yang terus berlanjut. Meski di awal tahun dihadapkan pada penyebaran varian baru dari Omicron, namun tidak banyak mengganggu tren pemulihan.

"Kita ada serangan dari B4 dan B5 tapi karena ini mild, ekonomi tetap berjalan," kata dia.

Fundamental Kuat

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung bertingkat dan pemukiman padat penduduk di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Bila diingat kembali, ujar Suahasil, tahun lalu di bulan Agustus, Indonesia masih dihadapkan dengan dampak varian delta. Masyarakat tidak ada yang mau keluar karena khawatir terpapar.

Namun saat ini, ekonomi nasional sudah kembali bergerak bahkan di kuartal II-2022 ekonomi bisa tumbuh 5,44 persen. Tak lain ini didorong perbaikan di sektor transportasi, manufaktur dan pertanian.

Di sisi lain, kredit perbankan tahun ini meningkat cukup tinggi dan ketahanan bank dari NPL tetap terjaga rendah. Kurs rupiah juga masih tetap stabil dibandingkan negara lain. Pasar modal masih menunjukkan geliat positifnya.

"Ini fundamental-fundamental yang dilihat global dengan kekuatan ekonomi kita," kata dia.

Hanya saja, fundamental ekonomi nasional ini harus berhadapan dengan risiko global akibat perang. Sehingga pemerintah tetap harus waspada.

"Kita sadar ekonomi kita baik, fundamental baik tapi ada risiko di tingkat global," kata dia mengakhiri.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya