Liputan6.com, Jakarta - Para turis asing sekaligus fans keluarga Kerajaan Inggris membanjiri Kota London untuk menyaksikan secara langsung prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II.
Turis-turis ini pun datang dari berbagai negara salah satunya Amerika Serikat dan India, demi menyaksikan momen bersejarah, meski saat ekonomi Inggris menghadapi inflasi tertinggi dalam empat dekade dan prediksi resesi yang menjulang.
"Ini adalah sejarah, Anda tahu, ini terjadi sekali seumur hidup," kata seorang turis asal India bernama Kanakkantt Benedict, dikutip dari Associated Press, Selasa ((20/9/2022).
Advertisement
Kanakkantt, yang bepergian ke London bersama istrinya pun menyaksikan iringan peti Ratu Elizabeth II pekan ini. "Jadi kami ingin mengambil bagian dari sejarah itu," ungkapnya.
Ratusan ribu orang diperkirakan memberikan penghormatan terakhir kepada Ratu Elizabeth II dalam empat hari setelah jenazahnya disemayamkan menjelang pemakaman pada Senin (19/9).
Agenda prosesi pemakaman ini mendorong permintaan kamar hotel di pusat kota London, meski harganya sudah naik dua kali lipat.
Platform pemesanan akomodasi yang berbasis di London Hotelplanner.com, memprediksi tingkat hunian hotel bisa mencapai angka tertinggi sepanjang masa hingga 95 persen, dengan tingginya minat masyarakat menyaksikan pemakaman Ratu Elizabeth II.
"Hal itu tidak mengherankan ketika Anda menganggap bahwa mata dunia benar-benar tertuju pada ibu kota dan media, pejabat dan anggota masyarakat, seperti saya, yang hanya ingin menjadi bagian dari peristiwa bersejarah seperti itu," kata Thomas Emanuel, direktur senior firma analisis hotel STR.
Semua 35 kamar di Hotel bintang dua Corbigoe di kawasan Victoria London, dekat Istana Buckingham, juga telah dipesan, menurut keterangan seorang manajer hotel, Riaz Badar.
"Saat ini, kamar sudah penuh di area ini, tidak hanya di hotel kami tetapi di sekitar semua hotel di area ini," bebernya.
Turis Datangi London Bikin Kafe Untung
Di kawasan Sungai Thames, Riverside Cafe mengungkapkan telah menjadi sangat sibuk karena menerima banyak pelanggan yang hendak melihat iringan peti Ratu Elizabeth II.
Manajer Riverside Cafe, yakni Zab Istanik mengatakan dia membuka cafe tersebut dua jam lebih awal dari biasanya, yaitu jam 7 pagi.
"Kami terakhir sibuk seperti ini ketika Ibunda Ratu meninggal pada tahun 2002. Tapi tidak sesibuk seperti pekan ini," kata Istanik.
Seperti diketahui, ekonomi Inggris telah terhuyung-huyung dari kenaikan harga energi yang didorong oleh perang Rusia-Ukraina, mendorong krisis biaya hidup yang tinggi.
Inggris mengatakan akan membatasi tagihan energi untuk rumah tangga dan bisnis, tetapi harga masih sangat tinggi. Inflasi Inggris juga mencatat angka tertinggi di antara negara-negara G-7, sebesar 9,9 persen.
Dengan masalah-masalah itu, konsumen dari turisme saat ini memberikan secercah harapan.
"Berbicara tentang sektor perhotelan kami, bukan hanya hotel kami, tetapi restoran, bar, dan pub, mereka mengalami tiga tahun yang mengerikan karena pandemi ini," ungkap Wali Kota London Sadiq Khan.
Advertisement
Apa Kata Pengusaha?
Namun, beberapa analis memperkirakan dorongan ekonomi secara keseluruhan untuk Inggris dari masa berkabung kerajaan akan terbatas.
Hal itu karena supermarket, pengecer, toko perangkat keras, dan bisnis lain yang tutup selama prosesi pemakaman, yang telah dijadikan sebagai hari libur umum.
Namun, minat dari para penggemar keluarga kerajaan dapat memberikan dorongan besar untuk industri perjalanan dan pariwisata, kata Tim Hentschel, salah satu pendiri dan CEO Hotelplanner.com.
"Ya, secara jangka pendek, hari libur bank mungkin akan sedikit mengurangi produktivitas," kata Hentschel.
"Tetapi momentum keseluruhan yang akan diperoleh Inggris dari semua pariwisata yang akan berkumpul di sini selama beberapa hari ke depan dan kemudian selama beberapa bulan ke depan akan jauh lebih besar daripada kerugian jangka pendek," pungkasnya.