Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Banyak negara masih berjuang untuk memulihkan ekonomi yang sempat tersungkur akibat pandemi. Di tengah pemulihan ekonomi ini, gejolak ekonomi global semakin tak menentu dengan adanya berbagai konflik geopolitik.Â
Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, seharusnya setiap negara memiliki kesadaran untuk bekerja sama saling bahu-membahu mengatasi permasalahan global ini. Sayangnya dengan kondisi ini negara-negara dunia justru terpecah menjadi beberapa kelompok yang sangat berpotensi memperburuk keadaan.
Baca Juga
"Kita melihat dunia yang semakin terbelah. Kita melihat masing-masing negara melangkah secara unilateral. Kita menyaksikan meningkatnya rivalitas," kata Puan Puan dalam dalam pembukaan The 8th G20 Parliamentary Speaker's Summit (P20) di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Kamis (6/10).
Advertisement
Puan melanjutkan kolaborasi, kerja bersama, bukan untuk mengejar agar menjadi pemenang dalam segala hal. Sebaliknya dalam kondisi ini semua pihak harus menjadi pemenang.
"Komitmen antar negara untuk kemajuan bersama, menjadi harapan baru, sebagai aspirasi rakyat, yang semakin menghendaki dunia memiliki wajah yang humanis. No one left behind, inilah Semangat untuk kemajuan bersama," tuturnya.
Budaya damai dan toleransi semakin diperlukan dalam memperkuat interaksi antar bangsa dan negara. Menurutnya, kerja bersama antar parlemen dapat berperan penting untuk menyebarkan budaya damai dan toleran. Apalagi dalam menghadapi ketegangan geopolitik saat ini.
"Dialog dan diplomasi dalam penyelesaian berbagai masalah global, menjadi protokol yang utama dalam setiap kerja bersama antar negara," kata dia.
Dia menambahkan, kerja bersama antar negara, pada akhirnya membutuhkan agenda kerja yang nyata. Hal ini pun dapat dimulai melalui langkah-langkah kecil untuk sampai pada tujuan yang besar.
Wapres: Resesi Global Kian Dekat, Negara Berkembang Harus Bersiap
Siap-siap, resesi global tak bisa dihindari. Hal tersebut diungkap oleh Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival 2022 di JCC Senayan, Kamis (6/10/2022).
Wapres mengatakan, negara berkembang harus bersiap menghadapi resesi global. Peluang terjadinya resesi global kian besar setelah sejumlah bank sentral ramai-ramai menaikkan suku bunga acuan untuk menghadapi lonjakan inflasi.
"Ancaman resesi dan sinyal kelesuan ekonomi global semakin menguat, bahkan banyak Bank Sentral merespons dengan menaikkan suku bunga acuan guna menahan laju inflasi," katanya dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival 2022 di JCC Senayan, Kamis (6/10/2022).
Wapres Ma'ruf mencontohkan, peluang besar terjadinya resesi global tercermin dari persoalan yang sama dialami banyak negara. Yakni, mulai dari krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan yang menyelimuti semua negara.
"Pemulihan yang tengah kita perjuangkan saat ini masih berhadapan dengan realita (ekonomi) global yang murung. Krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan menjadi awan gelap yang menyelimuti semua negara," tekannya.
Meski begitu, posisi ekonomi Indonesia tengah diuntungkan atas kenaikan beberapa komoditas hingga terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional.
Â
Advertisement
Ekonomi Syariah
Selain itu, kinerja ekonomi syariah yang semakin menguat telah memberi daya dukung bagi stabilitas ekonomi nasional, karena teruji dalam melewati siklus ekonomi. Hal ini ditandai dengan terus membaiknya peringkat ekonomi syariah dikancah internasional.
Ekonomi syariah juga dapat diandalkan untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan. Ini karena ekonomi syariah bertumpu pada sektor riil sehingga berperan penting dalam pengamanan pasokan nasional.
"Kita patut bersyukur karena peringkat ekonomi dan keuangan syariah Indonesia di tingkat global sangat baik. Hal ini bisa kita capai karena adanya sinergi erat di antara semua pemangku kepentingan, tidak terkecuali Bank Indonesia," pungkasnya.
 Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com