Liputan6.com, Jakarta - Malaysia mencabut larangan ekspor sementara pada ayam broiler mulai Selasa besok (11/10/2022). Kabar pencabutan larangan ekspor ayam itu diungkapkan Badan Pangan Singapura (SFA), di mana negara itu merupakan salah satu pengimpor ayam broiler dari Malaysia.
SFA mengungkapkan, bahwa pihaknya telah menerima pemberitahuan resmi dari Departemen Layanan Hewan Malaysia tentang pencabutan larangan tersebut.
Baca Juga
"Kami menyambut baik dimulainya kembali impor ayam broiler hidup, dan sedang mencari klarifikasi tentang detailnya," kata SFA, dikutip dari Channel News Asia, Senin (10/101/2022).Â
Advertisement
Sebagai informasi, pemerintah Malaysia sebelumnya melarang ekspor hingga 3,6 juta ayam mulai 1 Juni 2022 dalam upaya mengatasi masalah pasokan dan harga ayam di negara tersebut.
Larangan itu diterapkan menyusul keluhan kekurangan pasokan dan kenaikan harga ayam, dengan beberapa pedagang menjual unggas di atas harga tertinggi untuk menyanggupi tingginya biaya hidul.
Pada 2022, Malaysia mengekspor daging unggas senilai USD 18,9 juta, menjadikannya pengekspor unggas terbesar ke-49 di dunia.
Pasar ekspor unggas utama Malaysia adalah Thailand, Singapura, Jepang, Hong Kong dan Brunei, menurut platform data Observatory of Economic Complexity.
Singapura sendiri mengimpor sekitar 34 persen pasokan ayamnya dari Malaysia, yang sebagian besar dikirim dalam kondisi hidup kemudian disembelih dan didinginkan secara lokal.
Saat mengisi kekosongan di tengah larangan ekspor ayam dari Malaysia, Singapura meningkatkan impor dari Thailand dan Indonesia.
Singapura Berupaya Perluas Pilihan Pangan di Tengah Risiko Kekurangan Pangan
Karena Singapura kemungkinan masih menghadapi gangguan pasokan makanan karena faktor eksternal, SFA mengatakan akan terus mengakreditasi lebih banyak sumber dan bekerja sama dengan industri untuk mendiversifikasi.
"Kami mendorong bisnis untuk meninjau Rencana Kesinambungan Bisnis mereka dan melakukan diversifikasi lebih lanjut. Ini membantu industri untuk menyebar dan mengurangi risiko gangguan pasokan," jelas SFA.
SFA melanjutkan, bahwa rumah tangga dan masyarakat Singapura juga dapat berkontribusi pada ketahanan pangan negaranya dengan menjadi fleksibel dengan pilihan makanan dan bahan.
Selain itu, mereka juga disarankan beralih ke produk atau sumber alternatif bila diperlukan.
Advertisement
10 Perusahaan Raksasa Telah Serap 67 Ribu Ayam Hidup dari Peternak Kecil
Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) terus menfasilitasi penyerapan ayam hidup (live bird) dari peternak mandiri mikro dan kecil. Penyerapan telah dijalankan oleh BUMN dan swasta dengan jumlah mencapai 67 ribu ekor ayam hidup atau 190 ribu kg.
"Angka penyerapan terus meningkat signifikan, hal tersebut seiring bertambahnya perusahaan integrator yang melakukan penyerapan," kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dikutip dari Antara, Jumat (30/9/2022).
Pada 26 September 2022, Badan Pangan Nasional baru menyerap 15 ribu ekor atau 26 ribu kg. Angka tersebut melonjak menjadi 67 ribu ekor atau 190 ribu kg sampai 29 September 2022.
Aksi penyerapan ayam hidup dari peternak kecil ini akan terus dilakukan dan ditingkatkan hingga harga ayam di peternak mandiri mikro dan kecil kembali stabil.
Tercatat penyerapan dilakukan oleh oleh 10 perusahaan yang terdiri dari 2 perusahaan anggota BUMN Pangan dan 8 perusahaan swasta.
Pada 28 September 2022, dua perusahaan member Holding BUMN Pangan ID FOOD, yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dan PT Berdikari telah melakukan penyerapan sebanyak total 4.995 ekor atau 10 ribu kg.
Sementara itu, 8 perusahaan swasta yang telah melakukan penyerapan, yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) sebanyak 24.494 ekor atau 36 ribu kg, PT Japfa Comfeed sebanyak 18.250 ekor atau 32 ribu kg, PT Malindo Feedmill sebanyak 6.016 ekor atau 11 ribu kg.
Kemudian PT Super Unggas Jaya sebanyak 1.428 ekor atau 3 ribu kg, PT New Hope Indonesia sebanyak 1.742 ekor atau 3 ribu kg, PT Intertama Trikencana Bersinar sebanyak 6.078 ekor atau 89 ribu kg, PT Sreeya Sewu sebanyak 6.360 ekor atau 10 ribu kg, dan PT Wonokoyo sebanyak 3.000 ekor atau 5 ribu kg.