Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia akan mengajukan proposal pendanaan kepada Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) atau Pandemic Fund. Dalam proposal tersebut Indonesia akan mengajukan pendanaan untuk pengadaan yang berhubungan dengan bioteknologi.
"Kami akan submit (proposal pendanaan) yang berhubungan dengan bioteknologi," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers 2nd G20 Joint Finance and Health Minister Meeting di Hotel Mulia, Nusa Dua Bali, Bali, Sabtu (12/11) malam.
Budi menjelaskan selama ini banyak penyakit atau wabah yang terjadi berasal dari organisme hidup. Kemudian penemuan vaksin atau obat-obatan juga membutuhkan kajian lebih lanjut dengan bioteknologi.
Advertisement
"Wabah ini datang dari makhluk hidup, sehingga kita harus memahami biotechnology," kata dia.
Sehingga, sebagai negara yang bisa mengakses pendanaan ini, Indonesia akan mengajukan pendanaan untuk pengembangan bioteknologi di dalam negeri.
"Makanya bioteknologi ini akan menjadi investasi yang kami usulkan," kata Budi.
Sebagai informasi, salah satu hasil konkret pertemuan G20 Presidensi Indonesia telah melahirkan lembaga keuangan baru yang fungsinya sebagai dana talangan untuk menghadapi risiko pandemi selanjutnya.
Sebagai negara penggagas, Indonesia telah menyumbangkan dana sebesar USD 50 juta atau setara Rp 735 miliar sebagai modal awal terbentuknya lembaga ini.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Indonesia Sumbang USD 50 Juta ke Pandemic Fund, Sri Mulyani: di Atas Rata-Rata
Komitmen dana pandemi atau Pandemic Fund kini sudah terkumpul USD 1,4 miliar. Dana tersebut disumbangkan oleh 20 negara anggota G20 plus tiga lembaga filantropi, termasuk Indonesia.Â
Dalam hal ini, Indonesia telah menyetor dana sekitar USD 50 juta, atau setara Rp 774,5 miliar (kurs Rp 15.490 per dolar AS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, angka tersebut jauh lebih besar dibanding sumbangsih banyak negara lain terhadap Pandemic Fund.
"Komitmen Indonesia USD 50 juta itu jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara lain. Jadi ini dilihat sebagai komitmen yang sangat dihormati dari Indonesia, karena pada saat yang sama kita juga memegang Presidensi G20," kata Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers seusai The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting (JFHMM), Sabtu (12/11/2022).
Sri Mulyani menyatakan, itu sejalan dengan komitmen dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ingin menyiapkan pendanaan agar siap menghadapi gelombang pandemi selanjutnya.
"Jadi kita ingin bisa mempercepat dan mendukung dengan cara yang kredibel kesiapan dan respon dalam menghadapi kemungkinan pandemi selanjutnya," imbuh Sri Mulyani.
"Indonesia dengan USD 50 jutanya masih jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara berkembang, atau bahkan bila dibanding dengan negara maju," tegasnya.Â
Secara kepentingan, Indonesia disebutnya pun berhak menggunakan Pandemic Fund untuk memerangi wabah virus dan penyakit. Pemakaiannya juga bakal dipadukan dengan kemampuan anggaran negara.Â
"Jadi kita bisa memakai ini digabungkan dengan komitmen dari pemerintah, dari kas negara baik dari pemerintah pusat (APBN) maupun daerah (APBD)," ujar Sri Mulyani.Â
Advertisement
Dana Pandemi Terkumpul USD 1,4 Miliar
Komitmen dana pandemi atau Pandemic Fund kini sudah terkumpul USD 1,4 miliar. Dana tersebut disumbangkan oleh 20 negara anggota G20 plus tiga lembaga filantropi, termasuk Indonesia.Â
Dalam hal ini, Indonesia telah menyetor dana sekitar USD 50 juta, atau setara Rp 774,5 miliar (kurs Rp 15.490 per dolar AS).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, angka tersebut jauh lebih besar dibanding sumbangsih banyak negara lain terhadap Pandemic Fund.
"Komitmen Indonesia USD 50 juta itu jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara lain. Jadi ini dilihat sebagai komitmen yang sangat dihormati dari Indonesia, karena pada saat yang sama kita juga memegang Presidensi G20," kata Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers seusai The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting (JFHMM), Sabtu (12/11/2022).
Sri Mulyani menyatakan, itu sejalan dengan komitmen dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ingin menyiapkan pendanaan agar siap menghadapi gelombang pandemi selanjutnya.
"Jadi kita ingin bisa mempercepat dan mendukung dengan cara yang kredibel kesiapan dan respon dalam menghadapi kemungkinan pandemi selanjutnya," imbuh Sri Mulyani.
"Indonesia dengan USD 50 jutanya masih jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara berkembang, atau bahkan bila dibanding dengan negara maju," tegasnya.Â
Secara kepentingan, Indonesia disebutnya pun berhak menggunakan Pandemic Fund untuk memerangi wabah virus dan penyakit. Pemakaiannya juga bakal dipadukan dengan kemampuan anggaran negara.Â
"Jadi kita bisa memakai ini digabungkan dengan komitmen dari pemerintah, dari kas negara baik dari pemerintah pusat (APBN) maupun daerah (APBD)," ujar Sri Mulyani.Â