Era Suku Bunga Rendah Tamat, Bank Indonesia Sudah Naikkan BI7DRR 175 Bps

Bank Indonesia (BI) tercatat sudah empat kali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

oleh Tira Santia diperbarui 17 Nov 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2022, 16:00 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) tercatat sudah empat kali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Kenaikan pertama, diputuskan saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022, sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen dari sebelumnya 3,50 persen.

Suku bunga Deposit Facility  sebesar 25 bps menjadi 3,00 persen, dan suku bunga Lending Facility  sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen.

Dilansir dari laman Bank Indonesia, Kamis (17/11/2022), keputusan kenaikan suku bunga acuan tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food.

Alasan lainnya, untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

Kenaikan kedua, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen.

Lalu untuk suku bunga Deposit Facility naik sebesar 50 bps menjadi 3,50 persen, dan suku bunga Lending Facility  sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen.

 

RDG Selanjutnya

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2022 memutuskan kembali untuk menaikkan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility  sebesar 50 bps menjadi 4,00 persen, dan suku bunga Lending Facility  sebesar 50 bps menjadi 5,50 persen.

Terbaru, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan menaikkan kembali BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00 persen.

Alasan kenaikan suku bunga BI7DRR pada periode September, Oktober, dan November sama, yaitu untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.

Demi Pengembangan Keuangan Syariah, BI Bakal Terbitkan Sukuk

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam peluncuran buku KSK secara virtual, Jumat (21/10/2022).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam peluncuran buku KSK secara virtual, Jumat (21/10/2022).

Bank Indonesia akan menerbitkan sukuk BI atau SukBI, dalam rangka terus mendukung pembiayaan inklusif serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan November 2022, Kamis (17/11/2022).

“(akan) Menerbitkan instrumen sukuk Bank Indonesia (SukBI) yang menggunakan underlying berupa surat berharga pembiayaan inklusif (SukBI inklusif), dan diakui sebagai Surat Berharga Pembiayaan Inklusif (SBPI),” kata Perry.

Langkah tersebut merupakan komitmen Bank Indonesia dalam upaya memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi.

Adapun upaya lainnya, yakni Bank Indonesia akan terus memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI7DRR tersebut untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya lebih awal.

BI juga akan memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;

Melanjutkan penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI7DRR dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah;

 

Pendalaman Suku Bunga

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian, BI akan melanjutkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit dengan melakukan pendalaman asesmen terkait respons suku bunga kredit baru terhadap suku bunga kebijakan.

Bank Indonesia juga terus mendorong penggunaan QRIS dan melanjutkan pengembangan fitur serta layanan QRIS termasuk perluasan QRIS antar negara, seiring dengan telah tercapainya target 15 juta pengguna baru QRIS pada Oktober 2022.

Terakhir, BI juga mendorong inovasi sistem pembayaran termasuk melanjutkan akseptasi BI-FAST kepada masyarakat melalui perluasan kepesertaan dan kanal layanan serta terus melanjutkan komunikasi publik secara berkala.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya