Lewat Blok Masela, Jepang Bakal Dukung Ketahanan Energi Indonesia

Pemerintah Jepang menaruh perhatian pada kelanjutan proyek di Lapangan Abadi Blok Masela.

oleh Arief Rahman H diperbarui 25 Nov 2022, 11:34 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2022, 11:30 WIB
Kronologi Keberadaan Blok Masela
Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Liputan6.com, Bali Pemerintah Jepang menaruh perhatian pada kelanjutan proyek di Lapangan Abadi Blok Masela. Perusahaan asal Jepang, Inpex Corporation diketahui sebagai operator yang menggarap Blok Masela.

Director-General, Natural Resources and Fuel Department Agency for Natural Resources and Energy (ANRE) Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) JAPAN Yuki Sadamitsu menyatakan proyek di Lapangan Abadi Blok Masela memiliki potensi yang baik. Dalam hal ini, dia juga menyinggu perusahaan energi pelat merah, PT Pertamina (Persero).

"Inpex, perusahaan Jepang juga berkontribusi dalam ketahanan energi di kedua negara, bersama Pertamina dengan mempromosikan proyek Abadi," ujarnya dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022, di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Jumat (25/11/2022).

Menurutnya, dukungan ini senagai salah satu simbol kolaborasi antara Jepang dan Indonesia. "Pemerintah Jepang akan terus mendukung proyek Abadi sebagai simbol kuatnya hubungan bilateral dan kerja sama antara Jepang dan Indonesia," ujar dia.

Di hadapan para petinggi perusahaan energi, Yuki Sadamitsu mengajak untuk turut juga mendukung upaya tersebut. Utamanya pada bagian menjaga ketahanan energi di masa depan.

"Kami berharap pemerintah Anda juga akan mendukung Konsorsium Jepang-Indonesia ini. Saya ingin mengakhiri pesan saya dengan menekankan bahwa konvensi ini akan berkontribusi pada realisasi ketahanan energi dan emisi nol bersih," pungkas dia.

 

Menko Airlangga Singgung Proyek Blok Masela

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Pembahasan Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak yang diadakan hari Rabu (29/6/2022). (Dok Kemenko Perekonomian)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Pembahasan Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak yang diadakan hari Rabu (29/6/2022). (Dok Kemenko Perekonomian)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyinggung lambatnya pengembangan Blok Masela. Menurutnya, ini jadi salah satu contoh produksi minyak dan gas bumi Indonesia yang juga mengalami penurunan.

Ditambah lagi, untuk lapangan Abadi Blok Masela, belum ada yang menggarap proyek tersebut. Blok Masela sendiri dipegang oleh Inpex Corporation, kendati belum ada rekanan pasca hengkangnya Shell dari lokasi tersebut.

"Kita melihat beberapa project termasuk misalnya project Masela ini kelihatannya juga mengalmai keterlambatan," ujarnya dalam 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2022, di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11/2022).

Menko Airlangga meminta perlu adanya pengkajian soal penyebab lambannya penggarapan Blok Masela itu. Jika masalahnya ada pada regulasi, dia mendorong supaya ada perbaikan-perbaikan. Begitu pun jika ditemukan masalah di sisi lain.

"Bila dipandang belum cukup mendorong pertumbuhan industri migas tentu dibuka kemungkinan untuk melihat apakah regulasi regualsi yang ada cukup efektif untuk menjadi mendorong. Dan bila belum efektif tentu perlu dilakukan revisi-revisi yang ke arah perbaikan," bebernya.

 

 

Target Produksi

20151007-Rizal Ramli bahas blok Masela-Jakarta
Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Menko Airlangga turut menyinggung soal target produksi migas dalam negeri hingga 1 juta barel per hari di 2030 mendatang. Ini telah menjadi wacana bertahun-tahun yang menurutnya tak kunjung terealisasi.

"Peningkatan produksi migas di dalam negeri merupakan cita-cita kita bersama dan ini sudah dibahas sejak bertahun-tahun target 1 juta barel per day namun saat ini produksinya terus menurun," ujarnya.

"Tentunya perlu ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh SKK Migas dengan situasi iklim investasi mapun insentifnya ini bisa lebih baik di samping itu juga mendorong transisi energi yang mengarah pada enrgi baru dan terbaurkan," sambungnya.

Dia menuturkan kalau pembahasan mengenai hal tersebut perlu jadi perhatian serius. Baik soal insentif fiskal maupun non-fiskal. Tujuannya agar bisa memperbaiki kondisi investasi industri hulu migas berjalan kondusif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya