Siap-Siap Harga Tiket Pesawat Meroket Jelang Natal dan Tahun Baru

Kenaikan harga tiket pesawat selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 atau Nataru 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2022, 14:10 WIB
Diterbitkan 14 Des 2022, 14:10 WIB
Prediksi lonjakan penumpang pesawat
Calon penumpang beraktivitas di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (18/12/2020). PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memprediksi lalu lintas sebanyak 2,1 juta penumpang pada periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi khawatir akan terjadi kenaikan harga tiket pesawat selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 atau Nataru 2023. Hal ini terjadi karena sedikitnya jumlah pesawat yang beroperasi pada periode saat ini.

Menurut datanya, saat ini ada 402 pesawat yang dioperasikan. Angka ini baru sekitar 62 persen dari jumlah pesawat yang beroperasi pada periode Nataru 2019, sebelum pandemi Covid-19.

"Ini saya kira yang akan menjadi isu dalam pelaksanaan Nataru, kemungkinan keterbatasan jumlah pesawat sehingga menimbulkan harga tiket cenderung tinggi karena demand-nya kuat tapi pesawat yang dioperasikan masih sangat terbatas," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (14/12/2022).

Dalam hal ini, Faik mengungkap kalau pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan. Tujuannya dalam emngantisipasi kenaikan harga tiket saat Nataru 2023.

"Ini juga jadi isu yang kemarin dibahas dengan Kemenhub, kita diminta untuk memastikan agar bisa menjaga tarif batas atas," ujarnya.

Faik menegaskan, AP I turut diminta untuk mengontrol agar tiket pesawat tidak melambung tinggi dari batas atas yang sudah ditetapkan.

"Jadi kita diminta ikut mengontrol tarif batas atas agar harga tiket tidak dijual terlalu mahal atau melewati batas yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan," sambung Faik.

 

 

Jumlah Pesawat

Prediksi lonjakan penumpang pesawat
Calon penumpang beraktivitas di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (18/12/2020). PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memprediksi lalu lintas sebanyak 2,1 juta penumpang pada periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut data yang dimilikinya, ada sekitar 402 pesawat yang akan beroperasi pada periode Nataru 2023 ini. Angka ini masih lebih rendah ketimbang pesawat yang beroperasi saat sebelum pandemi Covid-19.

"Dari sisi jumlah armada yang dioeprasikan, saat ini ada problem terkait keterbatasan jumlah pesawat yang dioperasikan karena masih terkena dampak pandemi," kata dia.

"Jadi dalam Nataru ini ad 402 unit pesawat yang akan digunakan untuk melayani kegiatan Nataru. Dan kalau dibandingkan tahun 2019 itu ada sekitar 650 pesawat. Jadi ini hanya sekitar 62 persen dari dari sebelum pandemi," papar Faik Fahmi.

Daftar Pesawat

Garuda Indonesia (GA): 55 Unit

Lion Air (JT): 91 Unit

Citilink (QG): 48 Unit

Pelita Air (IP): 3 Unit

Batik Air (ID): 63 Unit

Susi Air (SI): 24 Unit

AirAsia (QZ): 17 Unit

Sriwijaya Air (SJ): 5 Unit

Nam Air (IN): 2 Unit

Trans Nusa (8B): 3 Unit

Wings Air (IW): 50 Unit

Trigana Air (IL): 4 Unit

Super Air Jet (IU): 37 Unit

Erick Thohir: Indonesia Butuh 750 Pesawat Terbang agar Tiket Murah

Ilustrasi pesawat sedang mengudara (pixabay)
Ilustrasi pesawat sedang mengudara (pixabay)

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kalau Indonesia butuh banyak pesawat yang dioperasikan untuk menekan tingginya harga tiket pesawat. Menurutnya, setidaknya Indonesia butuh 750 pesawat yang dioperasikan.

Hingga saat ini, kata Erick Thohir, baru ada sekitar 550 pesawat yang beroperasi. Meski, belum seluruhnya beroperasi secara maksimal. Dengan banyaknya pesawat yang beroperasi, maka akan meningkatkan konektivitas di Indonesia sebagai negara kepulauan.

"750 pesawat yang dibutuhkan di Indonesia. Hari ini kurang lebih masih 550. Artinya ada potensi bagaimana domestik ini harus diprioritaskan, ini memang kita lakukan, apalagi kita negara kepulauan," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/12/2022).

Hitungan ini keluar pasca dia membandingkan dengan jumlah pesawat di Amerika Serikat. AS mencatatkan 7.500 pesawat yang dioperasikan, dengan jumlah penduduk mencapai 306 juta.

Masih mengacu AS, Erick menyebut kalau industri penerbangan disana memfokuskan pada penerbangan domestik. Hal ini juga yang perlu dilirik di Indonesia.

Sebelumnya, Erick pernah berujar Garuda Indonesia direncanakan untuk menambah pesawat menjadi 120 pesawat. Biaya penambahan pesawat salah satunya bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi maskapai pelat merah tersebut.

"Kenapa kemarin juga PMN bisa dilakukan tidak lain untuk mempercepat daripada keberadaan pesawat terbang yang memang dibutuhkan selama ini untuk menanggulangi harga tiket yang naik turun," kata dia.

"dan saya rasa akses daripada transportasi kita yang memang merupakan negara kepulauan memang membutuhkan jumlah pesawat yang cukup," tambah Erick Thohir.

Utang Garuda Indonesia Turun Hampir 50 Persen

Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut utang PT Garuda Indonesia (Persero) turun hampir 50 persen dari sebelumnya. Capaian ini pasca putusan menangnya maskapai dalam sidang Penundana Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

Penurunan ini dilihat jadi jumlah utang yang sebelumnya sebesar USD 10 miliar menjadi hanya USD 5,1 miliar. Angka ini buah dari kesepakatan resktrukturisasi utang antara Garuda Indonesia dan para kreditor.

"Kita lihat secara equity pun itu tadinya minus 53 (persen) sekarang minus 1,5 (persen). Jadi sudah menurun jauh daripada cengkraman utang dan lain-lainnya," ungkap Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (5/12/2022).

Buah dari proses restrukturisasi juga, Erick menyebut kalau maskapai pelat merah itu bisa mencatatkan laba. Per Juli 2022, Garuda Indonesia mencatatkan laba bersih senilai USD 3,8 juta.

Atas kinerja yang semakin membaik ini, Erick kembali menyinggung soal penyertaan modal negara (PMN) bagi maskapai tersebut. Dimana dana ini akan dialokasikan untuk menunjang operasional, termasuk penambahan pesawat.

"Kenapa kemarin juga PMN bisa dilakukan tidak lain untuk mempercepat daripada keberadaan pesawat terbang yang memang dibutuhkan selama ini untuk menanggulangi harga tiket yang naik turun," sambung Erick.

Infografis Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat
Infografis Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya