Neraca Perdagangan Indonesia di Desember 2022 Surplus USD 3,89 Miliar

Secara kumulatif neraca perdagangan dari Januari sampai Desember 2022 yakni sebesar USD 54,46 miliar atau naik 53,76 persen dibandingkan pada 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2023, 13:02 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2023, 12:55 WIB
Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Neraca perdagangan Indonesia diproyeksi masih akan mencatatkan surplus yang tinggi pada Maret 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2022 surplus USD 3,89 miliar. Dengan kinerja di Desember ini maka neraca perdagangan Indonesia surplus 32 bulan berturut-turut. 

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sejak Mei 2020. "Ini berarti neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 32 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Margo dalam konferensi pers, di Gedung BPS, Senin (16/1/2023).

Menurut Margo surplus neraca perdagangan Indonesia di Desember kemarin dikarenakan oleh nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan nilai impor yang mana untuk nilai ekspor tercatat USD 23,83 miliar dan impor USD 19,94 miliar.

Secara kumulatif neraca perdagangan dari Januari sampai Desember 2022 yakni sebesar USD 54,46 miliar atau naik 53,76 persen dibandingkan pada 2021.

"Jadi secara tahunan ekspor kita tumbuhnya cukup impresif yaitu sebesar 53,76 persen," katanya.

Perlu diketahui secara tahunan neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus sebesar USD 5,61 miliar, sementara untuk migas mengalami defisit USD 1,73 miliar.

"Surplusnya neraca perdagangan barang masih ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas," terang dia.

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

Impor Indonesia Sentuh USD 19,94 Miliar di Desember 2022

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencatat surplus sebesar US$2,89 miliar pada Maret 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Angka impor Indonesia pada Desember 2022 sentuh USD 19,94 miliar. Jumlah impor tersebut naik 5,16 persen jika dibandingkan pada bulan sebelumnya atau pada November 2022. Sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau pada Desember 2021 mengalami penurunan 6,61 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, impor Indonesia secara tahunan merupakan penurun terdalam sejak 2 tahun terakhir. "Kalau dibandingkan yoy, impor kita turun 6,61 persen dan ini merupakan penurunan terdalam 2 tahun terakhir," ujar Margo dalam acara konferensi pers di Gedung BPS, Senin (16/1/2023).

Secara kumulatif, total nilai impor Januari hingga Desember 2022 sebesar USD 237,52 miliar atau naik 21,07 persen jika dibandingkan periode sebelumnya.

Untuk impor nonmigas secara tahunan sebesar USD 197,11 miliar atau meningkat 15,50 persen yang ditopang oleh serealia, barang besi dan baja, kereta api. Sedangkan impor migas USD 40,42 miliar atau 58,31 persen ditopang ole impor hasil minyak dan minyak mentah.

Sementara berdasarkan golongan penggunaan barang, nilai impor Januari-Desember 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada golongan bahan baku atau penolong sebesar USD 33,956 juta.

 

Ekspor Indonesia di Desember 2022 Turun 1,10 Persen Jadi USD 23,83 Miliar

FOTO: Neraca Perdagangan Januari 2022 Surplus USD 930 Juta
Truk melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/2/2022). Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2022 menurun dibandingkan surplus pada Desember 2021 sebesar USD 1,02 miliar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Nilai ekspor Indonesia pada Desember 2022 tercatat USD 23,83 miliar. Angka ini turun 1,10 persen jika dibandingkan dengan November 2022 yang tercatat USD 24,12 Miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, ekspor pada Desember 2022 mengalami penurunan dorong oleh melorotnya ekspor nonmigas yang sebesar USD 22,35 miliar. Angka ini turun 2,73 persen jika dibandingkan dengan November 2022 yang tercatat USD 22,99 miliar.

"Jadi 4 bulan berturut-turut ini menurun baik dari sisi nilai ataupun volume," jelas Margo dalam acara konferensi pers di Gedung BPS, Senin (16/1/2023).

Beberapa komoditas nonmigas yang mengalami penurunan ekspor antara lain bahan bakar mineral sebesar 9,44 persen, lemak dan minyak hewan (nabati) 9,47 persen, barang dari besi dan baja turun 50,47 persen dan logam mulia dan perhiasan 11,61 persen.

Kendati begitu, ekspor migas masih mengalami peningkatan sebesar USD 1,49 miliar atau 32,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Kenaikan ekspor migas ini terutama didorong oleh peningkatan ekspor minyak mentah 73,24 persen dengan volume yang juga naik sebesar 95,70 persen. Kemudian hasil minyak 31,73 persen dengan volume 45,54 persen serta gas alami peningkatan 28,18 persen dan volume 24,12 persen.

Ekspor secara kumulatif Januari hingga Desember 2022 mencapai USD 291,98 miliar atau meningkat 26,07 persen dibandingkan tahun 2021. "Ekspor kita meningkat secara tahunan," kata Margo.

 

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya