Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat pada Kamis pagi seiring dengan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.
Kurs rupiah pada Kamis pagi dibuka meningkat tajam 113 poin atau 0,75 persen ke posisi 14.863 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.975 per dolar AS.
Baca Juga
"Hasil rapat FOMC yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dini hari tadi bisa menjadi pemicu penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Advertisement
Komite Pasar Terbuka Federal atau The Federal Open Market Committee​ (FOMC) merupakan dewan rapat kebijakan Bank Sentral AS.
The Fed menaikkan suku bunga targetnya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2/2023), namun terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran yang masih belum terselesaikan melawan inflasi.
Keputusan kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan ke kisaran antara 4,50 persen dan 4,75 persen, sebuah langkah yang diantisipasi secara luas oleh investor dan diisyaratkan oleh Bank Sentral AS menjelang pertemuan FOMC.
Lebih lanjut Ariston menuturkan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa tekanan inflasi di AS mulai menurun dan situasi ketenagakerjaan di AS juga masih cukup bagus.
"Ini membuka ekspektasi bahwa The Fed akan menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih longgar tahun ini," ujarnya.
Â
Prediksi Rupiah
Pernyataan tersebut juga memberikan kelegaan di pasar keuangan. Indeks saham Asia yang merupakan aset berisiko terlihat menguat pagi ini.
Bank sentral AS tidak mengeluarkan proyeksi ekonomi baru dari pembuat kebijakannya pada Rabu (1/2/2023) tetapi menegaskan kembali komitmennya terhadap target inflasi rata-rata 2,0 persen sebagai bagian dari tinjauan tahunan prinsip-prinsip operasinya.
Ariston memperkirakan rupiah berpeluang menguat ke arah 14.850 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran 15.000 dolar AS.
Pada Rabu (1/2), nilai tukar rupiah ditutup menguat 16 poin atau 0,10 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.991 per dolar AS.
Advertisement
USD Dibikin Terkapar, Kurs Rupiah Menguat 3,89 Persen Awal 2023
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pada awal 2023 nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi, di mana sampai dengan 27 Januari 2023 menguat 3,89 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
"Dari sisi nilai tukar, rupiah mengalami penguatan yang mendukung stabilitas ekonomi," kata Menkeu dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2023, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Menurutnya, penguatan kurs Rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 3,83 persen ( ytd), Filipina 2,30 persen (ytd), dan India 1,46 persen (ytd).
Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.
Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan terkait sisi fiskal, APBN 2022 yang merupakan bagian dari serangkaian kebijakan fiskal di masa pandemi Covid-19 telah bekerja keras untuk melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan kinerja APBN yang tetap sehat dan berkelanjutan.
Kinerja positif APBN 2022 terefleksi dari realisasi belanja negara yang sebesarRp3.090,75 triliun atau mampu tumbuh 10,92 persen (yoy).
APBNÂ telah bekerja untuk melindungi daya beli masyarakat dan menopang pemulihan ekonomi melalui dukungan subsidi dan kompensasi, penebalan bantuan sosial, dukungan proyek strategis nasional, penurunan stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem, dukungan program JKN, serta layanan publik di daerah.
Ekonomi Pulih
Seiring kuatnya dukungan belanja tersebut, ekonomi dapat pulih dengan cepat dan dunia usaha dapat bangkit lebih kuat, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan negara yang mencapai Rp2.626,42 triliun, tumbuh signifikan sebesar 30,58 persen (yoy) dan mencapai 115,90 persen dari target APBN (Perpres No. 98/2022).
Realisasi pendapatan tersebut meliputi realisasi penerimaan perpajakan yang mencapai Rp2.034,54 triliun (114,04 persen dari Perpres No. 98/2022) atau tumbuh sebesar 31,44 persen dari realisasi tahun 2021 dan realisasi PNBP yang mencapai Rp588,34 triliun atau 122,16 persen dari target Perpres No. 98/2022 atau tumbuh sebesar 28,32 persen (yoy).
"Kinerja pendapatan yang optimal tersebut terutama dipengaruhi pemulihan aktivitas ekonomi yang semakin menguat, masih tingginya harga komoditas, serta buah dari reformasi perpajakan," pungkasnya.Â
Advertisement