Ada Ancaman Resesi, Bos OJK: Ekonomi Indonesia Akan Baik-Baik Saja

Meski ada ancaman resesi, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangaj (OJK) Mahendra Siregar meyakini kalau ekonomi Indonesia dan global baik-baik saja.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 27 Feb 2023, 17:29 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2023, 17:29 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangaj (OJK) Mahendra Siregar meyakini kalau ekonomi Indonesia tak akan jatuh resesi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangaj (OJK) Mahendra Siregar meyakini kalau ekonomi Indonesia tak akan jatuh resesi (dok: Arief)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangaj (OJK) Mahendra Siregar meyakini kalau ekonomi Indonesia dan global baik-baik saja. Artinya, potensi resesi global dinilai bisa dihindari tahun ini.

Beberapa indikator dinilai Mahendra jadi kunci kuatnya ekonomi global. Mulai dari pergerakan ekonomi Amerika Serikat (AS), Eropa, hingga pembukaan aktivitas ekonomi di China.

"Stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan intermediasi tetap tumbuh kuat, sehingga bisa menjaga ekonomi ditengah ketidakpastian global," kata dia dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Senin (27/2/2023).

Mahendra memandan, kinerja ekonomi di AS dan Eropa menunjukkan perkembangan diatas ekspektasi sebelumnya. Diketahui, AS dan Eropa diprediksi mengalami pelambatan ekonomi.

"Kinerja ekonomi global secara umum diatas ekspektasi, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, khususnya kinerja pasar tenaga kerja yang menunjukkan persisten dan kuat dan indikator sektor riil lainnya tumbuh positif," ungkapnya.

"Perekonomian Tiongkok meningkatkan otpimisme kalau resesi global bisa dihindari," sambungnya.

Pengetatan Moneter

Di sisi lain, Mahendra melihat adanya salah satu tantangan. Yakni, adanya pengetatan moneter dari sejumlah negara di dunia yang diprediksi masih akan terus berlanjut.

Kemudian, hal lainnya yang perlu dicermati adalah soal harga komoditas. Dia memandang penurunan harga komoditas global perlu menjadi satu perhatian.

 


Kondisi Ekonomi Indonesia

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Lebih lanjut, Mahendra melihat kalau ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Meski adanya tekanan dari ekonomi global dan ancaman resesi global.

"Ditengah kondisi perekonomian global itu, ekonomi domestik tetap solid," katanya.

Hal ini terlihat dari neraca perdagangan Indonesia yang masih surplus di Januari 2023 lalu. Ditambah, posisi PMI Manufaktur yany masih berada di posisi ekspansi selama 17 bulan terakhir.

"Konsumsi masyarakat juga terkonfirmasi mengalami kenaikan terlihat dari indeks keyakinan konsjmem dan penjualan ritel," sambung Mahendra Siregar.

 


Tantangan

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Rabu (20/7/2022).

Diberitakan sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpandangan pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan angka yang cukup baik dengan mencatatkan 5,31 persen di 2022. Angka ini bisa semakin baik dengan bergantinya status pandemi menjadi endemi.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga mengamini adanya peluang itu. Hal ini dilihat dari tingkat Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur yang menunjukkan angka ekspansif dan kinerja ekspor Indonesia yang masif positif.

"Terlebih lagi pemerintah telah menyampaikan secara resmi tanggap darurat pandemi akan dikonsultasikan dengan pihak WHO untuk kemudiannya bisa mengubah status dari pandemi jadi endemi pada minggu-minggu mendatang ini," kata Mahendra dalam Indonesia Financial System Stability Summit 2023, Kamis (23/2/2023).

Kendati begitu, dia melihat masih adanya tantangan di sektor jasa keuangan kedepannya meski status pandemi dicabut. Maka diperlukan sejumlah upaya untuk meredam risiko dari tantangan-tantangan yang ada.

 


Tren Kenaikan Suku Bunga

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mahendra memprediksi tren kenaikan suku bungan akan terus terjadi kedepannya. Disamping adanya kebijakan moneter dari bank sentral negara maju yang akan menahan tingkat bunga di posisi yang tinggi.

"Baik dari kacamata tingkat bunga di berbagai negara yang tinggi dan kebijakan moneter dari kebanyakan bank sentral negara maju yang akan tetapkan tingkat bunga tinggi dan mungkin saja pada periode yang lebih lama lagi daripada yang diperkirakan sebelumnya," urainya.

"Hal ini harus mamapu diantisipasi dengan baik. Dan pada saat ini kami di OJK, maupun bekerja sama sinergi kuat dengan pemerintah terutama Kemenkeu, BI, LPS senantiasa mencermati, memantau dan melakukan langkah untuk menjaga ketahanan dan juga stabilitas sektor dan sistem keuangan yang ada," sambungnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya