Masih Anyar, Perusahaan Geothermal Harus Cermat Pasang Target

Perusahaan yang bergerak dalam penyediaan energi baru terbarukan, khususnya geothermal, dinilai perlu untuk lebih pandai berhitung dalam menentukan proyeksi target implementasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mar 2023, 11:40 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2023, 11:40 WIB
Energi Panas Bumi.
Energi Panas Bumi.

 

Liputan6.com, Jakarta Lembaga studi publik yang fokus pada ketersediaan energi, ReforMiner Institute menyarankan agar perusahaan yang bergerak dalam penyediaan energi baru terbarukan, khususnya geothermal, untuk lebih pandai berhitung dalam menentukan proyeksi target implementasi.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa hal ini menjadi tantangan serius bagi pelaku industri EBT, tak terkecuali geothermal. Apalagi bisnis transisi energi dari fosil ke EBT masih tergolong anyar.

“Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, terkadang implementasi di lapangan tidaklah semanis atau tidaklah linear,” ujarnya dikutip Jumat (3/3/2023)

Ada pandangan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Pada Perpres 112 Tahun 2022 dinyatakan harga listrik PLTA dengan kapasitas 20 MW - 50 MW, harga patokan tertingginya senilai 8,86 sen per kWh. Sedangkan untuk harga listrik PLTP kapasitas 10 - 50 MW, harganya 9,41 sen/kWh.

Padahal PLTP sejatinya harus dibangun di dekat sumber panas bumi, berbeda dengan PLTU yang menggunakan batu bara, di mana tambangnya bisa beratus kilometer dari lokasi pembangkit.

Menurut Komaidi, hingga saat ini belum ada metodologi yang baku sebagai standar tunggal mengenai cara pendataan cadangan sumber daya pada industri panas bumi, termasuk soal diperkirakan, dicatat dan disertifikasi.

“Jadi penentuan cadangan sumber daya panas bumi betul bersifat probabilitas atau kemungkinan, sehingga tidak terdapat jaminan bahwa data cadangan sumber daya panas bumi perseroan dapat mencerminkan hasil aktual yang dimiliki perseroan secara akurat,” jelasnya.

 

Dapat Rp 9 Triliun dari IPO, PGE Fokus Investasi Hijau di Panas Bumi

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK. Dok Pertamina

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah melakukan penawaran saham perdana, atau IPO pada 24 Februari 2023 kemarin. Rencananya, perseroan ingin menyuntikkan investasi hijau untuk pengembangan bisnis panas bumi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi panas bumi ini untuk bisa mendukung ketersediaan energi bersih di Indonesia, agar dapat bersaing di pasar Internasional. Untuk itu, PGE tidak hanya melirik geothermal, tapi juga bisa memanfaatkan sumber energi lain.

Enam+24:38VIDEO: The Power of Consumers in 2023 "Tahun 2060 Indonesia diperkirakan akan membutuhkan lebih dari 500 Gigawatt, semuanya energi baru terbarukan," kata Arifin dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/2/2023).

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansyuri mengatakan, melalui IPO ini, PGE diharapkan dapat mengumpulkan dana sebesar kurang lebih Rp 9 triliun. 

"Tentunya dengan pengumpulan dana tersebut akan menjadi tanggung jawab kepada PGE untuk  bagaimana ke depannya melalui pencatatan saham ini bisa menjadi sebuah perusahaan yang semakin terbuka, semakin accountable, semakin transparan, dan semakin profesional," ujarnya.

PGE Dukung Transisi Energi

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengemukakan, langkah pelepasan saham PGE ke Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan wujud upaya mendukung transisi energi. Aksi korporasi ini akan dapat meningkatkan kapasitas PGE, sehingga akan menaikkan kontribusi geothermal pada energi mix di Indonesia. 

Selain itu, sebagai bagian dari BUMN dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, langkah ini membuat PGE membuka diri untuk lebih transparan.

"Kita memang fokus mewujudkan transisi energi demi lingkungan dan bumi yang lebih baik lagi. Jadi ayo, kami memberikan semangat dan kesempatan bagi seluruh masyarakat berkontribusi langsung terhadap transisi energi, agar bisa berpartisipasi aktif di dalam pembelian saham yang baru saja kita luncurkan ini," tutur Nicke.

37 BUMN di BEI, Terbaru PGE

Sementara Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman, menyambut baik hadirnya PGE di Bursa Efek Indonesia. Menurutnya, terdapat 37 perusahaan dari BUMN yang tercatat di BEI, yakni 14 BUMN dan 23 entitas anak perusahaan BUMN, termasuk PGE. 

"Yang luar biasa, kami laporkan, nilai kapitalisasi pasar di BEI, 22,5 persen dikuasai oleh BUMN maupun entitas anak usahanya dengan porsi 19,4 persen oleh perusahaan BUMN dan 3,1 persen oleh entitas anak perusahaan BUMN," ungkap Iman.

Investasi untuk Indonesia

Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk Ahmad Yuniarto menegaskan, PGE akan terus berkomitmen dalam mendukung rencana pemerintah untuk meningkatkan bauran  energi terbarukan menuju tercapainya net zero emisision pada 2060 dalam lingkup bisnisnya. 

Sebagai perusahaan terbuka, PGE akan menjalankan tata kelola yang baik sesuai dengan regulasi yang berlaku untuk meningkatkan kinerja dan membuka peluang lebih luas dalam mendukung pengembangan sektor energi terbarukan berbasis panas bumi dan membantu membawa Indonesia menjadi Global Geothermal Power House.

"Investasi untuk PGE, sebetulnya adalah investasi untuk Indonesia dengan energi hijau bagaimana penyediaan energi bersih beriringan dengan upaya merawat bumi Indonesia yang kita cintai ini," pungkasnya.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Energi Panas Bumi. Dok: Pertamina
Energi Panas Bumi. Dok: Pertamina
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya