Bos BI Ungkap Modal Negara ASEAN Bisa Jadi Pusat Ekonomi Dunia, Dipimpin Indonesia

Dengan menjaga sektor perdagangan, Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya bisa turum berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

oleh Arief Rahman H diperbarui 06 Mar 2023, 16:44 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2023, 16:44 WIB
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan ada tiga alasan BI mengeluarkan rupiah digital.
Bank Indonesia (BI) telah memulai langkah awal desain Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah Digital sebagai solusi masa depan. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan ada tiga alasan BI mengeluarkan rupiah digital.
Liputan6.com, Jakarta
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap sejumlah modal negara ASEAN bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
 
Bahkan, dia menyebut kalau Indonesia bisa menjadi pemimpin pertumbuhan ekonomi tersebut. Hal ini sejalan dengan tema keketuaan Indonesia terhadap forum ASEAN; Epicentrum of Growth. Perry mengatakan kalau konsistensi reformasi struktural jadi satu modal utama yang bisa dipegang.
 
"Lebih dari itu, kenapa ASEAN 5 bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi? Kita konsisten dengan reformasi struktural. Kita meneruskan reformasi perdagangan dan investasi kita," ujarnya dalam High Level Seminar: ASEAN MATTERS Epicentrum of Growth, Senin (6/3/2023).
 
Perry mengungkapkan, di tengah ancaman ketidakpastian ekonomi global, langkah konsistensi jadi satu hal penting. Ini juga yang perlu diterapkan dalam menyusun kebijakan struktural dan sektor perdagangan.
 
Dengan menjaga sektor perdagangan, Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya bisa turum berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Sebelum bicara global, lingkup ASEAN bakal menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang baik dengan langkah ini.
 
"Dimana banyak negara mengambil langkah untuk menutup pintunya. Tapi kita sangat terbuka dengan perdagangan kita, Indonesia jadi contoh dan ditengah cocid kita lakukan reformasi struktural, kita hadirkan UU Cipta Kerja, mengekspansi hubungan perdagangan, investasi yang mengarah ke hilirisasi," bebernya.
 
"Ini kenapa kita bisa kuat," tegas Perry Warjiyo.
 
 
 
 
 

Jaga Inflasi di 3,3 Persen

High Level Seminar: ASEAN MATTERS Epicentrum of Growth
High Level Seminar: ASEAN MATTERS Epicentrum of Growth
 
 
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimistis bisa menekan angka inflasi kembali ke angka 3,3 persen di tahun 2023 ini. Padahal, angka inflasi Indonesia berada di posisi 6,3 persen di 2022 lalu.
 
Sejumlah alasan diungkapkannya. Sebut saja, mengenai beragam kebijakan strategis yang diambil. Sampai dengan proses perdagangan dan investasi yang terus dijaga.
 
"Tahun ini kita optimis inflasi Asean 5 bakal berada di 3,3 persen dan tahun depan 3,2 persen. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan bisa menyeimbangkan antara stabilitas makro ekonomi dan stabilitas finansial," ungkapnya dalam High Level Seminar: ASEAN MATTERS Epicentrum of Growth, Senin (6/3/2023).
 
Konsisten
 
Perry mengungkapkan alasan mengapa ASEAN 5 bisa begitu ambisius mengejar target itu. Salah satunya berkat konsistensi yang dibawa. Termasuk dalam menghadirkan berbagai kebijakan, baik makro ekonomi, maupun finansial.
 
"Kenapa bisa begitu? Karena Asean 5 sangat disiplin. Kita didiplin dengan kebijakan moneter dari bank sentral. Tidak hanya berbicara interest rate, stabulisasi nilai tukar, tapi juga kita mendukung pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan makroprudensial akomodasi dan digitalisasi metode pembayaran," sambungnya.
 
"Dimana itu semua mendukung adanya ekonomi yang inklusif. Dengan koordinasi yang sangat erat," tambah Perry.
 
 

Penguatan Nilai Tukar Rupiah

Akhir Pekan, Rupiah Melemah Terhadap Dolar
Teler menunjukan mata uang rupiah di Jakarta, Jumat (3/3/2023). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.311 pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah ditutup melemah 0,20 persen atau turun 30,5 poin ke Rp15.311 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
 
Diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) yakin bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tetap akan perkasa di 2023. Keyakinan ini setelah melihat realisasi di awal tahun sekaligus stabilitas sistem keuangan sekaligus kondisi ekonomi nasional.
 
Nilai tukar rupiah mampu berdiri gagah jika melihat kondisi per 15 Februari 2023. Lewat unggahan media sosial Instagram @bank_indonesia, rupiah mampu menguat 2,39 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
 
Jika dibandingkan dengan mata uang negara tetangga, rupiah juga masih jauh perkasa. Terlihat mata uang Filipina hanya mampu naik 0,99 persen. Sedangkan dilanjutkan Thailand hanya menguat 0,85 persen. Bahkan mata uang ringgit Malaysia hanya naik sebesar 0,27persen.
 
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, rupiah tak bakal tumbang karena didukung 5 faktor fundamental yang akan menjadi kunci menguatnya Rupiah.
 
"Bank Indonesia tidak menargetkan level, melainkan memberikan direction bahwa Rupiah akan menguat." kata Perry dikutip pada Kamis (23/2/2023).
 
 
Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS
Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya