Survei JPMorgan Sebut Ada Bank di AS Bisa Kehilangan Simpanan Rp 15.000 Triliun dalam Setahun

Survei JPMorgan menunjukkan 'bank paling rentan' di AS kemungkinan besar kehilangan simpanan hingga USD 1 triliun atau Rp 15 ribu triliun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Mar 2023, 13:35 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2023, 13:35 WIB
Mendistribusikan Dana ke Masyarakat
Ilustrasi Fungsi Bank Umum Credit: pexels.com/Gally

Liputan6.com, Jakarta - Survei baru oleh JPMorgan Chase & Co menunjukkan temuan mengejutkan.

Mengutip US News, Jumat (24/3/2023) survei JPMorgan menunjukkan 'bank paling rentan' di Amerika Serikat kemungkinan besar kehilangan simpanan hingga USD 1 triliun atau Rp 15 ribu triliun (asumsi kurs Rp 15 ribu per USD) dalam setahun terakhir.

Namun, tim analis JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou tidak menyebut bank mana yang mereka kategorikan sebagai "paling rentan" atau jumlah yang masuk ke dalam kategori ini.

"Ketidakpastian yang dihasilkan oleh pergerakan simpanan dapat menyebabkan bank menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman," tulis bank tersebut.

"Risiko ini diperkuat oleh fakta bahwa bank menengah dan kecil memainkan peran besar yang tidak proporsional dalam pinjaman bank di AS," ungkap mereka dalam catatan tertanggal 22 Maret.

Seperti diketahui, krisis perbankan di AS terjadi ketika regulator menutup Silicon Valley Bank dan Signature Bank awal bulan ini,menandai kegagalan terbesar kedua dan ketiga dalam sejarah perbankan AS.

Kecepatan nasabah menarik uang dari dua bank tersebut memicu kekhawatiran di lembaga lain, mendorong otoritas AS untuk mendukung simpanan mereka.

Analis JPMorgan mencatat, dari USD 17 triliun total simpanan bank AS, hampir USD 7 triliun tidak diasuransikan oleh Federal Deposit Insurance Corp (FDIC).

"Kenaikan suku bunga Fed telah mendorong pergeseran simpanan melalui saluran lain dengan menciptakan kerugian dalam portofolio obligasi bank yang pada gilirannya membuat deposan kurang nyaman dengan menyimpan simpanan yang tidak diasuransikan di bank dengan kerugian besar yang belum direalisasi pada kepemilikan obligasi mereka," tulis JPMorgan.

Sementara itu, dari USD 1 triliun simpanan yang ditarik dari perbankan AS yang paling rentan, setengahnya masuk obligasi pemerintah. Adapun setengah lainnya mendarat di bank AS yang lebih besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Imbas Silicon Valley Bank Bangkrut, Kepercayaan Warga AS pada Bank Turun

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Diwartakan sebelumnya, kepercayaan masyarakat Amerika Serikat pada bank di negaranya mulai menurun, menyusul krisis di Silicon Valley Bank, Signature Bank dan First Republic Bank.

Hal itu diungkapkan oleh polling yang dilakukan Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research. 

Melansir Associated Press, Kamis (23/3/2023) jajak pendapat AP menemukan hanya 10 persen orang dewasa di Amerika Serikat yang mengatakan bahwa mereka memiliki kepercayaan tinggi pada bank negara dan lembaga keuangan lainnya. 

Angka itu menandai penurunan dari 22 persen yang mengatakan mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada tahun 2020.

Menyusul keruntuhan Silicon Valley Bank bulan ini, jajak pendapat dari The Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research juga menemukan bahwa mayoritas (56 persen responden) menyebut pemerintah tidak berupaya cukup keras untuk menangani krisis di industri ini.

Sementara itu, 27 persen rmengatakan pihak berwenang sudah melakukan langkah yang tepat, dan 63 persen responden Partai Demokrat mengatakan regulasi bank saat ini tidak memadai, seperti halnya 51 persen dari Partai Republik.

Selain 10 persen yang mengatakan bahwa mereka memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap perbankan negara, 57 persen mengungkapkan mereka memiliki kepercayaan, sedangkan 31 persen hampir tidak memilikinya.


Kondisi Ekonomi

Ilustrasi daftar kode bank
Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Meskipun kepercayaan pada bank dan lembaga keuangan di AS telah menurun bahkan sejak jajak pendapat terakhir AP-NORC pada tahun 2020, rendahnya kepercayaan di antara orang Amerika pada lembaga publik mereka ternyata bukanlah hal baru. 

General Social Survey  yang telah melacak tren pendapat selama beberapa dekade, menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap institusi mulai dari industri keuangan hingga Kongres telah menurun secara substansial sejak tahun 1970-an.

Secara keseluruhan, sekitar setengah dari orang dewasa AS memperkirakan kondisi ekonomi AS akan memburuk tahun depan, ungkap jajak pendapat AP-NORC.


Silicon Valley Bank Kolaps, Goldman Sachs Pangkas Ramalan Ekonomi AS Jadi 1,2 Persen

Nasabah Ramai-ramai Tarik Dana Usai Silicon Valley Bank Bangkrut
Antrean nasabah untuk mencoba mengambil kembali dana mereka di luar kantor Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, Senin (13/3/2023). Pekan lalu, bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat, Silicon Valley Bank bangkrut hanya dalam dua hari. (Justin Sullivan/Getty Images/AFP )

Goldman Sachs pada Rabu (15/3) menurunkan perkiraan untuk pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat di kuartal keempat 2022, karena krisis perbankan di negara itu salah satunya Silicon Valley Bank (SVB). 

Melansir US News, Jumat (17/3/2023) analis di Goldman Sachs sekarang memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal terakhir 2022 hanya akan mencapai 1,2 persen.

Angka tersebut menandai penurunan 0,3 poin persentase dari perkiraan Goldman Sachs sebelumnya.

Seperti diketahui, bank-bank regional di AS tengah berada dalam gelombang kekhawatiran sejak SVB Financial Group ditutup oleh regulator menyusul keruntuhannya pekan lalu.

Goldman Sachs juga mengakui tekanan di beberapa bank tetap ada meskipun agen federal telah bertindak agresif untuk mendukung sistem keuangan.

Prospek Sistem Perbankan AS

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Moody's juga merevisi prospek sistem perbankan AS menjadi "negatif" dari "stabil".

Selain itu, Gedung Putih juga memantau perkembangan bank-bank kecil di AS, untuk memastikan keamanan dana simpanan para nasabah imbas bangkrutnya Silicon Valley Bank.

"Kami mendedikasikan banyak waktu untuk memastikan bahwa kami melewati ini dengan baik," kata seorang pejabat Gedung Putih, dikutip dari Channel News Asia.

Pejabat itu menambahkan, Gedung Putih terus berkomunikasi dengan Departemen Keuangan AS dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) tentang potensi masalah di bank lain, yang kasusnya hampir sama dengan SVB.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya