Nilai Tukar Rupiah Melemah di Pembukaan Perdagangan 10 April 2023, Namun Ada Potensi Pembalikan

Analis DCFX Futures Lukman Leong memprediksi kurs rupiah bergerak di kisaran 14.875 per dolar AS hingga 15.000 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Apr 2023, 10:35 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2023, 10:35 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Pada Senin (10/4/2023), nilai tukar rupiah turun 11 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp 14.923 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.912 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini terjadi akibat naiknya imbal hasil obligasi AS.

Pada Senin (10/4/2023), nilai tukar rupiah turun 11 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp 14.923 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.912 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan melemah karena naiknya imbal hasil obligasi AS menyusul rilis data penggajian nonpertanian (Non-Farm Payroll/NFP)," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong dikutip dari Antara. 

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 13 basis poin (bps) menjadi 3,951 persen, sedangkan imbal hasil obligasi 10 tahun naik 8,8 bps menjadi 3,378 persen.

Menurut Lukman, kenaikan imbal hasil obligasi AS terjadi setelah data NFP terbaru menunjukkan sektor tenaga kerja Negeri Paman Sam yang masih ketat sehingga memicu kembalinya kekhawatiran akan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Data Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat 7 April 2023 menunjukkan bahwa data NFP meningkat 236.000 pekerjaan bulan lalu, sedikit di bawah 239.000 yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.

Laporan yang diawasi ketat juga menunjukkan bahwa kenaikan upah tahunan melambat tetapi tetap terlalu tinggi untuk konsisten dengan target inflasi bank sentral AS sebesar 2 persen.

Namun, kata Lukman, pelemahan rupiah akan terbatas pada hari ini dengan investor menantikan data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan kembali meningkat.

"Rupiah berpotensi berbalik menguat apabila data lebih baik dari perkiraan," tambahnya.

Oleh karena itu, dia memprediksi kurs rupiah hari ini bergerak di kisaran 14.875 per dolar AS hingga 15.000 per dolar AS.

Bos BI: Nilai Tukar Rupiah Lebih Gagah dari India-Malaysia

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap nilai tukar mata uang rupiah lebih perkasa dibanding dengan negara tetangga. Diantaranya Malaysia, Thailand, hingga India.

Dia mencatat nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,75 persen secara point-to-point di akhir Februari 2023. Namun, jika dilihat secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 15 Maret 2023 menguat 1,32 persen dari level akhir Desember 2022.

Angka ini yang disebut Perry Warjiyo lebih baik dari capaian daei Rupee India, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia.

"Apresiasi ini lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16 persen serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04 persen dan -1,8 persen," urainya.

 

BI Yakin Rupiah Bakal Stabil

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Kedepannya BI memperkirakan kalau nilai tukar rupiah akan terjaga di level stabil. Mengingat ada sejumlah peningkatan ekonomi nasional yang berdampak positif.

"Kedepan BI mem stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, inflasi rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," katanya.

"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk mengendalikan inflasi. Khususnya inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadpa nilai tukar rupiah," sambung Perry Warjiyo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya