Indonesia Kembangkan Rumput Laut Jadi BBM, Menko Luhut Beri Dukungan

Indonesia memiliki komitmen kuat dalam optimalisasi potensi kelautan untuk mendorong terwujudnya blue economy. Salah satu potensi terbesar adalah pendayagunaan rumput laut

oleh Arief Rahman H diperbarui 28 Apr 2023, 18:52 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2023, 18:45 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan saat memberikan arahan di PT Sea6 Energy pada Jumat (28-04-2023)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan atau Menko Luhut saat memberikan arahan di PT Sea6 Energy pada Jumat (28-04-2023)

 

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menjadikan transisi energi sebagai salah satu kepentingan strategis jangka panjang. Indonesia memiliki komitmen kuat dalam optimalisasi potensi kelautan untuk mendorong terwujudnya blue economy. Salah satu potensi terbesar adalah pendayagunaan rumput laut.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan saat memberikan arahan di PT Sea6 Energy menyampaikan bahwa ketergantungan terhadap pemanfaatan energi fossil akan dikurangi secara bertahap dibarengi dengan peningkatan kemampuan nasional dalam menghasilkan energi bersih, energi alternatif yang ramah lingkungan, termasuk mendukung rencana pengembangan biofuel dan crude oil atau BBM berbasis rumput laut ini.

Menko Luhut juga menyampaikan bahwa rumput laut merupakan blue natural capital yang sangat strategis untuk dikembangkan karena termasuk sektor yang padat karya dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

"Kondisi perairan tropis yang dimiliki Indonesia menjadi habitat yang cocok untuk budidaya rumput laut, termasuk pengolahan industrinya. Indonesia merupakan produsen kedua terbesar rumput laut di dunia dengan nilai produksi 9,3 Juta ton tahun 2022," sebut Menko Luhut, Jumat (28/4/2023).

Mengacu pada data, di tahun 2021, komposisi ekspor rumput laut Indonesia masih didominasi oleh bahan baku rumput laut kering (65 persen), hanya 35 persen berupa rumput laut olahan yang bernilai tambah. Secara keseluruhan nilai ekspor rumput laut ini mencapai sekitar 6 persen dari total ekspor produk perikanan nasional, dengan penguasaan pangsa pasar dunia baru sekitar 12 persen saja.

Untuk dapat meningkatkan kapasitas industri pengolahan rumput laut serta mendukung industrialisasi rumput laut dari hjlu ke hilir, maka diperlukan dukungan dari bebagai pihak, mulai dari industri rumput laut yang perlu meningkatkan nilai tambah dan daya saing, hingga pemerintah yang perlu mendesain dan mengidentifikasi langkah-langkah kebijakan untuk mempercepat upaya tersebut.

Terlebih, rumput laut dapat memainkan peran besar dalam adaptasi perubahan iklim dengan menyerap emisi karbon, meregenerasi ekosistem laut, dan sebagai bahan biofuel dan plastik biodegradable.

 

Dukung SDGs

Rumput laut sargassum (sargasso) di pantai Bois Jolan di kota Saint-Anne di Pulau Guadeloupe, Karibia Prancis.
Sebuah gambar yang diambil pada 23 April 2018 menunjukkan rumput laut sargassum (sargasso) di pantai Bois Jolan di kota Saint-Anne di Pulau Guadeloupe, Karibia Prancis.Helene VALENZUELA / AFP

Disampaikan oleh Co-founder dan CEO PT Sea6 Energy Nelson Vadassery bahwa saat ini perusahaannya berupaya untuk mendukung Sustainable Development Goals. Pihaknya pun telah memanfaatkan berbagai teknologi untuk pengembangan pengelolaan rumput laut di hulu dan hilir. Beberapa di antaranya adalah pemantauan lokasi budidaya menggunakan drone, penentuan lokasi perluasan budidaya menggunakan analisis satelit, dan pemanfaatan kecerdasan buatan.

"Dengan melakukan hilirisasi, nilai tambah di dalam negeri akan meningkat, sehingga pendapatan petani rumput laut akan meningkat," ujar Menko Luhut. Program padat karya ini akan melibatkan lebih dari 15 ribu pekerja, menurunkan emisi karbon, dan menjadi solusi membersihkan laut.

Sepakat dengan Menko Luhut, Pejabat (PJ) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana juga menilai akan ada banyak multiplier effect yang muncul, terlebih banyak dari masyarakat Buleleng berprofesi sebagai nelayan.

"Pengembangan budidaya rumput laut akan membawa banyak dampak positif, bukan hanya untuk kelestarian laut saja, tetapi juga dapat membawa kesejahteraan masyarakat," tutur PJ Bupati Ketut. Ia pun bercerita bahwa saat ini ada 349 kepala keluarga ralam kondisi ekstrim. Dengan memberikan perhatian pada Kabupaten dengan garis pantai terpanjang di Bali ini, maka Buleleng akan tumbuh dan mendukung transformasi ekonomi, khususnya melalui blue economy melalui budidaya rumput laut.

 

Ramah Lingkungan

Fungsi Rumput Laut dalam Perang Melawan Perubahan Iklim
Tanaman rumput laut yang bisa membantu mengikat karbondioksida dan membantu mengatasi masalah iklim yang terjadi. (dok. Unsplash / Silas Baisch)

Menko Luhut pun mengingatkan agar pembudidaya terus menerapkan praktek budidaya yang ramah lingkungan. "Kurangi penggunaan botol-botol plastik sebagai pelampung, terapkan mekanisasi dalam hal pemanenan dan penyortiran benih, kembangkan kebun bibit rumput laut secara merata di sentra-sentra budidaya, dan gunakan teknologi sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi," pesannya.

Pada kesempatan tersebut, Menko Luhut juga meninjau lokasi budidaya dan pabrik pengolahan rumput laut. Ia didampingi oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Firman Hidayat, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nani Hendiarti, Direktur Jenderal (Dirjen) Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dirjen Penguatan Daya Saing KKP, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Dirjen Industri Argo Kementerian Perindustrian, Direktur Hilirisasi Perkebunan, Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan Kementerian Investasi/BKPM

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya