Meneropong Prospek Bisnis Agung Podomoro Land, Meski Punya Utang Rp 4,5 Triliun

Pada kuartal I-2023 Agung Podomoro Land mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp 1,15 triliun.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 04 Jul 2023, 21:30 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 15:14 WIB
Agung Podomoro Land
Head of Regional Marketing Podomoro Karawang Emil S Utomo (kiri) , bersama Presiden Direktur PT Era Indonesia Darmadi Darmawangsa (kanan) sedang meninjau maker Kota Kertabumi Karawang usai Webinar Agung Podomoro Wujudkan Karawang Is The Future, yang merupakan rangkaian dalam Festival Investasi Properti, Rabu (14/9/22) di Central Park Mall Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Raksasa properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) kembali menghadapi masalah utang. Ditengah tantangan bisnis properti yang belum pulih, Agung Podomoro Land punya kewajiban jumbo yang akan segera jatuh tempo pada 2 Juni 2024. Pinjaman senilai USD 300 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per USD) berbunga 5,95% per tahun.

“Menghadapi utang jatuh tempo yang begitu besar, ruang APLN untuk mendapatkan pendanaan kembali akan semakin terbatas. Agenda pemilu dan kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti akan memberatkan pelaku bisnis seperti halnya Agung Podomoro untuk mendapatkan pendanaan baru,” jelas Pengamat Pasar Modal Fendi Susiyanto, di Jakarta, Selasa (4/7/2023).

Fendy mengatakan, keberhasilan APLN melunasi pinjaman senilai SGD172,8 juta melalui penjualan aset Central Park Mal (CP Mal) pada akhir tahun lalu tidak akan mudah terulang. Apalagi utang jatuh tempo tahun depan nilainya hampir 2 kali lipat.

“Wajar jika lembaga pemeringkat obligasi Moody’s menyematkan rating negatif kepada APLN. Akan menarik untuk melihat strategi manajemen APLN untuk bisa keluar dari kondisi sulit ini,” katanya.

Moody's baru saja memangkas rating Agung Podomoro dari Caa1 menjadi Caa2. Hal yang sama juga berlaku terhadap berikut dengan peringkat senior notes yang diterbitkan 2 Juni 2017.

Kinerja APLN sendiri sebenarnya sangat positif. Lewat berbagai proyek properti di sejumlah daerah dan juga di Jabodetabek, perusahaan yang dimiliki oleh Trihatma K. Haliman ini agresif menawarkan produk-produk terbaiknya.

Pada kuartal I-2023 APLN mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp 1,15 triliun. Jumlah ini turun 8,58% dibandingkan periode sama tahun 2021 sebesar Rp 1,26 triliun. Perusahaan properti ini membukukan laba kotor sebesar Rp 380,2 miliar, turun 19,91% dari tahun sebelumnya Rp 474,7 miliar.

 

Penjualan

Mal Central Park (Foto: PT Agung Podomoro Land Tbk/APLN)
Mal Central Park (Foto: PT Agung Podomoro Land Tbk/APLN)

Dari berbagi proyek properti yang dibangun di berbagai daerah, pada kuartal I-2023 APLN membukukan pengakuan penjualan sebesar Rp 813,2 miliar.

Sementara penjualan pemasaran (marketing sales) di luar PPN sebesar Rp 242 miliar. Sementara dari bisnis perhotelan dan pusat perbelanjaan, APLN pendapatan berulang menjadi Rp 337,8 miliar, meningkat dari periode sama tahun 2022 sebesar Rp 299,1 miliar.

Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land Justini Omas mengatakan, Agung Podomoro terus berusaha untuk mendorong penguatan bisnis melalui sejumlah inisiatif.

“APLN akan memaksimalkan penjualan proyek-proyek properti di daerah-daerah dengan daya beli konsumen tinggi. Contohnya di Medan, Bandung, Karawang, Jakarta dan proyek baru di Bogor, yaitu Kota Podomoro Tenjo,” jelasnya seperti dikutip dari keterangan resmi (29/4).

 

Belum Menjamin

Properti Agung Podomoro
Marketing Director PT Agung Podomoro Land Tbk. Agung Wirajaya (kiri) dan Presiden Direktur PT Era Indonesia Darmadi Darmawangsa (kanan) mengatakan walau sempat terdampak pandemi, kini saatnya sektor properti bangkit kembali dan menjadi salah satu penopang pemulihan ekonomi Indonesia.

Fendy menilai, membaiknya kinerja APLN di awal tahun belum menjadi jaminan bahwa situasi ini akan membuat kas perseroan tebal di akhir tahun.

Dengan kebutuhan pendanaan yang juga sangat besar untuk membangun proyek-proyek baru, APLN dinilai memiliki beban berat untuk membiayai pelunasan utang-utangnya dalam waktu dekat.

“Jika melihat arus kasnya, tentu sulit jika hanya mengandalkan penjualan proyek properti. APLN butuh strategi dan tenaga ekstra untuk menyakinkan lembaga keuangan agar bisa melunasi pinjamannya,” tutup Fendi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya