Layanan KRL Banyak Keluhan, Ini Penjelasan KAI Commuter

PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) mengungkap alasan banyaknya operasional KRL yang terdiri dari 8 kereta (SF 8)

oleh Arief Rahman H diperbarui 15 Jul 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2023, 18:00 WIB
Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Suasana Stasiun Kereta KRL di Stasiun Karet Sudirman, Jakarta, Selasa (2/5/2023). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) terancam tidak dapat mengganti 10 unit rangkaian KRL Jabodetabek yang akan pensiun pada tahun 2023 dan 19 unit pada tahun 2024 dikarenakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menolak usulan PT KCI untuk mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang serta meminta perseroan membeli produk dalam negeri. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) mengungkap alasan banyaknya operasional KRL yang terdiri dari 8 kereta (SF 8). Hal ini diketahui sempat dikeluhkan banyak pengguna KRL.

VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menjelaskan, banyaknya KRL dengan stamformasi 8 adalah satu siasat perusahaan agar bisa diselingi dengan perbaikan rutin sejumlah rangkaian. Di sisi lain, KAI Commuter juga menunggu datangnya rangkaian baru.

"Kenapa stamformasi banyak yang 8? Nah, teman-teman harus kihat bahwa didalam proses pengadana sarana ini, strategi kami itu bagaimana tidak mengurangi frekuensi, kami lakukan manajemen untuk perawatan supaya tak mengganggu (operasional)," kata dia di Depo Depok, ditulis Sabtu (15/7/2023).

Anne menerangkan dengan melakukan rekomposisi dari yang semula 12 kereta dan 10 kereta setiap rangkaian, maka diperbanyak juga jumlah keberangkatannya. Artinya, dalam periode waktu tertentu, dengan headway yang lebih singkat, semakin banyak juga penumpang yang bisa diangkut.

"Dengan headwat sepert line Bogor ada stamformssi delapan, ada yang kita berangkatkan dari Bojong Gede, Nambo dan itu untuk bisa meng-cover kepadatan, ini yang kita lakukan antisipasi kepadatan," tuturnya.

Diketahui, impor 3 rangkaian KRL baru dari Jepang disebut baru bisa datang pada akhir 2024 mendatang. Sama halnya dengan proses retrofit 19 rangkaian KRL yang digarap oleh PT INKA. 4 rangkaian awal yang diretrofit nantinya juga baru datang pada akhir 2024 mendatang.

Alhasil, sejumlah rekayasa perlu dijalankan sementara waktu ini hingga telah adanya penambahan sarana, baik dari impor maupun dari produksi dalam negeri.

"Untuk jangka panjang smeuanya nanti sudah 12 (kereta). Baik yang retrofit maupun nanti baru dari impor atau produksi buatan INKA," jelasnya.

 

Datangkan KRL Baru

Rencana Subsidi Silang Tarif KRL
Rangkaian kereta listrik Commuter Line atau KRL saat melintas di Stasiun Jatinegara, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana untuk menerapkan subsidi silang dalam tarif KRL Jabodetabek. Wacana ini dituturkan oleh Menhub Budi Karya Sumadi yang mengatakan tarif KRL akan disesuaikan supaya subsidi lebih tepat sasaran. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Diberitakan sebelumnya, PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) tengah menyusun rencana pengadaan sarana KRL untuk kebutuhan hingga 2027 mendatang. Mulai dari impor KRL baru, produksi dalam negeri, hingga merombak fasilitas dari unit KRL yang sudah ada.

VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menerangkan, rencana paling dekat adalah mendatangkan tiga rangkaian KRL baru dari Jepang. Ini jadi salah satu solusi sebagai pengganti dari rencana impor KRL bekas yang ditolak pemerintah.

"Mudah-mudahan tahun depan bisa didatangkan dan ini sudah pembahasan teknis (spesifikasi KRL)," kata dia kepada wartawan di Depo KRL Depok, ditulis Rabu (12/7/2023).

 

Butuh 15 Bulan

Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Hal itu disebabkan masa tunggu antarkereta yang berpotensi menjadi semakin lama, sehingga efeknya stasiun dan kereta akan menjadi semakin padat dan semrawut yang dampaknya dapat mengakibatkan penumpukan lebih dari 200.000 penumpang per hari. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Anne memperkirakan proses pengapalan rangakaian KRL itu butuh waktu 14-15 bulan. Mengingat, target penandatanganan kontrak antara KAI Commuter dan pihak Jepang akan berlangsung pada Agustus-September.

"Kita usahakan 14-15 bulan itu, kalau bisa lebih cepat, kereta sudah tiba di sini dan siap dipakai," kata dia.

Sambil berjalan, KAI Commuter pun mulai melakukan perombakan fasilitas atau retrofit dari sejumlah rangkaian KRL. Tercatat akan ada 19 rangkaian KRL yang diretrofit secara bertahap. Prosesnya, hampir berdekatan dengan kedatangan impor KRL baru dari Jepang.

Proses retrofit nantinya akan digarap oleh PT INKA dengan empat rangkaian setiap termin pengerjaan secara kontinyu. Waktu yang dibutuhkan pun sekitar 14-15 bulan.

"Kita sudah mulai dari bulan ini juga, sejalan dengan impor KRL baru, kita asesmen untuk kebutuhan retrofit KRL, ini seperti modernisasi, jadi upaya ini untuk pemenuhan (kebutuhan) sarana kita, akan ada 4 kereta (yang diretrofit) tiap tahun sampai 2027," bebernya.

 

Pengadaan KRL Baru dari INKA

Rencana Subsidi Silang Tarif KRL
Calon penumpang saat menaiki KRL Commuter Line di Stasiun Jatinegara, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pemerintah pusat mengalokasikan subsidi pada kebijakan tarif yang sudah berlaku sekitar lima tahun terakhir sehingga pengguna KRL di Jabodetabek hanya perlu membayar Rp3.000 untuk 25 km pertama, dan Rp1.000 untuk setiap 10 km berikutnya. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Tak sebatas itu, Anne mengungkap masih pihaknya juga menjalin kerja sama dengan PT INKA untuk pengadaan KRL baru. Ini dimulai dengan pemesanan tahap awal sebanyak 16 rangkaian KRL yang rencananya akan terpenuhi di 2025-2026 mendatang.

Sementara itu, hingga 2027 rencananya akan ada tambahan 8 rangkaian KRL. Akhirnya, secara total, KAI Commuter akan kedatangan 24 rangkaian KRL baru dari INKA hingga 2027 mendatang. "Jadi di 2025-2026 akan ada 16 trainset baru, yang dikerjasamakan dan dikontrak bareng INKA dengan biaya hampir Rp 4 triliun, di 2027 akan ada tambahan 8 kereta baru," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya