Sri Mulyani Cerita Menkeu Negara G20 Murung saat Bertemu di India, Ini Penyebabnya

Sri Mulyani bercerita bahwa Indonesia mampu mengkonsolidasi fiskal hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun, padahal UU nomor 2 tahun 2020 tentang penanganan pandemi memberikan waktu 3 tahun.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Jul 2023, 16:15 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2023, 16:15 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati  dalam sambutannya di Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2023, Kamis (20/7/2023). Sri Mulyani bercerita mengenai pesimisme negara G20.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam sambutannya di Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2023, Kamis (20/7/2023). Sri Mulyani bercerita mengenai pesimisme negara G20. (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan terdapat hal yang menarik saat mengikuti agenda pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 di India.

Dimana raut wajah para Menteri Keuangan yang hadir tampak kurang gembira. Hal itu dikarenakan situasi dunia yang masih diselimuti ketidakpastian, diantaranya tekanan geopolitik masih berlangsung, krisis pangan, energi, dan APBN di setiap negara terganggu.

"Kita dalam situasi dunia yang pesimis, karena dunia dalam situasi yang tidak mudah. Ada tekanan geopolitik karena perang, menimbulkan dampak terhadap krisis pangan, energi, dan APBN di semua negara berdarah-darah karena fiskalnya, 'negara harus hadir' di tiap negara, dan mereka defisit besar, rasio utangnya juga sangat tinggi," kata Sri Mulyani dalam sambutannya di Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2023, Kamis (20/7/2023).

Kendati demikian, dalam kesempatan tersebut Sri Mulyani menyampaikan kesuksesan Indonesia berhasil pulih dari pandemi.

Alhasil paparan Sri Mulyani disambut oleh mereka, lantara ditengah situasi dunia yang pesimis ini dibutuhkan kisah inspiratif untuk memotivasi negara-negara lain untuk bangkit dari pandemi.

Indonesia Mampu Bangkit 

Sri Mulyani bercerita bahwa Indonesia mampu mengkonsolidasi fiskal hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun, padahal UU nomor 2 tahun 2020 tentang penanganan pandemi memberikan waktu 3 tahun.

Meskipun dilakukan konsolidasi yang sangat cepat, namun kata Sri Mulyani ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh di atas 5 persen selama 6 kuartal berturut-turut bahkan sudah di atas level sebelum pandemi.

"Defisit APBN yang tadinya tahun 2020 dibuka untuk bisa di atas 3 persen, yaitu 6,1 persen, kita end up dengan sekarang sudah turun di tahun 2022 dengan 2,38 persen. Ini adalah konsolidasi fiskal tercepat, jadi mereka di G20 menyebut 'it's good to hear a country still managing well and performing well, because we need that success story'," pungkasnya.

Negara Anggota G20 Dituntut Bangkit Atasi Tantangan Global Usai Pandemi COVID-19

Penyebab Perubahan Iklim
Ilustrasi Penyebab Perubahan Iklim Credit: pixabay

Sebelumnya, pemegang presidensi G20 tahun 2023 yang diwakili oleh Menteri Persatuan Negara, Sains dan Teknologi Jitendra Singh meminta negara-negara G20 untuk "bangkit di atas perbedaan" dan mengatasi tantangan global yang dihadapi dunia.

Ia juga meminta agar negara anggota G20 untuk bertindak responsif terhadap kesejahteraan global dalam semangat satu keluarga.

India juga mengakui pentingnya kolaborasi global dan berbagi pengetahuan dalam mengatasi tantangan kompleks dan Perdana Menteri Narendra Modi telah berulang kali menegaskan hal ini dari waktu ke waktu di setiap forum internasional.

Menteri Jitendra Singh juga meminta untuk memanfaatkan kebijaksanaan bersama, keahlian, dan sumber daya untuk menumbuhkan budaya inovasi, mempromosikan pembangunan berkelanjutan, dan memastikan masa depan yang sejahtera bagi semua.

Negara-negara G20 untuk bergerak maju dengan agenda yang mendalam untuk unggul dalam pertumbuhan yang inklusif, adil dan berkelanjutan, dikutip dari laman theprint.in, Senin (10/7/2023).

Forum grup di G20 ini dinilai berpotensi untuk mengatasi tantangan global yang besar, seperti yang dilakukan baru-baru ini saat memerangi pandemi COVID-19.

Jitendra Singh menekankan bahwa selama Kepresidenan G20 India, akan berkomitmen untuk memajukan penelitian dan inovasi global untuk masa depan yang lebih baik.

Upaya Ilmuwan dan Peneliti

Ilustrasi Tempat Penyimpanan Bakteri dan Virus
Ilustrasi bagaimana peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor menyimpan sampel bakteri dan virus. (Foto: Liputan6.com/Zulfikar Abubakar).

Singh mengatakan, belakangan ini Ilmuwan dan Peneliti telah menjadi yang terdepan dalam penemuan dan kemajuan mutakhir di berbagai disiplin ilmu seperti eksplorasi ruang angkasa hingga kecerdasan buatan, dari bioteknologi hingga nanoteknologi.

Kemudian peneliti dianggap telah mendorong batas-batas pemahaman ilmiah serta mendorong inovasi yang bermanfaat bagi kemanusiaan secara keseluruhan.

Jitendra Singh mengatakan, saat dunia bergulat dengan tantangan perubahan iklim dan menipisnya sumber daya alam, menjadi penting untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan secara efisien.

Jitendra Singh menekankan bahwa anggota G20 harus tetap berkomitmen pada tujuan Net Zero dan terus bekerja pada pembangunan berkelanjutan dan energi terbarukan serta menyatakan kepuasan bahwa dunia telah menyaksikan pertumbuhan substansial dalam instalasi tenaga surya dan angin dalam beberapa tahun terakhir.

Memanfaatkan Kekuatan Teknologi

Singh menggarisbawahi bahwa negara-negara G20 harus memanfaatkan kekuatan teknologi dan inovasi untuk mendorong transisi menuju sumber energi yang lebih bersih dan mempromosikan inovasi ramah lingkungan, seperti smart grid, dan sistem transportasi berkelanjutan.

Hal ini dikarenakan inisiatif tersebut tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan jalan baru untuk penciptaan lapangan kerja.

Infografis Optimisme KTT G20 di Tengah Krisis Pangan, Energi, Keuangan
Infografis Optimisme KTT G20 di Tengah Krisis Pangan, Energi, Keuangan (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya