Inflasi AS di Atas Perkiraan, Suku Bunga Kembali Naik?

Tingkat inflasi AS sebesar 3,7 persen pada Agustus 2023. Angka tersebut merupakan kenaikan dari 3,2 persen pada bulan Juli.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Sep 2023, 13:20 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2023, 13:20 WIB
Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Orang-orang menelusuri pakaian yang dijual di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi AS pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Inflasi Amerika Serikat (AS0 naik lebih dari perkiraan pada Agustus 2033, didorong oleh kenaikan biaya sewa dan bahan bakar (BBM) di negara itu.

Melansir laman BBC, Kamis (14/9/2023) Departemen Tenaga Kerja AS mencatat tingkat inflasi Amerika sebesar 3,7 persen pada Agustus 2023. Angka tersebut naik jika dibandingkan 3,2 persen pada bulan Juli.

Angka-angka tersebut menggarisbawahi tantangan yang dihadapi bank sentral dalam upaya menstabilkan harga, yang tahun lalu melonjak pada laju tercepat dalam beberapa dekade.

Tingkat inflasi AS telah turun secara signifikan dari puncaknya tahun lalu.

Namun para analis mengatakan bahwa The Fed, yang mentargetkan inflasi di 2 persen, kemungkinan masih khawatir bahwa masalah tersebut belum terselesaikan.

Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam 22 tahun, menargetkan kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen.

Para pejabat The Fed dijadwalkan bertemu akhir bulan ini untuk mempertimbangkan apakah diperlukan peningkatan suku bunga lebih lanjut.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan harga BBM merupakan pendorong utama kenaikan inflasi dari Juli hingga Agustus.

Selain pangan dan BBM, dimana perubahan inflasi merupakan hal biasa, harga masih naik sebesar 0,3 persen, lebih besar dari perkiraan.

Biaya perumahan, yang diperkirakan oleh banyak analis akan mulai menurun tahun ini dan merupakan bagian utama dari indeks harga konsumen AS, juga meningkat selama 40 bulan berturut-turut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Prediksi Analis

Warga Uruguay menyeberangi perbatasan untuk mendapatkan harga yang lebih murah
Dengan ekonomi yang goyah, nilai tukar peso Argentina anjlok terhadap dolar AS dan inflasi tahunannya mencapai 115,6%, salah satu yang tertinggi di dunia. Sebaliknya, ekonomi Uruguay lebih stabil, dengan inflasi rendah dan mata uang yang lebih kuat. (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Tetapi para analis juga melihat bahwa masih kecil kemungkinan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga pada pertemuannya, terutama karena kenaikan suku bunga hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap harga BBM, yang merupakan kontributor terbesar terhadap kenaikan inflasi AS pada bulan Agustus.

Namun data yang dirilis pada hari Rabu dapat mendorong perusahaan untuk bertindak pada akhir tahun ini, kata Charles Hepworth, direktur investasi di GAM Investments, sebuah grup manajemen aset yang berbasis di Zurich.

"(Angka-angka terbaru ini) tidak memberikan dorongan kepada Federal Reserve bahwa pendinginan yang diperlukan dalam perekonomian yang mereka cari dapat dicapai secepat yang mereka inginkan," katanya.

"Harga energi berada di luar kendali mereka. Meskipun demikian, kita perkirakan kenaikan harga pada bulan November kemungkinan masih akan terjadi."

 


The Fed : Inflasi AS Masih Terlalu Tinggi

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Terlepas dari kemajuan yang dibuat bank sentral, Ketua Federal Reserve Jerome Powell bulan lalu memperingatkan bahwa inflasi AS masih terlalu tinggi.

"Kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakan pada tingkat yang ketat sampai kami yakin bahwa inflasi akan bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan kami,” jelas Powell.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya