Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengunjungi PGC Cililitan, Jakarta Timur, Selasa, (3/10/2023). Berdasarkan pantauan Liputan6.com Mendag Zulhas tiba di pintu utama PGC Cililitan sekitar pukul 10.30 WIB.
Dalam kesempatan tersebut, Zulkifli Hasan juga membeli barang dari beberapa toko di PGC Cililitan. Total pembelian Zulhas per toko hampir 2 juta.
Baca Juga
“Dengan membeli baju dan membantu pedagang kita, apalagi sekarang mulai sepi pengunjung ya,” kata Mendag zulhas.
Advertisement
“Paling tidak, ketika kita lewat dan pedagang terganggu itu tidak mengalami kerugian,” sambungnya.
Mendag Belanja Baju
Kemudian ia membeli baju buatan lokal di toko Branza sebanyak 3 potong, ada juga di toko lain zulhas juga membeli kemeja 3 potong, kacamata, kosmetik, baju gamis, dan lainnya.
Selanjutnya, Zulhas kembali berbelanja di toko gamis wanita, di toko tersebut ia membeli 5 baju gamis total uang yang dikeluarkan Zulhas sebesar 1 juta kurang lebih.
Namun, tidak ada satu pun barang yang dibawa pulang. Sebab barang-barang itu langsung diberikan kepada para pengunjung.
Ketika selama meninjau PGC Cililitan, Mendag Zulhas bertanya keadaan penjual selama ini, rata-rata mengeluh jualannya sepi karena, TikTok Shop.
"Tidak ada pemerintah yang diam apabila UMKM gulung tikar, kalau UMKM tidak berkembang ekonomi tidak maju, perdagangan ini rantai panjang sekali," pungkas Zulhas.
Ternyata TikTok Shop Sangat Berbahaya, Ini 4 Alasannya
Kementerian Perdagangan (Kemendag) resmi merilis Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembunaan, dan Pengawasan Pelaku Isaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
Aturan ini melarang social commerce atau media sosial yang sekaligus beroperasi menjadi wadah transaksi jual beli online seperti TikTok Shop untuk beroperasi. Jika TikTok Shop ingin melanjutkan usaha maka wajib untuk mengurus izin baru.
Staf Khusus Menteri koperasi dan UKM (MenKopUKM) Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif, Fiki Satari menjelaskan, platform seperti TikTok menjalankan bisnis media sosial dengan e-commerce secara bersamaan sangat berbahaya. Setidaknya ada empat alasan, yang membuat sebuah platform dilarang menjalankan bisnis tersebut secara bersamaan.
Pertama, sebuah platform bisa memonopoli pasar. Ironisnya, monopoli alur traffic dijalankan tanpa disadari oleh pengguna. Mereka diarahkan untuk membeli produk tertentu tanpa mereka sadar.
"Monopoli terjadi apabila ada platform yang mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pasar, penetapan harga yang tidak adil, perlakuan yang berbeda, dan penetapan harga diskriminatif berdasarkan data yang dipunyai," kata Fiki lewat keterangan resminya di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Advertisement
Manipulasi Algoritma
Kedua, platform seperti TikTok Shop bisa memanipulasi algoritma. Platform yang memiliki media sosial dan e-commerce secara bersamaan bisa dengan mudah mendorong produk asing tertentu untuk muncul terus menerus di media sosial pengguna dan di saat bersamaan mempersulit produk lokal untuk muncul di media sosial.
"Manipulasi algoritma ini memungkinkan platform untuk menguntungkan satu produk dan di saat bersamaan mendiskriminasi produk lainnya," tegas Fiki.
Ketiga, platform layaknya TikTok Shop bisa memanfaatkan traffic. Mengingat,. edia sosial mempunyai traffic yang sangat besar dan saat ini dapat dimanfaatkan menjadi navigasi atau trigger dalam pembelian di e-commerce. Trigger pembelian ini tidak boleh ditangkap oleh e-commerce yang berada dalam satu platform dengan media sosial. Jika ini terjadi, maka tidak ada equal playing field dalam industri digital di Indonesia.
Pelindungan Data
Keempat, perlindungan data. Jika berkaca kepada Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi, pemrosesan data pribadi dilakukan sesuai dengan tujuannya. Karena media sosial tujuannya untuk hiburan, maka data yang didapat dari situ tidak untuk diperdagangkan.
"Data demografi pengguna dan agregat pembelian sangat memungkinkan untuk diduplikasi sebagai basis pembuatan produk sendiri atau terafiliasi oleh platform yang menjalankan bisnis secara bersamaan," ucap Fiki.
Advertisement