Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2023 sebesar 3,92. Angka anti korupsi tersebut menurun jika dibandingkan IPAK 2022 yang mencapai 3,93.
Namun demikian, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, menyebut angka itu masih dibawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2023 yang sebesar 4,09.
Baca Juga
"Hal ini memperlihatkan tingkat perilaku anti korupsi menurun. Capaian IPAK 2023 ini masih di bawah target RPJMN 2023 sebesar 4,09," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023, Senin (6/11/2023).
Meski masih dibawah target RPJMN 2023, tapi berdasarkan catatan BPS, jika nilai indeks semakin mendekati 5 maka menunjukkan masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Sebaliknya, apabila nilai indeks yang semakin mendekati nol artinya masyarakat berperilaku semakin permisif terhadap korupsi.
Advertisement
Untuk rinciannya, IPAK masyarakat perkotaan 2023 tercatat lebih tinggi sebesar 3,93 dibanding masyarakat pedesaan sebesar 3,90.
Lebih lanjut, Amalia melaporkan, BPS mencatat indeks pengalaman 2023 sebesar 3,96 atau menurun 0,03 poin dibandingkan tahun 2022 sebesar 3,99.
Masih Timpang
Menurutnya, dari indeks tersebut masih ada ketimpangan yang cukup besar antara dimensi pengalaman dan persepsi.
"Meski persepsi perilaku anti korupsi meningkat, pengalaman perilaku anti korupsi yang dialami masyarakat menurun," tutup Amalia.
BPS Sebut Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,9%, Sektor Manufaktor hingga Konstruksi Jadi Penopang
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sejumlah sektor yang berkontribusi terbesar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023. Salah satunya industri pengolahan atau manufaktur yang merupakan sektor yang menjadi sumber terbesar untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 1,06 persen year on year (YoY).
Plt Kepala BPS Amalis Adininggar Widyasanti menuturkan, sumber pertumbuhan yang diberikan industri pengolahan pada kuartal III 2023 lebih besar dari pada kuartal II 2023 sebesar 0,98 persen dan kuartal III-2022 sebesar 0,99 persen.
“Pertumbuhan industri manufaktor ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik di antaranya industri barang logam yang meliputi komputer, barang elektronik, optic dan peralatan listrik yang tumbuh 13,68 persen (YoY) dikutip dari Antara, Senin (6/11/2023).
Selanjut industri logam dasar yang 10,86 persen (YoY), industri alat angkutan tumbuh 7,31 persen (YoY), serta industri barang galian bukan logam tumbuh 7,20 persen (YoY).
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023 juga ditopang oleh sektor perdagangan dengan sumber pertumbuhan 0,66 persen. Selanjutnya sektor transportasi dan pergudangan 0,61 persen, serta sektor konstruksi 0,60 persen.
Advertisement
Transportasi dan Perdagangan
Di sisi lain, sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 14,74 persen (YoY), jasa lainnya naik 11,14 persen (YoY) serta akomodasi dan makan minum yang tumbuh 10,90 persen (YoY).
Sedangkan sektor dengan pertumbuhan tertinggi yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 14,74 persen (YoY), jasa lainnya naik 11,14 persen (YoY), serta akomodasi dan makan minum yang tumbuh 10,90 persen (YoY).
“Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi antara lain didorong oleh peningkatan aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, kunjungan wisatawan mancanegara, terselenggaranya beberapa acara nasional dan internasional serta dimulainya kegiatan politik menjelang pemilu,” kata Amalia.
BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,94 persen secara tahunan (YoY). Sedangkan secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi tercatat 1,60 persen quartal to quartal (qoq).
Amalia menuturkan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 persen YoY pada kuartal III-2023 di tengah perlamabtan perekonomian global, perubahan iklim dan menurunnya harga komoditas sektor unggulan.
"Leading sektor ekonomi Indonesia seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan, pertambangan dan konstruksi terus tumbuh,” kata dia.