Liputan6.com, Jakarta- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti kondisi stok beras yang ada saat ini. Meskipun angka inflasi sejauh ini masih cenderung terjaga, namun Sang Kepala Negara meminta jajarannya tidak lengah soal beras.
"Inflasi masih cenderung stabil, 2,6 persen. Hanya hati-hati ini untuk pangan, utamanya beras. Artinya apa, kita harus optimis, tapi tetap harus waspada, hati-hati," tegas Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung soal dampak perubahan iklim yang kian terasa. Menurutnya, kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap stok beras yang jadi bahan pangan utama rakyat Indonesia.
Advertisement
"Kemudian dampak perubahan iklim, dulu kita selalu bicara dampaknya, tapi belum kelihatan. Tapi sekarang kita rasakan dan dampaknya ke mana-mana. Pemanasan global betul-betul kita rasakan," kata Jokowi.
Imbasnya, Jokowi terkejut saat 22 negara utama penghasil padi dan beras memasang sikap untuk menghentikan ekspor beras. Padahal, negara-negara tersebut selama ini selalu menyatakan kesediannya untuk mengirimkan sebagian produksinya kepada Indonesia.
"Akibatnya, produksi pangan kita sedikit menurun. Dan, 22 negara membatasi ekspor pangan, dadakan lagi. Dulu yang namanya impor beras semua negara menawarkan. Saya punya stok, saya punya stok. Sekarang, 22 negara stop dan membatasi ekspor pangan," tuturnya.
Harga Beras Naik Lebih Ngeri daripada BBM, Ini Buktinya
Ekonom Senior Chatib Basri menyoroti harga beras yang terus mengalami tren kenaikan. Menurut dia, kondisi harga beras naik ini lebih gawat dibanding lonjakan harga BBM, dan berpotensi meningkatkan jumlah penduduk miskin.
Adapun harga beras medium di pasaran rata-rata telah melampaui harga acuan penjualan (HAP) yang ditetapkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 7 Tahun 2023 sebesar Rp 10.900-Rp 11.800 per kg.
Harga beras medium bertengger pada rata-rata Rp 13.250 per kg. Harga tertinggi ada di beberapa provinsi dengan patokan Rp 14.000 per kg. Sementara harga rata-rata beras premium sebesar Rp 15.000 per kg. Namun, di beberapa daerah seperti Sumatera Barat bisa tembus hingga Rp 20.000 per kg.
Chatib Basri mengatakan, El Nino memang memiliki dampak yang sangat sensitif lantaran India mulai melakukan restriksi terhadap ekspor berasnya. Implikasinya, masyarakat Indonesia sudah merasakan dalam beberapa bulan terakhir, dimana harga beras terus terjadi.
"Beras adalah komoditas politik, komoditas yang paling sensitif. Saya terus terang mengatakan ketika saya jadi Menteri Keuangan, saya tidak terlalu khawatir menaikan harga BBM, karena efek dari kenaikan harga BBM mungkin muncul secara tidak langsung terhadap ongkos makanan. Tapi kalau harga beras sendiri mengalami peningkatan, maka efeknya sangat luar biasa," ujarnya dalam BTPN Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 ini menilai, definisi kemiskinan sangat erat berkaitan dengan harga beras. "Jadi kalau harga beras naik, bukan tidak mungkin prosentase dari penduduk miskin di Indonesia akan mengalami peningkatan. Beras adalah komoditas paling sensitif," imbuhnya.
Advertisement
Butuh BLT
Karena itu, Chatib menyarankan pemerintah untuk memastikan suplai beras cukup. Seandainya suplai tidak cukup, harganya naik, maka pemerintah perlu memberikan bantuan langsung tunai (BLT).
"Ini yang saya dengar katanya sudah akan dilakukan mulai Desember ini, Rp 400 ribu per keluarga untuk 18,7 juta keluarga," kata Chatib.
Menurut catatannya, harga beras terus mengalami kenaikan 16,2 persen secara tahunan (YoY) per September 2023. Chatib melihat itu sudah dirasakan rumah tangga lantaran kenaikan harga beras sangat sensitif.
"Karena saya ambil contoh, prosentase penduduk miskin di Indonesia sudah relatif rendah. Tetapi banyak sekali penduduk yang hidup di garis kemiskinan. Jadi kalau harga berasnya naik, mereka masuk di dalam kategori miskin," tuturnya.