Gubernur BI Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,5% di 2024 dan Tembus 6% pada 2028

Dari sisi inflasi, Gubernur BI Perry Warjiyo masih percaya diri inflasi masih di kisaran 1,5-3,5 persen kedepannya. Saat ini, tingkat inflasi Indonesia dinilai masih dalam batas aman di 2,6 persen.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 29 Nov 2023, 22:20 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 22:20 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membidik pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap positif di 2024, tahun depan. Dis meramal akan ada pertumbuhan sekitar 5,5 persen.

Kondisi tersebut dinilai jadi salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Diketahui, salah satu ramalannya juga ekonomi global masih lambat tahun depan.

"Pertumbuhan ekonomi akan cukup tinggi pada 4,7-5,5 persen di 2024 dan meningkat pada kisaran 4,8-5,6 persen pada 2025, salah satu yang tertinggi di dunia," ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Perry mengungkap beberapa faktor penentu yang jadi pengerek pertumbuhan ekonomi tahun depan. Sebut saja ada momen kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, hingga peningkatan ekspor dari hilirisasi yang sudah dilakukan.

Dengan begitu, dia menyebut kalau penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung penguatan konsumsi dan investasi. Mengaca pada tren ini, Perry kembali meramal ekonomi Indonesia bisa tembus ke 6 persen di 2028 mendatang.

"Dalam jangka menengan, pertumbuhan akan mencapai 5,3 persen sampai 6,1 persen pada 2028," ungkapnya.

Sementara itu, dari sisi inflasi, Perry masih percaya diri inflasi masih di kisaran 1,5-3,5 persen kedepannya. Saat ini, tingkat inflasi Indonesia dinilai masih dalam batas aman di 2,6 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ketidakpastian Ekonomi

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023). (Arief/Liputan6.com)

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut hingga 2024, tahun depan. Namun, sinyal perbaikan ekonomi global ini diprediksi bisa terjadi pada tahun 2025.

Perry mengatakan, kondisi ekonomi yang belum bangkit dipengaruhi oleh konflik geopolitik global. Pertama, perang Rusia-Ukraina. Kedua, memanasnya ketegangan Israel dan Hamas di Palestina. Disamping itu, ada pula perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Dunia masih terus bergejolak, perang Rusia-Ukraina perang dagang Amerika dan Tiongkok dan kini konflik Israel di Palestina," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi, akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025," imbuhnya.

Dia mencatat, setidaknya ada 5 karakteristik ketidakpastian ekonomi global. Ini dirangkum melihat tren yang terjadi dalam gejolak perekonomian setiap negara di dunia.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diramal menurun ke 2,8 persen pada 2024 dan baru bisa mencapai 3 persen di 2025. Perry menyebut ini sebagai slower and divergent growth.

"Amerika masih baik, Tiongkok melambat, India dan Indoneisa tumbuh tinggi," kara dia.

 


Penurunan Inflasi Melambat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dari sisi domestik, aktivitas konsumsi diperkirakan akan menguat pada 2024. Hal itu sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat, inflasi yang terkendali, dan meningkatnya penciptaan lapangan kerja. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kedua, ada istilah gradual disinflation. Menurutnya ini adalah kondisi penurunan inflasi yang lambat meski pengetatan moneter sudah dilakukan secara agresif oleh negara-negara maju. Perry meramal inflasi baru akan turun pada 2024.

"Itupun masih diatas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja," ungkap dia.

Ketiga, kondisi yang disebut higher for longer. Ini merujuk pada FED Fund Rate yang masih terus tinggi di 2024. Bahkan Perry menyebut ada kecenderungan yield US treasury masih akan meningkat karena membengkaknya utang peemerintah Amerika Serikat.

Keempat, menguatnya dolar Amerika Serikat sehingga mengakibatkan tekanan terhadap depresiasi nilai tukar di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

 


Berdampak Negatif

Kelima, kondisi yang disebut cash is the king. Dimana adanya arus modal yang keluar dalam jumlah besar dari emerging market ke negara maju. Mayoritas, arus modal ini menuju Amerika Serikat karena tingginya suku bunga dan kuatnya posisi dolar.

"Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara. Indonesia tidak terkecuali, perlu kita waspadai dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun," pungkas Perry Warjiyo.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya