Houthi Serang Kapal Kargo di Laut Merah, Raksasa Logistik Maersk Ganti Rute

Kapal-kapal tersebut akan melanjutkan rute yang dialihkan secepat mungkin untuk operasional.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Des 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 20 Des 2023, 20:30 WIB
Maersk Meluncurkan Kapal Berbahan Bakar Metanol Pertama di Dunia
Ilustrasi Kapal Kontainer Maersk (Photo by Bernd Dittrich/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa logistik asal Denmark, Maersk mengungkapkan bahwa kapal-kapalnya yang transit di Laut Merah dan Teluk Aden akan mengambil rute Cape of Good Hope di sekitar Afrika selatan setelah serangkaian serangan oleh militan Houthi.

Bersama dengan sejumlah perusahaan lain, perusahaan logistik tersebut juga mengumumkan penghentian sementara pada semua perjalanan melalui jalur tersebut.

"Serangan yang kami lihat terhadap kapal komersial di wilayah tersebut mengkhawatirkan dan menimbulkan ancaman signifikan terhadap keselamatan dan keamanan pelaut," kata Maersk dalam pernyataannya, dikutip dari CNBC International, Rabu (20/12/2023).

Setidaknya dua kapal menjadi sasaran proyektil pada hari Senin, menurut laporan resmi.

Para pemimpin Houthi mengatakan mereka mengejar Israel dan semua kapal yang menuju Israel sebagai akibat dari perang di Jalur Gaza.

Maersk mengatakan, setelah memantau situasi sejak penangguhan rute pada hari Jumat, pihaknya memutuskan semua kapal yang saat ini ditahan dan sebelumnya dijadwalkan melakukan perjalanan melalui Laut Merah akan melintasi Cape of Good Hope.

Kapal-kapal tersebut akan melanjutkan rute yang dialihkan secepat mungkin secara operasional, tambah perusahaan itu.

Pada Senin (18/12), Maersk mengatakan ada sekitar 20 kapal yang berhenti dalam perjalanan, sekitar setengahnya berada di timur Teluk Aden. Sisanya terletak di selatan Terusan Suez di Laut Merah, atau di utara di Laut Mediterania.

Keputusan mengenai perjalanan di masa depan akan dibuat berdasarkan kasus per kasus, kata Maersk, dan dapat mencakup pengalihan atau langkah-langkah darurat lebih lanjut.

Teluk Aden membentang di sepanjang pantai selatan Yaman, sedangkan Laut Merah menjadi penghubung utama antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez di Mesir.

Kapal Logistik Beralih ke Rute Cape of Good Hope

Wow, Kapal Besar Ini Bawa Ekspor Manufaktur Indonesia ke AS
Persiapan keberangkatan kapal besar (Direct Call) pembawa kontainer yang membawa ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perusaahan logistik asal Jerman, Hapag-juga mengumumkan kapal-kapalnya akan mengambil rute Cape of Good Hope yang lebih panjang antar benua, dengan alasan risiko keselamatan setelah serangan terhadap kapalnya, Al Jasrah, di Laut Merah.

Tercatat, sekitar 30 persen perdagangan peti kemas global melewati Terusan Suez.

Rute Cape of Good Hope sendiri telag mengurangi kapasitas efektif perjalanan Asia-Eropa sebesar 25 persen, menurut analis di UBS.

Pengamat pasar mengatakan situasi ini kemungkinan akan memberikan tekanan pada rantai pasokan global dan menaikkan tarif angkutan, karena tambahan waktu bagi kapal untuk mencapai tujuan akan mengurangi kapasitas pasar.

Namun industri pelayaran saat ini berada dalam kondisi kelebihan pasokan akibat ketatnya pandemi, sehingga berpotensi mengurangi gangguan rantai pasokan secara keseluruhan.

Beberapa perusahaan, termasuk perusahaan minyak BP, sejauh ini hanya mengkonfirmasi bahwa perjalanan logistiknya di Laut Merah akan dihentikan sementara.

Namun, BP tidak mengungkap kemungkinan perubahan rute pengiriman logisitiknya.

Raksasa Logistik Tunda Operasi Imbas Serangan Houthi di Laut Merah

Kapal Kontainer Terbesar di Dunia
Foto dari udara pada 26 April 2020, HMM Algeciras berlabuh di Pelabuhan Qingdao di Qingdao, Provinsi Shandong, China. Kapal kontainer terbesar di dunia dengan kapasitas 24.000 unit ekuivalen dua puluh kaki itu memulai pelayaran perdananya dari Pelabuhan Qingdao pada Minggu (26/4). (Xinhua/Li Ziheng)

Serangan militan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah mulai menimbulkan dampak pada perdagangan global.

Masalah itu memperbesar kemungkinan terjadinya gangguan dan kenaikan harga untuk pengiriman barang dan bahan bakar global.

Sejumlah perusahaan pelayaran besar dan pengangkut minyak telah menghentikan layanan mereka di Laut Merah.

Melansir CNBC International, Selasa (19/12/2023) MSC, Maersk, Hapag Lloyd, CMA CGM, Yang Ming Marine Transport dan Evergreen semuanya mengatakan bahwa mereka akan segera mengalihkan semua perjalanan yang dijadwalkan untuk menjamin keselamatan pelaut dan kapal mereka.

Secara kolektif, kapal-kapal laut ini mewakili sekitar 60 persen perdagangan global.

Evergreen juga mengatakan untuk sementara waktu akan berhenti menerima kargo tujuan Israel, dan menangguhkan layanan pengirimannya ke negara tersebut.

Ada juga Orient Overseas Container Line (OOCL), yang merupakan bagian dari COSCO Shipping Group milik Tiongkok, berhenti menerima kargo dari Israel, karena masalah operasional.

Pada hari Senin (18/12), raksasa minyak BP juga mengatakan pihaknya juga akan menghentikan aktivitas pelayaran di Laut Merah ketika kelompok militan Houthi yang terus melanjutkan serangan mereka.

"Keselamatan dan keamanan karyawan kami dan mereka yang bekerja atas nama kami adalah prioritas BP. Mengingat memburuknya situasi keamanan pengiriman di Laut Merah, BP memutuskan untuk menghentikan sementara semua transit melalui Laut Merah," kata perusahaan itu dalam keterangannya.

"Kami akan terus meninjau jeda pencegahan ini, tergantung pada keadaan yang berkembang di wilayah ini," jelasnya.

Kelompok kapal tanker minyak Frontline juga mengatakan pihaknya menghindari Laut Merah.

Biaya Angkutan Lebih Mahal

Kapal Kontainer Terbesar di Dunia
Foto dari udara pada 26 April 2020, HMM Algeciras berlabuh di Pelabuhan Qingdao di Qingdao, Provinsi Shandong, China. Kapal kontainer terbesar di dunia dengan kapasitas 24.000 unit ekuivalen dua puluh kaki itu memulai pelayaran perdananya dari Pelabuhan Qingdao pada Minggu (26/4). (Xinhua/Li Ziheng)

Tak hanya menghambat logistik, serangan Houthi juga mendorong biaya angkutan laut menjadi lebih mahal.

Biaya di Pantai Timur naik 5 persen menjadi USD 2,497 per kontainer berukuran 40 kaki, menurut Freightos.

Biaya ini bisa menjadi lebih mahal karena perusahaan-perusahaan besar menghindari Terusan Suez, yang mengalir ke Laut Merah, dan memilih berkeliling Afrika untuk sampai ke Samudera Hindia.

Proses tersebut juga akan menambah waktu hingga 14 hari pada rute pengiriman, sehingga menimbulkan biaya bahan bakar yang lebih tinggi.

Selain itu, karena kapal membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke tujuannya, solusi ini menimbulkan persepsi kekurangan kapasitas kapal.

Keterlambatan pengiriman kontainer dan komoditas tidak bisa dihindari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya