Liputan6.com, Jakarta India kini menjadi pilihan utama perusahaan global, salah satunya JPMorgan, untuk memperluas investasi di Asia.
Pakar Strategi Ekuitas Asia di JPMorgan, Mixo Das mengatakan bahwa India menjadi salah satu pasar favorit bank tersebut secara global, dan menjadi pilihan utama JPMorgan di Asia.
Baca Juga
"(India) adalah pasar nomor satu kami saat ini," kata Das, dikutip dari CNBC International, Rabu (17/1/2024).
Das memperkirakan, negara itu akan terus mendapatkan keuntungan yang sangat besar seiring dengan semakin banyaknya perusahaan global yang mengadopsi strategi “China plus one”.
Advertisement
Vietnam Jadi Pesaing
Meskipun Vietnam juga merupakan pesaing kuat bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mendirikan fasilitas manufaktur, menurut Das, India memiliki ukuran dan skala yang cukup untuk sepenuhnya menggantikan atau menambah kapasitas yang tampaknya diinginkan oleh investor dan produsen global.
Selain JPMorgan, di 2023, Apple membuka toko ritel pertamanya di India pada bulan April dan mulai memproduksi iPhone 15 di negara tersebut pada bulan Agustus, memicu optimisme bahwa perusahaan besar lainnya juga akan melihat India sebagai tujuan manufaktur yang menguntungkan.
Perusahaan yang sudah memiliki basis di India juga memperluas kapasitas produksinya. Produsen mobil terbesar di negara itu, Maruti Suzuki, mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan menginvestasikan USD 4,2 miliar untuk membangun pabrik kedua di India.
Bahkan pembuat mobil listrik Vietnam VinFast juga mengatakan awal bulan ini pihaknya berencana menghabiskan sekitar USD 2 miliar untuk mendirikan pabrik di India.
Hal ini telah meningkatkan sentimen investor, yang sudah tinggi seiring dengan munculnya pasar saham India sebagai salah satu pasar saham dengan kinerja terbaik di Asia tahun lalu.
Investor Diprediksi Belum Lirik China di 2024
Das memprediksi, ivestor asing kemungkinan besar tidak akan kembali ke China tahun ini.
"Uang asing sangat tidak dapat diandalkan dan sepertinya kita tidak dapat mengukur tahun 2024 sebagai tahun dimana investor asing kembali secara agresif ke pasar China," kata Das.
"Perlu waktu perbaikan yang lebih lama agar kepercayaan dunia usaha dapat meningkat sebelum investor melihat pasar China yang lebih sehat sepanjang tahun ini," tambahnya.
Advertisement
Pulih dari Perang, Ukraina Ajak India Investasi Energi
Ukraina dikabarkan mengajak India India untuk membantu membangun kembali perekonomiannya yang dilanda perang.
Usulan itu dikeluarkan dalam pertemuan puncak bisnis yang diselenggarakan oleh India terkait investasi global.
Dikutip dari Market Screener, Jumat (12/1/2024) Wakil Menteri Perekonomian Ukraina, Volodymyr Kuzyo menyatakan bahwa pemulihan Ukraina akan menjadi "keuntungan yang sama-sama menguntungkan bagi Ukraina dan mitra internasionalnya."
Pada seminar di Gujarat bertajuk "Ukraina–India: Peluang Investasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik", para pejabat Ukraina menekankan bahwa meskipun terjadi perang, momentum tetap kuat baik bagi perekonomian Kyiv maupun aksesinya ke Uni Eropa.
Ukraina mematok peluang investasi sektor swasta sebesar lebih dari USD 30 miliar atau setara Rp. 466,7 triliun, yang sebagian besar terkait sektor energi, namun juga mencari investasi dalam rekonstruksi dan infrastruktur termasuk jalan raya, pelabuhan laut dan sungai, jalur kereta api, penyimpanan dan distribusi.
Target Investasi
Mereka juga menargetkan investasi dalam penghapusan ranjau, dengan mengatakan bahwa dari 156.000 km persegi wilayahny yang berpotensi terkontaminasi, hanya 50.000 yang melakukan survei awal, dengan peralatan yang dibutuhkan.
Kuzyo mengatakan investasi India dapat didukung oleh keringanan bea masuk, subsidi dan dukungan dari badan keuangan internasional dan perusahaan asuransi.
Kehadiran pejabat senior Ukraina menandai perubahan dalam hubungan bilateral, yang tegang sejak konflik dengan Rusia hampir dua tahun lalu dan keengganan India untuk menarik keluar Rusia.
Sebelumnya, India meningkatkan pembelian energi dari Rusia ke tingkat tertinggi, hal ini membuat kecewa beberapa negara Barat yang mendukung Ukraina dalam perang tersebut.
Namun, hal ini tentunya karena hubungan yang kuat antara kedua negara, dan selain energi, India masih sangat bergantung pada Rusia dalam hal persenjataan, amunisi, dan teknologi nuklir.
Advertisement