Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali sangat bertentangan dengan perkiraan lainnya. Ekonomi AS tumbuh 3,3 persen pada kuartal akhir 2023 lebih tinggi dari prediksi 1,5 persen.
Dikutip dari CNN, ditulis Sabtu (27/1/2024), ekonom yakin kuartal terakhir 2023 adalah kuartal di mana pertumbuhan ekonomi melambat signifikan setelah tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 4,9 persen yang terjadi pada kuartal sebelumnya.
Baca Juga
Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan ukuran output perekonomian yang paling luas melambat pada kuartal terakhir menjadi 3,3 persen secara tahunan. Hal tersebut dinilai luar biasa lantaran ekonom prediksi pertumbuhan PDB tahunan sebesar 1,5 persen pada kuartal terakhir.
Advertisement
Hal ini bahkan lebih luar biasa mengingat tahun lalu mereka semua yakin saat ini akan terjadi resesi dan ekonomi akan hanya tumbuh 0,2 persen.
Pertumbuhan tersebut ternyata didorong dari belanja konsumen yang merupakan penyumbang terbesar PDB Amerika Serikat, terus dilakukan tanpa henti, bahkan ketika hadapi tingkat suku bunga tertinggi dalam 23 tahun.
Namun, yang mungkin paling luar biasa dari tingkat pertumbuhan ekonomi AS adalah seberapa besar pertumbuhan itu dibandingkan negara maju yang memiliki ukuran serupa.
Contohnya:
-PDB gabungan dari 20 negara pengguna euro tumbuh pada tingkat tahunan hanya 0,1 persen pada kuartal ketiga tahun lalu.
-PDB Inggris tumbuh pada tingkat tahunan 0,2 persen, berdasarkan perkiraan PDB terbaru pada November.
-Ekonomi Jepang susut 2,1 persen pada kuartal III dibandingkan tahun sebelumnya.
Dikutip dari CNN, selain semua makanan cepat saji yang dikonsumsi, Amerika Serikat juga merupakan contoh khusus dalam hal lain.
Hanya ada satu negara industri, Singapura yang menghabiskan lebih banyak uang sebagai persentase dari PDB untuk stimulus COVID-19 dibandingkan Amerika Serikat pada 2020-2021, menurut penelitian yang mengamati respons kebijakan ekonomi 166 negara terhadap pandemi COVID-19.
Di Amerika Serikat, terdapat hampir USD 5 triliun yang disalurkan langsung ke rumah tangga dalam bentuk cek stimulus, peningkatan tunjangan pengangguran, kredit pajak dan banyak lagi.
Belanja Konsumen
Seiring pandemi COVID-19, masyarakat jadi memiliki lebih banyak uang di bank ketimbang membelanjakan uang saat lockdown selama pandemi COVID-19.
Saat ekonomi kembali buka, masyarakat berbelanja seolah-olah tidak ada hari esok. Kepada CNN, peneliti senior Peterson Institute for International Economics menuturkan, hal itu sudah mulai mendatar tetapi hampir tidak berhenti karena sebagian besar dana stimulus masih mengalir melalui perekonomian.
"Selain itu, masyarakat tidak dikenai pajak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana dibuktikan dengan menurunnya pengumpulan pendapatan pajak negara. Hal ini menyebabkan pemerintah federal meminjam lebih banyak uang untuk membayar tagihannya,” tutur dia.
"Orang-orang bertindak seolah-olah mereka punya banyak uang untuk dibelanjakan,” ujar dia.
Selain itu, harga energi juga memainkan peran besar dalam kesenjangan ekonomi antara AS dan negara-negara lain.
Dalam laporan CNN disebutkan, salah satu alasan inflasi di Eropa lebih tinggi dibandingkan di AS karena di wilayah itu termasuk Inggris merupakan importir energi. Ekonomi Inggris dan kawasan euro sangat terkena dampak lonjakan harga gas alam setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 yang sebabkan tagihan energi rumah tangga dan bisnis mencapai rekor tertinggi.
Advertisement
Ekonomi AS Tumbuh 3,3% Kuartal IV 2023, Menkeu Janet Yellen: Kabar Baik
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyambut baik realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV 2023. Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal terakhir 2023 ini didorong oleh belanja rumah tangga dan pemerintah yang kuat.
Menurutnya, angka ekonomi AS menandai peningkatan produktivitas dan belanja yang sehat tanpa peningkatan tekanan inflasi.
Mengutip US News, Jumat (26/1/2024) laporan Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh 3,3 persen pada kuartal IV 2023. Namun, angka tersebut menandai penurunan dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Yellen mengatakan angka tersebut termasuk inflasi inti sebesar 2 persen, persis dengan target The Fed.
"Saya melihat ini sebagai hal yang baik, mencerminkan belanja yang kuat dan sehat serta peningkatan produktivitas dan kemungkinan besar tidak menciptakan tantangan inflasi," kata Yellen kepada wartawan setelah pidatonya di Economic Club of Chicago.
Namun, Yellen juga mengungkapkan, belum diketahui secara jelas apakah peningkatan produktivitas akan terus berlanjut, atau apakah teknologi kecerdasan buatan (AI) turut berkontribusi terhadap hal tersebut.
"Mungkin saja kita sedang mengalami periode pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat dibandingkan rata-rata pertumbuhan produktivitas jangka panjang dalam beberapa tahun terakhir di AS," ujar Menkeu AS.
"Ini benar-benar spekulatif. Apakah ini bersifat sementara? Apakah ini bersifat jangka panjang?," sambungnya.
Yellen menambahkan bahwa ada banyak artikel yang ditulis tentang potensi AI untuk mendorong produktivitas, "tetapi akan sangat spekulatif jika membahas hal tersebut."
Ekonomi AS Tumbuh 3,3 Persen di Akhir 2023, Joe Biden: Kemajuan Nyata
Sebelumnya diberitakan, perekonomian Amerika Serikat tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal terakhir 2023 lalu, didorong oleh kuatnya belanja rumah tangga dan pemerintah.
Melansir BBC, Jumat (26/1/2024) pertumbuhan ekonomi AS di tingkat tahunan sebesar 3,3 persen di kuartal IV 2023, menurut data Departemen Perdagangan negara itu.
Namun, angka tersebut menandai penurunan dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya, tapi jauh lebih cepat dari 2 persen yang diperkirakan banyak analis.
Pada tahun 2023, perekonomian AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,5 persen, naik dari 1,9 persen pada tahun 2022.
Angka-angka tersebut membatasi tahun yang ditandai dengan ketahanan ekonomi yang tidak terduga, bahkan ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga pinjaman secara tajam dan inflasi menurun.
"Bagaimanapun Anda membaginya, laporan ini menutup tahun dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang luar biasa," kata Olu Sonola, kepala ekonomi regional AS di Fitch Ratings
"Momentum pertumbuhan ekonomi (AS) memasuki tahun 2024 terlihat sangat baik," ungkapnya.
Angka-angka tersebut sekaligus menjadi kabar baik bagi Presiden AS Joe Biden, yang telah berjuang untuk meyakinkan masyarakat bahwa perekonomian negaranya tetap sehat, seiring dengan penurunan perekonomian setelah guncangan pandemi.
Advertisement
Investasi AS
Dalam pidatonya di Wisconsin pada Kamis, Biden menyampaikan bahwa kebijakan Gedung Putih, termasuk investasi pada energi ramah lingkungan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya, telah berkontribusi terhadap ketahanan.
"Para ahli, sejak saya terpilih, bersikeras bahwa resesi sudah dekat,” ungkap Biden.
"Ya..kami mengalami pertumbuhan yang sangat kuat, Kami jelas memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan tetapi kami membuat kemajuan nyata," ujarnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, survei menunjukkan sentimen konsumen Amerika Serikat membaik. Meskipun lonjakan harga sejak tahun 2019 masih menjadi hambatan, tingkat inflasi AS juga telah menurun menjadi 3,4 persen pada bulan Desember, setelah melonjak hingga lebih dari 9 pesen pada tahun 2022.
Sementara itu, masih banyak ekonom memperkirakan rumah tangga di AS akan mengurangi pengeluaran karena inflasi menggerogoti anggaran mereka, dan aktivitas bisnis menjadi lebih dingin di tengah biaya pinjaman yang lebih mahal, sehingga memperingatkan akan adanya risiko penurunan atau resesi.
Namun skenario tersebut belum terwujud, karena tingginya tabungan yang tersisa dari pandemi, peningkatan pertumbuhan upah, dan pengeluaran pemerintah lainnya menjadi cadangan.