SNI Kebencanaan BSN Jadi Standar Internasional

SNI 8840-2:2020 yang dirumuskan oleh BSN digunakan untuk melengkapi panduan penerapan sistem peringatan dini bencana di kawasan rawan tsunami.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Apr 2024, 17:46 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2024, 17:46 WIB
Deputi Bidang Pengembangan Standardisasi Badan Standardisasi Nasional (BSN) Hendro Kusumo. (Dok BSN)
Deputi Bidang Pengembangan Standardisasi Badan Standardisasi Nasional (BSN) Hendro Kusumo. (Dok BSN)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengungkapkan bahwa usulan standar kebencanaan Indonesia telah disetujui menjadi standar internasional di forum organisasi standardisasi internasional (ISO). BSN mencatat, saat ini pihaknya telah menetapkan 23 SNI tentang kebencanaan, yang mencakup sistem peringatan dini dan penanggulangan bencana.

Deputi Bidang Pengembangan Standar BSN Hendro Kusumo mengatakan, usulan Indonesia mengenai Community Based-Tsunami Early Warning System menjadi standar internasional disetujui dan ditetapkan pada 2023.

Standar yang disetujui ini adalah ISO 22328-3 Security and resilience — Emergency managementPart 3: Guidelines for the implementation of a community-based early warning system for tsunamis.

ISO 22328-3 sendiri awal rancangan standarnya disusun dan diajukan oleh Indonesia dengan menjadikan SNI 8840-2:2020 Sistem peringatan dini bencana – Bagian 2:Tsunami, sebagai acuan dasar.

SNI tersebut dirumuskan oleh Komite Teknis 13-08 Penanggulangan Bencana.

“Proses panjang pengajuan usulan ISO 22328-3 sebagai pembelajaran berharga bagi Indonesia dalam membangun Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) dan 6 (enam) komponen utama yang menjadi kebutuhan dalam community based TEWS,” ungkap Hendro, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Jumat (5/4/2024).

Enam komponen tersebut yaitu:

  1. penilaian risiko, pemetaan risiko, dan komunikasi risiko;
  2. edukasi publik dan latihan evaluasi (secara berkala);
  3. pembentukan tim tugas lokal dan rencana kontingensi di tingkat desa;
  4. pemasangan perangkat instrumen peringatan dini: observasi-pemrosesan-penyebaran;
  5. penguatan kerangka institusional-koordinasi-pemakaian tanggung jawab; serta
  6. evaluasi untuk perbaikan.

 

Tentang SNI 8840-2:2020

Logo SNI
(foto: BSN)

BSN menjelaskan, SNI 8840-2:2020 dirumuskan untuk melengkapi panduan penerapan sistem peringatan dini bencana di kawasan rawan tsunami.

Standar ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan peningkatan pengetahuan risiko tsunami, diseminasi dan komunikasi risiko tsunami, pemantauan dan diseminasi peringatan dini, dan kemampuan respon dalam menghadapi bencana tsunami, jelas badan tersebut.

Implementasi layanan peringatan dini ini sejalan dengan Kerangka Sendai 2015-2030 Prioritas Nomor 4 yaitu “Meningkatkan kesiapsiagaan untuk respon yang efektif, dan membangun kembali yang lebih baik dalam pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi”.

“Prioritas keempat, menekankan pada peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam merespon peristiwa bencana secara efektif, dengan mengimplementasikan dan meningkatkan layanan diseminasi informasi dan peringatan dini bencana tsunami pada tingkat lokal maupun nasional,” jelas Hendro.

 

Standar ISO Bencana Lainnya yang Telah Diusul Indonesia

Sebelum ISO 22328-3 ditetapkan, Indonesia di tahun-tahun sebelumnya melalui Komite Teknis 13-08 juga telah mengusulkan serta menjadi Project Leader untuk 3 standar ISO lainnya, yaitu:

1. ISO 22327:2018, Security and resilience Emergency management Guidelines for implementation of a community-based landslide early warning system;

2. ISO 22328-1:2020, Security and resilience Emergency management Part 1: General guidelines for the implementation of a community-based disaster early warning system;

3. ISO/DIS 22328-2, Security and resilience Emergency management Part 2: Guidelines for the implementation of a community-based early warning system for landslides

Dengan mengusulkan draft standar internasional, maka secara langsung Indonesia juga ditunjuk sebagai Project Leader.

“Mulai dari tahun 2015, ISO telah menunjuk Prof. Faisal Fathani selaku Project Leader dan Convenor dari ISO/TC 292/SC 1/WG 1 sampai akhir tahun 2025,” ungkap Hendro.

Prof. Faisal Fathani dikenal sebagai salah satu pakar kebencanaan Indonesia yang juga penemu sistem peringatan bencana sedimen dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

 

Indonesia Usulkan Perubahan Standar ISO Manajemen Darurat

Saat ini, kaa Hendro, Indonesia juga sedang mengusulkan perubahan standar ISO lainnya, dan masih di tahap draft standar internasional (DIS) yaitu ISO/DIS 22328-2 Security and resilience — Emergency management — Part 2: Guidelines for the implementation of a community-based landslide early warning system.

Capaian ini merupakan kontribusi Indonesia terhadap dunia internasional yang dihasilkan berkat sinergi dan kolaborasi yang solid antara BSN, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan UGM serta pemangku kepentingan utama lainnya dalam mengusung SNI menjadi Standar Internasional di forum ISO.

“Ditetapkannya SNI kebencanaan menjadi standar ISO menjadi bukti, sekaligus dapat dijadikan sebagai momentum bagi Indonesia untuk semakin meningkatkan kontribusi dan kemampuannya dalam penyusunan dan pengembangan standar internasional sehingga kepentingan Indonesia terutama terkait kebencanaan dapat terwakili. Selain itu, dapat mengurangi dampak korban jiwa dan harta benda akibat terjadinya bencana. Tidak hanya untuk Indonesia yang terkenal sebagai wilayah rawan aneka kebencanaan tetapi juga bagi dunia secara keseluruhan,” pungkas Hendro.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya