Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia memperpanjang rekor kenaikan pada perdagangan Selasa, 9 April 2024 yang didorong momentum pembelian dan risiko geopolitik.
Di sisi lain, investor juga fokus ke risalah pertemuan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dan data inflasi AS untuk mengetahui jadwal penurunan suku bunga.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Rabu (10/4/2024), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi USD 2.341,85 oer ounce usai sentuh rekor tertinggi USD 2.365,09. Harga emas berjangka AS menguat 0,4 persen menjadi USD 2.360,70.
Advertisement
“Momentum aksi beli secara teknikal akan berlanjut di pasar emas kecuali data consumer price index (CPI) keluar lebih baik dari perkiraan. Laporan inflasi yang lebih dingin dapat membawa harga emas ke USD 2.400,” ujar Chief Market Strategist Blue Line Futures, di Chicago.
Adapun bank sentral akan merilis risalah pertemuan kebijakan moneter dan data CPI diumumkan pada Rabu pekan ini. Emas dipertimbangkan menjadi lindung nilai untuk melawan inflasi dan antisipasi ketidakpastian geopolitik. Akan tetapi, suku bunga yang tinggi cenderung mengurangi daya tarik untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.
“Fundamental yang mendasari reli ini termasuk meningkatnya risiko geopolitik, pembelian bank sentral yang stabil, dan permintaan yang kuat terhadap perhiasan, batangan, dan koin,” demikian disebutkan dalam catatan World Gold Council.
Worl Gold Council juga menyebutkan, prospek suku bunga yang rendah, sarannya exchange trade fund atau ETF (dana yang diperdagangkan di bursa emas) telah gagal reli dan alokasinya ke aset itu berkurang.
Harga Perak
"Meskipun pandangan bullish jangka panjang terhadap emas, mengingat kondisi saat ini, saya mengantisipasi pembalikan bearish, bahkan mungkin hanya kecil,” ujar Analis City Index, Fawad Razaqzada.
Di sisi lain, harga perak di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 27,76 per ounce setelah mencapai level tertinggi sejak Juni 2021 pada awal sesi perdagangan. Harga platinum menguat 1,2 persen menjadi USD 970,05 dan palladium bertambah 2,3 persen menjadi USD 1.066,81.
"Mengingat kurangnya produksi, kami sangat khawatir terhadap palladium yang kemungkinan akan terus berkinerja lebih buruk dibandingkan platinum yang permintaannya kurang terekspos pada industri otomotif,” tulis analis BofA.
Advertisement
Prediksi Harga Emas Dunia Pekan Ini
Sebelumnya diberitakan, analis prediksi harga emas bakal melonjak pada pekan ini di tengah sentimen sepi data ekonomi. Namun, pergerakan harga emas masih dibayangi kondisi geopolitik global, sentimen tersebut yang mengkhawatirkan investor.
Berdasarkan survei Kitco, analis jauh lebih optimisis terhadap pergerakan harga emas ketimbang investor ritel. Investor ritel perkirakan, harga emas sideways pekan ini.
Dari 12 analis, sekitar sembilan analis atau 75 persen prediksi harga emas akan menguat. Sedangkan satu analis atau yang mewakili 8 persen perkirakan penurunan harga emas. Sedangkan dua ahli lainnya menuturkan, hambatan terhadap harga emas sudah terlalu dekat.Demikian berdasarkan survei Kitco, yang dikutip dari laman Kitco, Senin (8/4/2024).
Sementara itu, dari 240 suara yang diberikan dalam jajak pendapat online Kitco, 75 persen investor mengantisipasi perdagangan yang sideways. Sedangkan 159 persen pelaku pasar ritel yang mewakiliki 65 persen prediksi harga emas dunia naik pekan ini. Selain itu, 41 responden atau 17 persen prediksi harga emas melemah. Sedangkan 17 persen menuturkan, investor netral terhadap prospek harga emas dalam jangka pendek.
Senior Market Analyst Barchart.com, Darin Newsom mengatakan, ia juga ikuti arus. Saat ini keputusan yang sulit lagi pekan ini. Saat ini, ia tetap berpegang pada hukum pertama Newton tentang gerak yang diterapkan pada pasar.
“Untuk saat ini, uang tampaknya mengalir ke emas, apapun alasannya,” ujar dia.
Ia menilai, saat ini harga emas secara teknikal tidak berarti apa-apa dan bank sentral di seluruh dunia masih terus membeli emas. “Bisakah saya membuat argument teknis kalau pasar dapat turun pekan ini? Ya, tapi emas saat ini berada dalam fase di mana grafik tidak berarti apa-apa. Semuanya bersifat fundamental, dan untuk saat ini, bank sentral di seluruh dunia terus membeli,” ujar dia.
Permintaan Emas yang Kuat
Sementara itu, President of Adrian Day Asset Management, Adrian Day mengatakan, permintaan saat ini melampaui pembelian pemerintah dan investor Asia. Ia melihat belum ada tanda-tanda akan melambat.
“Meskipun investor barat umumnya tidak berpartisipasi di pasar emas, sebagaimana dibuktikan dengan arus keluar ETF, rendahnya penjualan koin, jelas ada beberapa pembeli besar di pasar dan kemungkinan tidak hanya bank sentral,” ujar dia.
Adrian mengatakan, aksi beli tersebut dipicu seiring investor melihat kondisi geopolitik dan sistem keuangan. “Individu dan keluarga kaya, investor cerdas melakukan akumulasi sebagai respons terhadap kesadaran akan semakin rapuhnya sistem keuangan, ekonomi dan geopolitik global,” ujar dia.
“Ketika pasar keuangan terpuruk, lebih banyak investor akan beralih ke emas,” ia menambahkan.
Di sisi lain, SIA Wealth Management Chief Market Strategist Colin Cieszynski prediksi volatilitas harga emas berlanjut. Ia pun memilih untuk wait and see. “Saya akan tetap netral. Bagi saya emas masih terlihat mengalami kenaikan besar dan imbal hasil treasury masih meningkat, dan itu akan mendorong dolar naik,” kata dia.
Ia menambahkan, di sisi lain, emas juga hadapi tantangan besar, sehingga tetap netral untuk harga emas pekan ini.
Advertisement
Data Ekonomi AS dan Keputusan Bank Sentral
Cieszynski melihat, laporan harga konsumen Amerika Serikat pekan ini dapat menjadi sentimen yang berdampak.”Ada banyak faktor yang mengatakan harga emas harus naik lebih tinggi. Ada banyak faktor yang mengatakan, harga emas bisa turun. Ini mungkin akan menjadi pekan yang penuh tarik-menarik, itulah yang saya perkirakan,” kata dia.
Adapun pada pekan ini termasuk relatif sepi untuk data ekonomi meski konflik dan geopolitik memberikan keuntungan untuk emas. Adapun sejumlah data yang jadi sorotan antara lain data consumer price index (CPI) pada Maret yang rilis Rabu pekan ini.Diikuti producer price index (PPI) dan klaim pengangguran mingguan pada Kamis pekan ini, serta survei sentimen konsumen awal Universitas Michigan pada Jumat pekan ini.
Pasar juga akan amati keputusan kebijakan moneter Bank Sentral Kanada dan Bank Sentral Eropa pada Rabu dan Kamis pekan ini. Ada potensi dua bank sentral ini dapat mendahulu penurunan suku bunga the Fed.
Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex Marc Chandler tidak melihat data konsumen pekan depan memperlambat pergerakan harga emas. “Kenaikan suku bunga dan dolar AS tidak mengurangi lonjakan harga emas. IHK AS minggu ini seharusnya kuat, tetapi perkiraan emas tampaknya tidak terkait dengan inflasi AS,” ujar dia.
Chandre mengatakan, ada tawaran dari investor ritel yang kuat dari Asia terutama investor China dan beberapa negara lain dengan sistem keuangan yang melemah. Ia prediksi, harga emas berpotensi menuju USD 2.350. Sedangkan level support, harga emas di kisaran USD 2.225-USD 2.250.