Liputan6.com, Jakarta Dalam Forum Joint Regional Strategy Dialogue ASEAN - Gulf Cooperation Council yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berbicara seputar pengembangan sistem transisi energi bersih, dimana keunggulan ASEAN dan Negara-Negara Teluk sejatinya dapat dikolaborasikan dan saling melengkapi.
Menurut Arifin, negara-negara Teluk telah memiliki kekayaan dan pengalaman di sektor minyak dan gas bumi, serta saat ini tengah mengembangkan teknologi energi terbarukan. Di sisi lain, negara-negara ASEAN adalah tempat uji coba yang sempurna bagi transisi energi. ASEAN yang masih bergantung pada energi fosil, kini tengah bertransisi menuju energi bersih yang adil dan berkelanjutan.
Baca Juga
"Kedua kawasan, ASEAN dan negara-negara Teluk dapat berkolaborasi, tidak hanya pada teknologi dan investasi, namun juga pada keahlian dan pengalaman untuk mengakselerasi transisi menuju energi bersih," ujar Arifin di Riyadh, Minggu (28/4) waktu setempat.
Advertisement
Arifin mengatakan, The ASEAN-Gulf Cooperation Council Framework of Cooperation 2024-2028 yang telah ditandatangani pada Oktober 2023 lalu menegaskan kembali komitmen negara anggota ASEAN dan negara Teluk untuk bekerja sama menuju transisi energi. Adapun transisi energi di Indonesia fokus terhadap pengembangan energi terbarukan, energi rendah karbon, pensiun dini PLTU, ketenagalistrikan, pengukuran dan praktek efisiensi energi, juga CCS/CCUS.
"Indonesia sedang mengejar kapasitas maksimum dari potensi energi baru dan terbarukan (EBT), yakni energi surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan energi laut. Kami juga membangun energi dari hidrogen dan amonia, yang pilot project-nya sudah dibangun di PLTG Tanjung Priok, bersamaan dengan pembangunan beberapa SPBU untuk pemanfaatan hidrogen," jelasnya.
Pengembangan Sumber Daya Energi Terbarukan
Arifin juga menjelaskan dalam proyek Lapangan LNG Tangguh Train 3 di Bintuni Papua, yang menyuplai gas untuk pabrik pupuk terdekaat, juga akan memproduksi blue ammonia untuk co-firing PLTU dan produksi hidrogen pada pabrik baja. Fasilitas ini juga dilengkapi CCS/CCUS untuk mencapai emisi nol bersih.
"Kita juga perlu mengembangkan interkonektivitas melalui jaringan listrik dan pipa gas untuk mendukung integrasi energi regional dan pembangunan ekonomi. Indonesia akan mengembangkan Super Grid yang akan menghubungkan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, untuk mendukung pengembangan sumber daya energi terbarukan dengan mengatasi kesenjangan antara produsen dan konsumen," tambah Arifin.
Advertisement
Transisi Energi di Indonesia
Pada pertemuan tersebut, Arifin juga mengapresiasi dukungan negara-negara teluk pada transisi energi di Indonesia, yakni pembangunan PLTS Terapung Cirata 192 MWp dan akan segera diperluas menjadi 500 MWp, bekerja sama dengan Masdar UEA.
Selain itu, potensi pengembangan EBT lainnya yang tengah dikembangkan dengan negara-negara Teluk antara lain komitmen ACWA Arab Saudi untuk mendukung PLTS Terapung di Singkarak, Saguling dan Lampung, serta mendistribusikan PLTS di Kalimantan Barat, serta Mubadala Energy dari UEA akan bekerja sama dengan Pertamina untuk mengembangkan joint study potensi panas bumi di Kotamobagu, Sulawesi Utara.
(*)