3 Negara Ini Sumbang Surplus Perdagangan untuk Indonesia pada April 2024

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menuturkan, neraca perdagangan Indonesia alami surplus dengan tiga negara mitra. Berikut rinciannya.

oleh Tim Bisnis diperbarui 15 Mei 2024, 12:21 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2024, 12:21 WIB
3 Negara Ini Sumbang Surplus Perdagangan untuk Indonesia pada April 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 mengalami surplus terbesar dengan tiga negara mitra. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 mengalami surplus terbesar dengan tiga negara mitra.

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menuturkan, neraca perdagangan Indonesia alami surplus dengan India sebesar USD 1,461 miliar, Amerika Serikat senilai USD 1,09 miliar dan Filipina sebesar USD 699 juta.

"Surplus terbesar yang dialami dengan India ini didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, logam mulia dan perhiasan atau permata," ujar dia dalam konferensi pers, Rabu (15/5/2024).

Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan terdalam dengan tiga negara mitra dagang. Antara lain Australia defisit USD 0,44 miliar, Brazil defisit USD 0,39 miliar, dan Thailand defisit USD 0,16 miliar. 

"Defisit terdalam yang dialami dengan Australia ini didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, biji logam terak dan abu, dan serealia," kata Pudji.

Selain itu, BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD 3,56 miliar pada April 2024. Dengan ini, neraca dagang Indonesia melanjutkan tren surplus selama 48 bulan secara berturut-turut atau empat tahun terakhir.

"Meskipun demikian surplus April 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," ujar Pudji.

 

 

Surplus Perdagangan

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia mengatakan, surplus perdagangan pada April 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor. Tercatat, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 19,62 miliar, sedangkan kinerja impor sebesar USD 16,06  miliar.

Surplus neraca perdagangan April 2024 ini ditopang oleh  komoditas non migas yaitu sebesar USD 5,17 miliar.  Adapun, komoditas utama penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral  (HS27),  lemak dan minyak hewan atau nabati (HS15), lalu besi dan baja (HS72).

"Surplus neraca perdagangan non migas April 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama pada tahun lalu," tutur Pudji

Sementara itu, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,61 miliar. Untuk komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah. 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Neraca Perdagangan Surplus 48 Bulan Berturut-turut, Tapi Nilainya Turun Terus

Perdagangan Ekspor Impor di Masa Pandemi
Sebuah kapal bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatay neraca perdagangan barang Indonesia sebesar USD 3,56 miliar pada April 2024. Angka ini memperpanjang catatan surplus neraca perdagangan Indonesia selama 4 tahun berturut-turut.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan angka surplus tadi mengalami penurunan sebesar USD 1,02 miliar dari Maret 2024 lalu. Tak cuma secara bulanan, angka surplus juga turun jika dibandingkan dengan April 2023, tahun lalu.

“Pada April 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 3,56 miliar atau turun sebesar USD 1,02 miliar secara bulanan," ujar Pudji dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

"Dengan demikian neraca perdgaangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun beruntun. Meskipun demikian, surplus April 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," jelasnya.

Mengacu pada data, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia turun USD 1,02 miliar dari Maret 2024. Serta, turun sebesar USD 380 juta dari April 2023 lalu.

Dia mencatat, surplus neraca perdagangan April 2024 ini lebih ditopang oleh surplus pada komodtias non migas sebesar USD 5,17 miliar.

Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral atau HS 27, lemak atau minyak hewan nabati atau HS 15, serta besi dan baja atau HS 72.

"Surplus neraca perdagangan non migas april 2024 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu dan juga bulan yang sama pada tahun lalu," ucapnya.

"Pada saat yang sama neraca perdagangan pada komoditas migas tercatat defisit USD 1,61 miliar dengan komositas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.

"Defisit neraca perdagangan migas April 2024 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," tegasnya.

 

Ekspor Indonesia Turun di April 2024, Ternyata Ini Biang Keroknya

Neraca Perdagangan RI
Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan di April 2024. Ekspor Indonesia turun 12,97 persen dari Maret 2024 atau secara bulanan.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan nilai ekspor Indonesia pada April 2024 mencapai USD 19,62 miliar. 

"Pada April 2024 nilai ekspor mencapai USD 19,62 miliar atau turun 12,97 persen dibandingkan Maret 2024," kata Pudji dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Dia merinci, nilai ekspor komoditas minyak dan gas bumi (migas) mengalami kenaikan 5,03 persen menjadi senilai USD 1,35 miliar. Sementara itu, nilai ekspor non migas turun 14,06 persen dengan nilai USD 18,27 miliar.

Pudji mencatat, penurunan kinerja ekspor Indonesia didorong oleh turunnya jumlah ekspor non migas. Komoditas yang berpengaruh paling besar adalah kategori logam mulia dan perhiasan atau permata.

"Penurunan nilai ekspor April secara bulanan didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada logam mulia dan perhiasan atau permata yaitu HS 71 dengan andil penurunan sebesar 2,21 persen," kata dia.

Kemudian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85 dengan andil penurunan sebesar 1,44 persen. Serta kendaraan dan bagiannya atau HS 87 dengan andil penurunan sebesar 0,77 persen," sambungnya.

Sementara peningkatan ekspor migas diroong oleh peningkatan nilai ekspor gas dengan andil sebesar 0,80 persen. 

Meski ada penurunan secara bulanan, kinerja ekspor Indonesia pada April 2024 mengalami kenaikan dari April 2023 lalu. Pudji mencatat, kenaikannya terjadi tipis sebesar 1,72 persen.

"Kemudian secara tahunan nilai ekspor April 2024 mengalami peningkatan sebesar 1,72 persen," ujarnya.

"Kenaikan ini dorong oleh peningkatan ekspor non migas terutama pada logam mulia dan perhiasan atau permata atau HS 71, barang dari besi dan baja HS 73 dan nikel dan barang daripadanya atau HS 75," kata Pudji.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya