BI Ramal Transaksi Berjalan Indonesia Defisit 0,1-0,9% dari PDB pada 2024

BI: defisit transaksi berjalan di kuartal kedua 2024 diprakirakan rendah didorong oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang sebesar USD 8,0 miliar.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Jul 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 16:45 WIB
BI Ramal Transaksi Berjalan Indonesia Defisit 0,1-0,9% dari PDB pada 2024
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) 2024 akan mencapai 0,1%-0,9%. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) 2024 akan mencapai 0,1%-0,9%.

BI pun mematikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat dan mendukung ketahanan eksternal. "Secara keseluruhan, NPI 2024 diprakirakan tetap baik dengan defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam pengumuman Hasil RDG Juli 2024, disiarkan Rabu (17/7/2024).

Perry membeberkan, defisit transaksi berjalan pada kuartal kedua 2024 diprakirakan rendah didorong oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang sebesar USD 8,0 miliar.

Sementara itu, transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Investasi portofolio pada triwulan II 2024 diprakirakan mencatat net inflows sebesar USD 4,3 miliar dan berlanjut pada awal triwulan III 2024 (hingga 15 Juli 2024) yang mencatat net inflows sebesar USD 4,4 miliar," paparnya.

BI mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia hingga akhir Juni 2024 meningkat menjadi sebesar USD 140,2 milia, setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap mencatatkan surplus didukung oleh peningkatan aliran masuk modal asing baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) maupun investasi portofolio sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik," jelas Gubernur BI.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Komoditas Turun, Neraca Transaksi Berjalan RI Diramal Defisit

Hari Ini Rupiah Kembali Melemah Tembus Rp16.413 per Dolar AS
Bank Indonesia (BI) menegaskan akan memastikan keseimbangan supply dan demand di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diwartakan sebelumnya, Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman sebelumnya sudah memperkirakan neraca transaksi berjalan kembali defisit di tahun ini. Hal itu mengingat kondisi pelemahan harga-harga komoditas ekspor dalam beberapa waktu terakhir.

"Saldo neraca transaksi berjalan Indonesia tahun ini kami perkirakan akan bergerak lebih dalam ke arah defisit apabila dibandingkan tahun lalu," kata Helmi dalam konferensi pers Citi Indonesia di Jakarta, 2 April 2024.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi berjalan tahun 2023 mengalami defisit terkendali 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar USD 1,6 miliar.

Di tahun sebelumnya, transaksi berjalan Indonesia tercatat surplus sebesar USD 13,2 miliar atau 1 persen dari PDB.

Adapun neraca pembayaran Indonesia (NPI) keseluruhan yang surplus sebesar USD 6,3 miliar di 2023, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencatat surplus USD 4 miliar.


Pengaruh Suku Bunga

Hari Ini Rupiah Kembali Melemah Tembus Rp16.413 per Dolar AS
Bank Indonesia (BI) juga menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan pergerakan mata uang Asia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Helmi menyebutkan, neraca pembayaran Indonesia juga cenderung terpengaruh negatif oleh diferensial suku bunga Rupiah dan dolar AS yang saat ini relatif ketat, imbas kenaikan suku bunga The Fed.

Dijelaskan, diferensial suku bunga yang ketat ini mengurangi insentif bagi eksportir untuk menukarkan devisa hasil ekspor ke Rupiah.

"Diferensial suku bunga yang ketat ini juga mendorong korporasi yang memiliki pendanaan dalam dolar untuk melakukan refinancing menjadi pendanaan dalam mata uang Rupiah. Di mana kedua hal ini mempengaruhi keseimbangan suplai dan permintaan (supply-demand) di pasar valas domestik,” paparnya.

"Untuk itu, perkiraan kami ruang untuk penurunan bunga acuan Bank Indonesia baru akan terbuka apabila Federal Reserve di Amerika Serikat juga sudah memulai penurunan suku bunganya," kata dia.


Bank Indonesia Ingatkan Tantangan Inflasi di Tengah Ketidakpastian Global

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat yang didukung aktivitas pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Namun, tantangan inflasi yang meningkat di tengah ketidakpastian global yang berlanjut harus diwaspadai.

Hal itu disampaikan Asisten Gubernur BI, Doddy Zulverdi seperti dikutip dari Antara, Jumat (28/6/2024).

"Hal tersebut perlu disikapi dengan cara memperkuat sinergi dan kolaborasi dalam pengendalian inflasi daerah khususnya melalui program-program unggulan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)," ujar Doddy, saat memberikan sambutan dalam acara Pengukuhan Kepala Perwakilan BI Purwokerto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat pekan ini.

Meskipun ketidakpastian global berlanjut, Doddy menuturkan, pertumbuhan ekonomi nasional tetap kuat ditopang oleh aktivitas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dia menuturkan, diperlukan sinergi serta kolaborasi dalam menjaga daya saing dan kualitas produk UMKM di daerah.

"Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi khususnya dari sisi konsumsi, upaya untuk mewujudkan ekosistem transaksi digital di daerah perlu untuk terus diperkuat," ujar dia.

Dia menilai, salah satu cara yang dapat dilakukan di antaranya semakin memperbanyak titik-titik penerimaan pembayaran transaksi digital baik di ritel maupun keperluan retribusi di daerah. Ia mengatakan kelancaran transaksi dalam perekonomian melalui peredaran uang rupiah yang baik senantiasa memerlukan sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan.

"Untuk itu, kami mengajak untuk bersama-sama menerapkan sikap Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah di seluruh penjuru daerah agar perekonomian berjalan lancar dan tumbuh merata," ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya