Kado Kemerdekaan RI, Produksi Migas Sentuh Rekor Tertinggi

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat produksi migas Indonesia menyentuh titik tertinggi sepanjang 2024, minyak 607.816 barrel minyak per hari (BOPD) dan gas 7.212 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), pada tanggal 17 Agustus 2024.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Agu 2024, 16:02 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2024, 16:00 WIB
SKK Migas-KKKS Gelorakan Industri Hulu Migas Saat Pandemi Covid-19
Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yaitu Satuan Kerja Khuhsus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Gas Bumi (SKK Migas) (Dok. SKK Migas Sumbagsel / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat produksi migas Indonesia menyentuh titik tertinggi sepanjang 2024, minyak 607.816 barrel minyak per hari (BOPD) dan gas 7.212 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), pada tanggal 17 Agustus 2024.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan, pencapaian produksi migas ini menjadi bukti komitmen para pelaku industri hulu migas, termasuk seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk mencapai target yang telah ditetapkan Pemerintah dan mendukung ketahanan energi nasional.

 

"Pencapaian ini sebagai kado bagi HUT ke-79 kemerdekaan Republik Indonesia, mengapa baru kami sampaikan sekarang, karena pencatatan produksi minyak untuk tanggal 17 Agustus 2024 hingga pukul 23.59 dari setiap KKKS yang dilaporkan ke SKK Migas mulai tadi pagi seluruhnya tuntas pada siang hari ini, sehingga kado spesial ini baru dapat kami sampaikan sekarang” kata Hudi, di Jakarta (18/8/2024).

Hudi menambahkan, rekor produksi minyak dan gas tersebut menjadi momentum yang sudah ditunggu-tunggu sekaligus menjadi jawaban atas kekhawatiran bahwa produksi minyak dan gas akan terus turun.

“Ini adalah wujud nyata dari komitmen SKK Migas dan KKKS untuk terus melakukan upaya-upaya terbaik agar bisa memberikan kado spesial di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan tahun ini," imbuhnya.

Peningkatan Produksi Minyak

Peningkatan produksi ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah SKK Migas dan KKKS lakukan untuk menggenjot produksi minyak bumi, termasuk melalui optimalisasi sumur-sumur yang telah berproduksi.

Sebagai contoh, melalui pengeboran lapisan baru pada lapangan migas yang sama (inflil clastic), seperti yang dilakukan oleh ExxonMobil Cepu Limited di proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC), serta realisasi salur gas yang meningkat kepada konsumen sehingga produksi gas dapat digenjot secara optimal.

“Dampak positif dari masifnya pemboran sumur pengembangan mulai memberikan hasil, dan kami optimis produksi minyak yang menggembirakan ini dapat kami pertahankan hingga akhir tahun, mengingat saat ini kami terus menggenjot penyelesaian pemboran sumur pengembangan yang ditargetkan bisa mencapai 932 sumur hingga akhir 2024”, terang Hudi.

 

Pemanfaatan Sumur

Migas
PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selaku Subholding Upstream, mencatatkan kinerja positif atas kontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 8% sepanjang 10 tahun terakhir. Dok PHE

Selain mengoptimalkan pemanfaatan sumur-sumur yang telah beroperasi, SKK Migas dan KKKS juga terus berupaya untuk mengeksplorasi sumber-sumber migas baru. Penemuan dua sumur gas bercadangan besar di Selat Makassar dan perairan utara Pulau Sumatera akan memperkuat industri hulu migas sebagai salah satu pilar ketahanan energi nasional.

”Optimalisasi sumur-sumur yang telah ada serta penemuan sumur-sumur baru tersebut semakin menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki potensi besar di sektor investasi migas. Kami terus bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan lain, termasuk pemerintah, untuk mempercepat pengembangan penemuan-penemuan tersebut agar dapat segera berproduksi,” tutur Hudi.

Untuk memperkuat upaya mewujudkan ketahanan energi, SKK Migas juga mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan daya tarik investasi hulu migas Indonesia, termasuk melalui penyederhanaan regulasi investasi, pemberian insentif perpajakan, serta perubahan skema bagi hasil. Selain akan mampu mengelola cadangan migas, masuknya para investor global akan terus membawa manfaat bagi penerimaan negara dan manfaat berganda.

Penampakan Detik-Detik Terakhir Kapal Penampung Minyak Tertua di Dunia Sebelum Resmi Pensiun

Kapal penampung minyak mentah FSO (Floating Storage and Offloading) Arco Ardjuna.
Kapal penampung minyak mentah FSO (Floating Storage and Offloading) Arco Ardjuna. (Istimewa)

Dari kursi di ruang kendali kapal penampung minyak mentah FSO (Floating Storage and Offloading) Arco Ardjuna, adegan demi adegan bergulir. Bagai lengan, crane kuning-hitam melambai-lambai ibarat mengucapkan selamat tinggal.

Cat biru kapal perlahan memudar menyatu dengan warna biru langit dan air laut. Terdengar suara riuh rendah yang bersumber dari blok akomodasi kapal. Tampak lima kapal mengelilingi, dua di kanan, dua di kiri, dan satu di belakang. 

Ruang kendali itu terletak di titik paling tinggi anjungan kapal. Selama 52 tahun, hanya puluhan personil yang pernah duduk di kursi ruang kendali FSO Arco Ardjuna. Mengomandoi, secara total, 4.350 kegiatan lifting minyak mentah.

Seperti saat kedatangannya, momen kepergian FSO Arco Ardjuna disambut antusias para kru pekerja. Bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu 17 Agustus 2024, General Manager Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Muzwir Wiratama melepas FSO Arco Ardjuna dengan membunyikan hand horn, dari atas Central Plant Flowstation yang berjarak sekitar satu kilometer dari FSO Arco Ardjuna. 

Lengkingan panjang hand horn membahana, mengalahkan bunyi deburan ombak Laut Jawa. Kali ini, bunyi keras hand horn tersebut bermakna lain. Sebuah momen refleksi yang menyimbolkan apresiasi atas dedikasi dan kontribusi yang telah diberikan FSO Arco Ardjuna selama lebih dari lima dekade bertugas. 

Lima kapal yang mengelilingi Arco Ardjuna merespons lengkingan itu dengan mengaktifkan sistem “Fifi”, atau firefighting. Semprotan air dari kapal-kapal ini dan lambaian tangan para kru pekerja mengiringi prosesi pelepasan FSO Arco Ardjuna.  

"Hari ini kita tidak hanya mengucapkan selamat jalan kepada sebuah kapal. Lebih dari itu, kita memberikan penghormatan terakhir untuk FSO Arco Ardjuna, sebuah fasilitas yang memiliki guratan sejarah panjang," kata Muzwir Wiratama.

"Semoga catatan berharga dan warisan Arco Ardjuna terus hidup dalam setiap langkah kita ke depan, yang menyalakan semangat kita untuk senantiasa bekerja dengan andal dan selamat guna pemenuhan kebutuhan energi bangsa," lanjut dia.

 

FSO Arco Ardjuna

Floating Storage and Offloading (FSO) Arco Ardjuna, kapal penampung produksi minyak mentah milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ),
Floating Storage and Offloading (FSO) Arco Ardjuna, kapal penampung produksi minyak mentah milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), mengakhiri masa baktinya hari ini, Rabu (14/8/2024), setelah lebih dari 50 tahun berkontribusi terhadap kebutuhan minyak dan gas tanah air.

FSO Arco Ardjuna, yang mendukung operasi hulu migas lepas pantai Blok ONWJ, adalah fasilitas penampungan minyak terapung tertua yang masih beroperasi di dunia. Pertama kali dioperasikan oleh Arco pada 1972, pengelolaan aset ini kemudian berpindah seiring alih kelola wilayah kerja ONWJ, sampai akhirnya dikelola oleh PHE ONWJ pada 2009. 

Perjalanan panjang FSO Arco Ardjuna menjadi sempurna dengan torehan tidak pernah mengalami lost time incident (LTI) sejak pencatatan dilakukan pada tahun 2011. Lost time incident adalah terminologi kinerja keselamatan untuk insiden kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan cacat permanen atau kehilangan waktu kerja selama satu hari atau lebih. Dengan catatan kinerja ini, FSO Arco Ardjuna merupakan salah satu tempat kerja yang paling selamat dan aman bagi para pekerjanya.

Aktivitas lifting terakhir dari FSO Arco Ardjuna dilakukan pada 14 Agustus 2024. Dua ratus ribu barel minyak mentah dialihkan ke kapal tanker MT. Success Dalia XLVIII untuk dikirim ke kilang Plaju di Palembang. Sepanjang masa pengabdiannya, FSO Arco Ardjuna telah menampung dan menyalurkan total minyak mentah sekitar 1,28 miliar barel minyak bagi ketahanan energi negeri.

Berbobot 153.202 ton, FSO Arco Ardjuna memiliki dimensi panjang 142,6 meter dan lebar 48,2 meter, dan berkapasitas penyimpanan terpasang sebesar satu juta barel. 

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya