Holding PTPN Punya Jurus Baru Capai Swasembada Gula

Akselerasi Roadmap Swasembada Gula Nasional, Dua Anak Usaha Holding Perkebunan Nusantara Lakukan Kick Off Operasional

oleh Septian Deny diperbarui 01 Okt 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2024, 16:45 WIB
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero)
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berkomitmen meningkatkan pasokan Gula Kristal Putih (GKP) dalam negeri. PTPN Group melalui Pabrik Gula PT Industri Gula Glenmore (PT IGG) telah menjalankan proses penggilingan tebu.

Liputan6.com, Jakarta Dua anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), yakni PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), dan PTPN I (SupportingCo), menggelar kick-off Kerja Sama Operasional (KSO) Integrasi Pengelolaan dan Pengolahan Komoditas Tebu, pada Senin (30/09/2024).

Kick-off ini merupakan pertemuan awal untuk menyamakan persepsi atas proses bisnis yang akan dilaksanakan, setelah ditandatanganinya Berita Acara Kesepakatan Tanggal Efektif kegiatan Kerja Sama Operasional (KSO).

Sebelumnya, Holding Perkebunan Nusantara juga telah memfasilitasi KSO Integrasi on Farm terhadap SGN dan SupportingCo melalui perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani pada 9 Agustus 2024 lalu di Jakarta.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan salah satu aksi korporasi PTPN Group untuk merealisasikan roadmap Swasembada Gula Nasional 2030.

“Sejalan dengan Perpres No. 40 tahun 2023, dengan mengintegrasikan on farm dan off farm pada bisnis gula, diproyeksikan dapat meningkatkan produktivitas tebu per tahunnya,” ujarnya.

Sebelumnya, pasca spin off SGN, operasional Pabrik Gula dilakukan secara terpisah dari operasional kebun, di mana operasional kebun dikelola oleh PTPN I atau dikenal dengan SupportingCo.

Wilayah kebun tebu yang termasuk dalam pengelolaan PTPN I, yaitu Regional I (Eks-PTPN II), Regional 3 (Eks-PTPN IX), Regional 4 (Eks-PTPN X dan XI), Regional 5 ( Eks-PTPN XII), Regional 7 (Eks-PTPN VII), dan Regional 8 (Eks-PTPN XIV) dengan total luas areal sebesar 59.301 Ha.

"Diperlukan sinergi antara kedua perusahaan untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar. Keberlanjutan pabrik gula (PG) sangat tergantung dari pasokan bahan baku tebu, sehingga kinerja kebun tebu mempengaruhi kinerja PG. Dengan dikelolanya on farm oleh SGN, maka kita dapat mengoptimalkan lahan tersebut untuk meningkatkan produktivitas gula," ungkap Direktur Utama SGN, Mahmudi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Berdiri Sejak 1852, Pabrik Gula BUMN Ini Ternyata Masih Bertaji

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero)
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berkomitmen meningkatkan pasokan Gula Kristal Putih (GKP) dalam negeri. PTPN Group melalui Pabrik Gula PT Industri Gula Glenmore (PT IGG) telah menjalankan proses penggilingan tebu.

Sebanyak 5 Pabrik Gula (PG) yang dikelola PT Sinergi Gula Nusantara SGN anak perusahaan PTPN III Persero Holding Perkebunan meraih penghargaan dalam acara Tea Walk dan Penganugerahan kinerja terbaik PTPN Group di Gunung Mas Bogor.

Kelima pabrik gula tersebut adalah PG Modjopanggoong, PG Gempolkrep, PG Ngadiredjo, PG Pradjekan dan PG Glenmore.

“Komitmen SGN memperkuat ekosistem tebu rakyat, dan juga melakukan penguatan pada performa kinerja pabrik. Lima PG kami meraih kinerja terbaik dalam PTPN award”, jelas  Direktur Utama SGN Mahmudi dikutip Minggu (1/9/2024).

Selain meraih kinerja terbaik, tercatat tiga PG mencatatkan mencatatkan raihan rendemen tertinggi, yakni PG Modjopanggoong, PG Ngadiredjo dan PG Gempolkrep. Periode Medio bulan Agustus capaian rendemen tiga PG tersebut berturut-turut 7,92, 7,67, dan 7,59.

“PG Modjopanggoong berdiri pada tahun 1852, tetapi berhasil menorehkan kinerja terbaik pabrik gula, membuktikan anggapan yang salah selama ini bahwa kinerjanya jelek karena usia PG tua”, ujar Direktur Utama PTPN III (Persero) Holding Perkebunan Moh. Abdul Ghani.

Menurutnya salah satu aspek yang mempengaruhi upaya pencapaian swasembada gula adalah faktor agronomi tebu, dan harus kembali pada best practise budidaya tebu, mengingat pada tahun 1930an Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar kedua setelah kuba dan berbalik menjadi negara pengimpor gula terbesar setelah cina setelah tahun 1967.

Pasca integrasi pengelolaan on farm kepada SGN, dilakukan standarisasi budidaya tebu dengan tujuan bahan baku tebu (BBT) yang dihasilkan berkualitas sehingga meningkatkan produktivitas gula. 

 

 


SGN Bidik Produksi Gula 13,5 Juta Ton, Bawa Indonesia Bebas dari Impor Gula

PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yang dikenal dengan Sugar Co
PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan PTPN III (Persero) Holding Perkebunan yang bergerak di bidang komoditas gula, mencatatkan kinerja impresif pada tutup buku tahun 2023 dengan mencatatkan laba positif. (Dok. PT Sinergi Gula Nusantara (SGN))

Direksi PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan PTPN III Persero Holding Perkebunan yang bergerak di komoditas gula, akan memasang target benahi ekosistem gula dan penguatan tebu rakyat dalam masa 100 hari kerja pasca dilantik. Hal ini disampaikan Direktur Utama SGN Mahmudi dalam puncak peringatan HUT SGN ke-3 Sabtu (17/08) lalu di Surabaya.

"Dalam 100 hari ini kami memiliki inisiatif strategi, dimana bahan baku tebu lebih 70% disuport oleh petani , oleh karena itu program besar adalah penguatan tebu rakyat," terang Mahmudi dikutip Selasa (20/8/2024).

Menurutnya program tersebut menjadi strategi untuk benahi ekosistem gula yang nantinya akan memperkuat posisi tebu rakyat dan akan dilaunching dalam beberapa hari kedepan.

"Upaya penguatan tebu rakyat juga akan didukung program kemenko melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) Khusus Kluster, KUR skema ini adalah yang pertama di industri pangan dan perkebunan tebu, termasuk perdana juga di SGN", ungkapnya lebih lanjut.

KUR Khusus dipilih karena selama ini petani tebu mengalami kendala tidak bisa mengakses pendanaan modal kerja ketika plafon sudah maksimal. Skema KUR Khusus di sektor produksi tidak dibatasi dengan total akumulasi plafon KUR Khusus, sehingga dapat mengakses KUR berulang dengan suku bunga 6% tidak dikenakan suku bunga naik berjenjang.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya