Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Dedy Rochimat, menilai dengan adanya program pembangunan 3 juta rumah dan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dapat memberikan peluang bagi sektor furnitur di Indonesia.
"Saya kira bagus ya, pemerintah sedang membangun rumah 3 juta rumah ya, kemudian ada IKN dan lain sebagainya. IKN juga memerlukan banyak sekali furnitur, dalam 5-4 tahun ini," kata Dedy saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/1/2025).
Advertisement
Baca Juga
Menurut dia, setiap proyek pembangunan properti pasti memerlukan furnitur, dan ini merupakan peluang bagi para pelaku industri furnitur lokal untuk meningkatkan daya saing mereka.
Advertisement
Sebagai contoh, dengan pembangunan di IKN maka kebutuhan banyak furnitur dan interiornya akan besar. Oleh karena itu, para pengusaha furnitur harus dapat berinovasi dan menciptakan produk dengan kualitas setara dengan produk internasional.
Ia juga mengingatkan, jika para pelaku industri tidak segera melakukan inovasi maka mereka berisiko kalah bersaing dengan produk furnitur impor.
Oleh sebab itu, Dedy menegaskan supaya pelaku industri peka terhadap tren yang ada, sehingga produk mereka dapat diterima oleh konsumen di Indonesia.
"Itu cukup berprospek lah, yang penting kita mau benar-benar mengikuti pasar, mengikuti desain dan lain sebagainya, Indonesia dan juga internasional begitu," ujarnya.
Dedy juga mengharapkan agar pemerintah terus memberikan dukungan bagi industri furnitur Indonesia dan bekerja sama dengan asosiasi untuk membahas berbagai tantangan dan peluang yang ada di pasar global.
“Asosiasi tidak bisa berkembang tanpa dukungan pemerintah. Kami berharap bisa duduk bersama dan memiliki visi yang sama untuk kemajuan industri ini," tegasnya.
Asosiasi Minta Pemerintah lindungi Pasar lokal dari produk Furnitur Impor
Di sisi lain, Dedy mengaku sangat khawatir dengan semakin banyaknya produk furnitur impor yang masuk ke Indonesia, dapat mempersempit ruang gerak bagi produk lokal yang dihasilkan oleh para pengrajin dan industri furnitur dalam negeri.
Dedy mengungkapkan bahwa selain meningkatnya volume impor furnitur, keberadaan pameran produk furnitur internasional juga memberikan tantangan tersendiri.
Sebab pameran-pameran tersebut sering kali menampilkan produk impor yang dianggap lebih murah atau memiliki desain yang lebih modern, membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli produk dari luar negeri.
Fenomena ini, kata Dedy, memerlukan perhatian lebih dari pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor industri. Asmindo, sebagai wadah bagi pelaku industri furnitur dan kerajinan lokal, terus berupaya memperjuangkan kepentingan produk-produk dalam negeri agar tetap dapat bersaing di pasar domestik.
Advertisement
Perkembangan Industri Furnitur Indonesia
Kendati demikian, Dedy menyampaikan industri furnitur Indonesia terus menunjukkan potensi besar dalam mendukung perekonomian nasional.
Data dari BPS menunjukkan selama periode Januari hingga Oktober 2024, sebuah ekspor furnitur mencatat pertumbuhan positif sebesar 4,7 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.
"Ini merupakan kabar baik yang patut kita syukuri, sekaligus menjadi modal optimis untuk menyongsong tahun 2025 dengan semangat yang lebih tinggi," ujarnya.
Namun di sisi lain, pasar domestik menghadapi tantangan serius dengan meningkatnya arus furnitur impor. Data dari BPS menunjukkan bahwa import furnitur meningkat hingga 16 persen dalam periode yang sama, ditambah semakin banyaknya pameran produk furnitur impor yang diselenggarakan di Indonesia.