Penentuan Menu hingga Kandungan Gizi MBG Perlu Miliki Standar Nasional

Setiap daerah memiliki budaya atau kebiasaan tersendiri dalam mengolah pangan sehingga penting untuk diadakan standarisasi nasional dalam penentuan menu, kandungan gizi bahan baku, dan pengolahan pangan tersebut.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Jan 2025, 13:01 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 13:00 WIB
Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, menggelar kick off program makan bergizi gratis (MBG) di Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya dan pegunungan Papua Tengah (Istimewa)
Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, menggelar kick off program makan bergizi gratis (MBG) di Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya dan pegunungan Papua Tengah (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pelaksana Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu mengkaji lebih dalam soal jenis menu makanan dan cara pengolahannya agar tidak menjadi sampah makanan atau food waste.

Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Eni Harmayani.

“Setiap daerah memiliki budaya atau kebiasaan tersendiri dalam mengolah pangan sehingga penting untuk diadakan standarisasi nasional dalam penentuan menu, kandungan gizi bahan baku, dan pengolahan pangan tersebut agar kandungan gizinya tetap terjaga,” kata Eni mengutip laman resmi UGM Senin (20/1).

Dia menambahkan, untuk memantau indikator keberhasilan dan standarisasi nasional tersebut, perlu diadakan kolaborasi dengan berbagai pihak agar hasilnya maksimal. Mulai dari pihak sekolah, ahli pangan, ahli gizi, dan pemerintah daerah setempat.

“Program ini perlu adanya indikator keberhasilan yang melibatkan sekolah karena lingkupnya yang kecil sehingga proses pemantauan pun lebih terjaga dan bisa melibatkan orang tua yang lebih mengerti anaknya,” ungkapnya.

Menurut Eni, dapur umum yang saat ini digunakan untuk program MBG juga harus dikelola secara profesional sehingga tidak menjadi kendala. Sehingga banyak pertimbangan yang harus dilakukan. Seperti apa makanan yang masih layak makan, proses preparasi atau penyiapan makanan, dan kebersihan dari dapur itu sendiri.

Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak tentang pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan.

“Perlu adanya edukasi tentang bagaimana cara menyiapkan makanan yang sehat dan bergizi”, tambahnya.

MBG Harus Terencana dengan Baik

Eni berharap, program ini nantinya mampu menjadi upaya yang terencana secara baik. Mulai dari kondisi makanan, teknis produksi sampai indikator keberhasilannya. Sehingga, dapat diukur dengan baik.

Sebab, program MBG merupakan salah satu program yang positif yang mana perlu dilakukan karena ada urgensi untuk meningkatkan gizi masyarakat Indonesia.

“Apabila program ini tidak terencana dengan baik maka keefektifan dan keberlanjutannya pun dipertanyakan,” ucapnya.

Rencana Pengelolaan Sampah Makanan MBG

Seperti disampaikan Eni, di balik pelaksanaan program MBG ada kekhawatiran terkait potensi limbah atau sampah makanan.

Indonesia sendiri tercatat sebagai negara yang menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Ini diungkap dalam data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Environment Programme (UNEP) 2022.

Kabar baiknya, sampah sisa makanan MBG memiliki potensi ekonomi sirkular jika dijadikan kompos atau dimanfaatkan dalam industri maggot.

Dalam keterangan lain, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta telah menyatakan kesiapannya mendukung program MBG dengan fokus pada pengelolaan sampah organik atau food waste program tersebut.

Dukungan ini mencakup penanganan sampah organik dapur (SOD) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) hingga sisa MBG di sekolah-sekolah. Dengan begitu, sampah organik sisa Makan Bergizi Gratis di Jakarta dipastikan bakal dikelola secara efektif dan dimanfaatkan secara optimal.

"Sampah organik dari dapur SPPG akan kami tangani untuk selanjutnya dibawa ke TPS 3R dan didistribusikan ke penggiat biokonversi maggot Black Soldier Fly (BSF)," kata Kepala DLH Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangannya, Selasa (7/1/2025) mengutip News Liputan6.com.

Solusi Permasalahan Sampah Organik

Kepala Subbagian Kerja Sama di Setbadan P2SDM LHK, Indri Puji Rianti, S.Hut, M.S., dalam tulisannya menjelaskan sejak awal 2020 lalu, maggot BSF menjadi ulasan menarik di berbagai media.

Harga pasaran minimal Rp.55.000 per kg untuk maggot kering atau minimal Rp7.000/kg fresh maggot dan bermodalkan pakan gratis dari limbah organik rumah tangga, maggot bisa jadi peluang bisnis.

Indri menambahkan, peluang bisnis maggot jika serius ditekuni akan mendatangkan uang sekaligus menjadi solusi bagi permasalahan sampah organik di lingkungan tempat tinggal.

Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) sehingga sering disebut maggot BSF.

Lalat BSF sendiri memiliki nama latin Hermetia illucens. Bentuknya mirip ulat, berbuku dengan ukuran larva dewasa 15-22 mm dan berwarna coklat. Siklus hidup lalat BSF kurang lebih selama 40 hingga 43 hari. Larva/maggot BSF bertahan selama 14-18 hari sebelum bermetamorfosis menjadi pupa dan lalat dewasa.

Maggot atau Larva dari Black Soldier Fly (BSF) berbeda dengan jenis lalat pada umumnya seperti lalat rumah dan lalat hijau yang dicap sebagai agen penyakit. Lalat BSF ini tidak menimbulkan bau busuk dan bukan pembawa sumber penyakit karena dalam tubuh BSF mengandung zat antibiotik alami.

Lalat hijau biasanya hinggap di tempat yang kotor, tapi lalat BSF ini hanya hinggap di tempat yang berbahan fermentasi.

Maggot BSF dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk maggot segar, maggot kering, telur dari lalat BSF dan produk turunannya seperti tepung maggot, pellet magot, prebiotik serta pupuk organik.

Maggot mengandung protein tinggi yaitu sekitar 30-45 persen sehingga sangat cocok dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ikan, burung dan hewan ternak lainnya. Pupuk organik sebagai produk turunan dari maggot berfungsi sebagai kondisioner tanah atau untuk revitalisasi.

Infografis Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025
Infografis Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya