Menkeu: Isu Debt Ceiling Tuntas, Pasar Lebih Tenang

Menteri Keuangan Chatib Basri optimistis pemerintah Amerika Serikat dapat menyelesaikan isu pagu utangnya.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Okt 2013, 09:20 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2013, 09:20 WIB
menkeuchatib-130920b.jpg
Menteri Keuangan Chatib Basri mencoba menenangkan pelaku pasar yang khawatir terhadap persoalan tidak disetujuinya kenaikan batas atas utang pemerintah Amerika Serikat (debt ceiling AS). Ada kekhawatiran bila batas utang tak disetujui maka akan berpengaruh terhadap pasar keuangan Indonesia.

"Saya kira ada harapan isu mengenai debt ceiling bisa di solve karena kompromi-kompromi mulai dilakukan. Tentu tidak bisa dipastikan bahwa hasilnya pasti positif," ujar Chatib di Jakarta, Rabu (16/10/2013) malam.

Chatib menilai, respon pasar saat ini lebih tenang sejak tiga hari terakhir merujuk pada realisasi laju pasar keuangan dalam negeri, seperti nilai mata uang rupiah yang sudah diperdagangkan pada batas bawah Rp 11 ribu terhadap dolar AS.

"Yield bond juga sudah mencapai 7,96% atau di bawah 8%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) relatif stabil. Itu artinya pasar sudah price in jika isu debt ceiling sudah terangkat," tutur Chatib.

Hanya saja, dia menganggap, pihak terkait di AS harus menjalin koordinasi dalam kebijakan moneter tappering off dengan negara-negara berkembang. "Saya kira pembicaraan cukup produktif baik mengenai pentingnya konsultasi, koordinasi, bukan saja di Indonesia tapi Italia dan AS juga mendukung," ujar dia.

Chatib bahkan memastikan, Bernanke akan memperhitungkan dampak tappering off bagi negara-negara berkembang. Ini sudah menjadi bahan diskusi di International Monetery Fund (IMF) dan pertemuan G-20.

"Usul Indonesia supaya isu pendanaan infrastruktur dapat diangkat pada forum G20 di Australia. Sebab IMF telah merevisi ke bawah target pertumbuhan ekonomi dunia menjadi sekitar 2,9% untuk tahun ini dan 3,6% pada tahun depan akibat situasi global saat ini," katanya.

Namun Chatib memastikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir 2013 tidak akan kembali dipangkas karena masih diproyeksikan melaju pada kisaran 5,5%-5,9%.

"Kita masuk dalam equilibrium baru karena kita akan memasuki dunia tanpa stimulus (quantitative easing/QE) karena dalam empat tahun terakhir negara berkembang disetir oleh harga komoditas dan QE," tutur dia.

Meski tren membaik, Chatib mengimbau supaya Indonesia tidak terlena mengingat pemerintah bakal meneruskan paket kebijakan ekonomi. "Kami lagi prepare, kalau sudah lebih jelas bentuknya saya akan bicara lagi. Tapi yang harus diselesaikan bulan ini adalan aturan mengenai PPnBM barang mewah. Itu harus keluar," kata dia. (Fik/Ahm)


Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya