Indonesia Sakit Demam, BI Rate Dianggap Obat Penawar

Bank Mandiri mendukung langkah BI yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 7,5%.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 13 Nov 2013, 17:59 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2013, 17:59 WIB
bi-rate-130503b.jpg
Meski mengejutkan sejumlah analis dan ekonom, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin mendapat dukungan dari pelaku perbankan. PT Bank Mandiri Tbk menganggap keputusan BI tersebut merupakan obat bagi Indonesia yang tengah mengalami demam.

Bank pemerintah ini menilai langkah BI tersebut semata-mata merupakan cara bank sentral mencegah memburuknya kondisi ekonomi Indonesia ditengah perekonomian global yang menurun.

"Kalau menurut saya, yang BI lakukan benar, dia harus menaikkan interest rate-nya, harus memperlambat ekonomi, rupiah dilemahkan sedikit, GDP growth diturunkan sedikit," ujar Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Rabu (13/11/2013).

Budi menjelaskan keputusan apa yang diambil BI merupakan pembelajaran dari pengalaman Indonesia kala menghadapi krisis 1998-1999. Kala itu, respon pemerintah dan BI dinilai terlambat.

Bank Mandiri mengibaratkan kondisi ekonomi Indonesia saat seperti manusia yang sedang mengalami demam dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat celsius. Di saat tengah demam, Indonesia memang harus berhenti bergerak dan lebih banyak istirahat dan meminum obat. "Kalau tidak, 38 derajat masih lari-lari itu bisa jatuh di jalan. Itu kejadian di tahun 98-99," jelasnya. 

Kondisi ini berbeda ketika pemerintah dan BI justru tak merasa sakit ketika badai krisis melanda di erah 1998-1999. Pertumbuhan ekonomi yang terus dipacu membuat Indonesia jatuh ambruk sehingga pertumbuhan ekonomi tak mampu kembali ke posisi terbaiknya sebelum era 1997-an. "Sakit itu buat Indonesia, buat rakyat dan buat negara," paparnya.

Ketika krisis ekonomi global kembali melanda dunia pada 2008, Bank Mandiri menilai pemerintah dan BI mulai terlihat dan menyadari langkah-langkah yang mesti dilakukan agar krisis 1998-1999 tak kembali terulang. Keputusan untuk mengerem pertumbuhan ekonomi, PDB, dan kredit pada 2008 cukup efektif karena Indonesia bisa kembali menggeliat.

"Orang banyak yang tidak ingat, padahal lihat data kondisi kita membaik. Dalam 1 tahun PDB yang tadinya 6,2 tahun 2008, 2009 turun ke 4,5, 2010 sudah balik lagi," terang dia.

Seperti diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin memutuskan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%.

Kenaikan BI Rate itu juga diikuti dengan landing facility dari 7,25% menjadi 7,5%. Sementara itu, fasilitas simpanan BI/Fasbi naik dari 5,5% menjadi 5,75%. (Yas/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya