Usulan Dahlan Iskan buat Urai Kepadatan Bandara

Kepadatan penerbangan di bandara Soekarno Hatta membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan buka suara.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Nov 2013, 15:49 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2013, 15:49 WIB
1-dahlan-konvensi-demokrat-130829c.jpg
Kepadatan penerbangan di bandara Soekarno Hatta membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan buka suara. Dia mengusulkan pengurangan frekuensi penerbangan sebagai solusi mengatasi hal tersebut.

Dahlan menilai saat ini frekuensi penerbangan di Bandara Soekarno Hatta sangat padat sehingga tidak efisien bagi calon penumpang karena harus menunggu lama.

"Misalnya naik Garuda ke Lampung naik pesawat 40 menit, Antrinya 40 menit," kata Dahlan usai menghadiri rapat pimpinan di kantor PT Asei (Persero), Jakarta, Kamis (14/11/2013).

Dahlan menambahkan, ada pilihan untuk mengurai kepadatan penerbangan ini, yaitu dengan memangkas frekuensi penerbangan pesawat yang melintasi bandara Soekarno Hatta tersebut, sehingga tidak menimbulkan antrian panjang pesawat yang akan menggunakan landas pacu.

"Sebetulnya ada ide harus berani mengurangi frekuensi penerbangan. Seperti Medan-jakarta, Surabaya-Jakarta. Apa betul. Ya bukalah, Palembang-Surabaya. Penelitian ke dalam, antrinya di run way," ungkapnya.

Dia mencontohkan, seperti penerbangan Medan- Jakarta yang saat ini terlalu banyak. Padahal ini bisa dialihkan ke rute penerbangan lain. Lagipula dikatakan tidak semua penumpang akan menuju Jakarta dan hal tersebut akan memberikan rasa adil pada wilayah lain yang masih kekurangan rute penerbangan.

"Jadi berkurang 30 kali dan diganti dengan Surabaya-Palembang. Kan belum ada rute Surabaya-Palembang," jelasnya.

Selain itu menurut dia, harus ada rencanan panjang yang harus dilakukan maskapai penerbangan untuk memangkas fekuensi penerbangan, yaitu dengan mengganti pesawat berbadan lebar, sehingga dapat mengangkut penumpang lebih banyak dengan pesawat yang lebih sedikit.

"Itu cukup ganti yang lebih besar. Memang teorinya yang satu jam yang cocok itu. Seperti  Singapura Jakarta pakai Boeing 777. Saya menyarankan Jakarta- Surabaya, Makasar - Jakarta. Dikurangi frekuensi, pesawatnya diperbesar," pungkasnya. (Pew/Nur)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya