Kisruh kasus penyadapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan pejabat tinggi lain oleh pemerintah Australia berdampak luas terhadap hubungan kerja sama antar kedua negara, termasuk program beasiswa.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Armida Alisjahbana mengatakan, kerja sama bilateral Indonesia dan Australia menyangkut bidang energi, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya.
"Semua dana program itu hibah dari pemerintah Australia termasuk beasiswa yang dikenal dengan Colombo Plan yakni program beasiswa pelajar Australia ke Indonesia. Dengan kejadian ini (penyadapan), saya tidak tahu apakah beasiswa langsung implementasi atau menunggu," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Dana hibah dari pemerintah Australia, termasuk untuk program beasiswa ini, tambah Armida nilainya mencapai ratusan juta dolar Amerika Serikat. "Dana hibahnya besar lho, setiap tahun mereka kucurkan US$ 500 juta untuk Indonesia," ucapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, Indonesia dan Australia telah membuat kerangka kerja sama pembangunan untuk periode 2013 dan 2014. Namun pemerintah menyatakan masih menunggu kerja sama di periode selanjutnya (2015-2019).
"Kerja sama di 2013 sudah ada, tapi kami juga akan lanjutkan kerja sama di 2014 sebagai masa transisi sambil menunggu pemerintahan baru. Jadi kami tidak bisa langsung oke," paparnya.
Terkait tinjauan ulang kerja sama sesuai arahan Presiden, Armida mengaku belum menjadwalkan pembicaraan ulang dengan pihak Australia. "Kalau kami posisinya ikut Presiden. Yang pasti kami tidak bicara lebih jauh," tandas dia. (Fik/Nur)
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Armida Alisjahbana mengatakan, kerja sama bilateral Indonesia dan Australia menyangkut bidang energi, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya.
"Semua dana program itu hibah dari pemerintah Australia termasuk beasiswa yang dikenal dengan Colombo Plan yakni program beasiswa pelajar Australia ke Indonesia. Dengan kejadian ini (penyadapan), saya tidak tahu apakah beasiswa langsung implementasi atau menunggu," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Dana hibah dari pemerintah Australia, termasuk untuk program beasiswa ini, tambah Armida nilainya mencapai ratusan juta dolar Amerika Serikat. "Dana hibahnya besar lho, setiap tahun mereka kucurkan US$ 500 juta untuk Indonesia," ucapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, Indonesia dan Australia telah membuat kerangka kerja sama pembangunan untuk periode 2013 dan 2014. Namun pemerintah menyatakan masih menunggu kerja sama di periode selanjutnya (2015-2019).
"Kerja sama di 2013 sudah ada, tapi kami juga akan lanjutkan kerja sama di 2014 sebagai masa transisi sambil menunggu pemerintahan baru. Jadi kami tidak bisa langsung oke," paparnya.
Terkait tinjauan ulang kerja sama sesuai arahan Presiden, Armida mengaku belum menjadwalkan pembicaraan ulang dengan pihak Australia. "Kalau kami posisinya ikut Presiden. Yang pasti kami tidak bicara lebih jauh," tandas dia. (Fik/Nur)