OPEC Pangkas Produksi Demi Jaga Harga Minyak US$ 100 per Barel

OPEC telah memangkas produksi minyak mentah untuk mempertahankan harga minyak di level US$ 100 per barel.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 11 Des 2013, 12:40 WIB
Diterbitkan 11 Des 2013, 12:40 WIB
minyak-suriah-130904b.jpg

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) telah memangkas produksi minyak mentah untuk mempertahankan harga minyak di kisaran US$ 100 per barel.

Seperti dilansir dari CNBC, Rabu (11/12/2013), OPEC memprediksi permintaan minyak pada 2014 berada di level 29,57 juta barel per hari, sesuai dengan estimasi sebelumnya. Sementara menurut sejumlah sumber, OPEC telah menurunkan produksinya menjadi 29,63 juta pada November dan mulai mendekati proyeksi permintaan tahun depan.

Target pemangkasan produksi tersebut juga dipengaruhi sejumlah negara yang dirudung konflik. Produksi minyak Libya anjlok dengan jumlah tertinggi di antara 12 anggota OPEC lainnya bulan lalu akibat adanya aksi mogok dan protes di negaranya. Sementara itu, pengelolaan lahan minyak di Nigeria dan pemangkasan di Arab Saudi juga menurunkan jumlah pasokan minyak yang tersedia.

Meskipun terdapat laporan yang menunjukkan adanya pertumbuhan global, OPEC masih belum melihat adanya peningkatan permintaan minyak hingga saat ini. Negara-negara anggotanya telah bertemu pada 4 Desember di Wina untuk memutuskan akan mengganti target produksinya yang berjumlah 30 juta barel per hari.

Dengan harga minyak yang berada di atas target OPEC sebesar US$ 100 per barel, sesuai prediksi OPEC tak mengubah target produksinya.

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman Januari naik US$ 1,17 menjadi US$ 98,51 waktu barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak telah naik US$ 6,21 atau 6,7% sejak perayaan Thanksgiving.

"Investor menunggu informasi segar pada stok minyak mentah AS dan produk olahan," menurut laman Associated Press, Rabu (11/12/2013).

Begitupun dengan minyak mentah Brent, patokan untuk minyak internasional, naik 21 sen menjadi US$ 109,60 per barel di bursa ICE Futures di London. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya